Di tengah hujan yang deras, Jane Rydell, melihat seorang pria terkapar, di pinggir jalan penuh dengan luka.
Dengan tanpa ragu, Jane menolong pria itu, karena rasa pedulinya terhadap seseorang yang teraniaya, begitu tinggi.
Hendrik Fernandez, ternyata seorang pria yang dingin dan kaku, yang tidak tahu caranya untuk bersikap ramah.
Membuat Jane, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, dengan sabar menunjukkan perhatiannya, untuk mengajarkan pada pria dingin itu, bagaimana caranya mencintai dan di cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19.
Jane menahan tangan Hendrik, yang akan di tarik suaminya itu dari menyentuh pipinya.
Jane merasa, kalau suaminya itu sepertinya, belum pernah menyentuh wanita, atau mungkin hanya perasaannya saja.
Jane meraih tangan suaminya yang satu lagi, lalu menempelkannya pada pipinya, yang satu lagi.
Wajah Jane tenggelam, dalam kedua telapak tangan Hendrik yang besar.
"Katakan saja, ada apa?" tanya Jane, memegang kedua tangan Hendrik, yang memeluk wajahnya.
Mata Hendrik bergerak-gerak, menatap wajah Jane, yang tenggelam dalam kedua telapak tangannya.
Ia tidak menyangka istrinya itu, ternyata begitu mungil, dan terlihat imut, dengan bibir yang sedikit maju ke depan, karena tekanan pada kedua telapak tangannya.
Perlahan tanpa sadar, wajah Hendrik menunduk, terhipnotis dengan bibir ranum Jane, seperti magnet menarik ia, ingin merasakan bagaimana rasa bibir itu kalau ia cium.
Brakkk!
Tiba-tiba pintu ruang istirahat terbuka dengan kencangnya, membuat wajah Hendrik, yang hendak mencium bibir istrinya itu berhenti seketika.
"Hendrik!!"
Seorang wanita masuk, dan berteriak dengan kencangnya, melihat Hendrik yang hendak mencium istrinya.
"A.. apa? siapa wanita itu? ka... kau menyentuhnya Hendrik! kau ternyata bisa menyentuh wanita! jadi selama ini, kau berbohong padaku! kau benar-benar kejam Hendrik!!" teriak wanita itu histeris.
"Nyonya! cepat keluar! sudah saya katakan anda tidak boleh masuk!" bawahan Hendrik masuk, menarik wanita yang berteriak histeris tersebut.
Membuat Jane melepaskan tangan Hendrik, yang memeluk wajahnya, dan menoleh melihat seorang wanita, dengan mata terbelalak menatap mereka berdua.
"Siapa dia?" tanya Jane bingung.
"Sudah ku katakan, jangan ada siapapun yang masuk! apa kalian tidak dengar, apa yang kukatakan tadi!!" sahut Hendrik tajam, dengan wajah datarnya yang mulai menggelap.
"Kami sudah tahan, dan katakan padanya, bahwa anda tidak bisa di ganggu!" sahut bawahan Hendrik, sembari mencengkram tangan wanita itu dengan kuat.
"Di... dia ternyata wanita yang sengaja kau nikahi itu.. Hendrik! kau sungguh kejam! aku sudah berupaya selama ini, tidak di sentuh David lagi, karena aku menyukaimu... ternyata usahaku untuk menjadi wanita mu, sedikitpun tidak pernah kau anggap sama sekali!!" teriak wanita itu dengan kencangnya, seraya berontak dari cengkraman anak buah Hendrik.
Wajah wanita itu terlihat begitu terpukul, melihat Hendrik yang hampir saja mencium Jane.
Ia selama ini diam-diam menyukai Hendrik, pria dingin yang tidak pernah dekat dengan seorang perempuan.
Pesona Hendrik, dan ketampanan Hendrik, membuat wanita yang berstatus istri sahabat sepupu Hendrik itu, selalu membayangkan dirinya di sentuh oleh Hendrik.
Hendrik yang pendiam, dengan wajah datar, dan tatapan yang tidak pernah hangat itu, serta tubuhnya yang kekar, mencuri perhatian wanita itu.
Hingga membuat wanita itu selalu menghayal, menjadi wanita Hendrik, dan membayangkan ia menyentuh tubuh Hendrik yang berotot, membayangkan tangan Hendrik menyentuh tubuhnya juga.
Hingga saat ia bersenggama dengan suaminya sendiri, ia membayangkan Hendrik lah yang menyentuh tubuhnya.
Tapi, Hendrik yang dingin tidak pernah sekalipun meliriknya, membuat ia prustasi, sampai kematian suaminya pun, Hendrik tidak pernah meliriknya sedikit pun.
Hendrik bangkit dari duduknya, dan berjalan ke arah pintu, membuat wanita itu sontak tersenyum senang.
Ia terlihat begitu bahagia melihat Hendrik, yang datang mendekatinya, membuat tubuhnya tiba-tiba mendamba Hendrik, yang terlihat begitu mempesona, memperlihatkan tubuh Hendrik yang berkeringat.
Bukkk!
Tinju Hendrik menghantam wajah bawahannya dengan kencang, lalu meninju yang lainnya dengan wajah menggelap.
Wanita itu langsung pucat, ternyata Hendrik bukan datang untuk menghampiri nya, tapi menghajar anak buahnya.
Bukk! bukkk!
Hendrik meninju satu persatu wajah bawahannya, yang ia tugaskan menjaga pintu ruang istirahat.
"Tidak berguna! hanya seorang wanita saja kalian tidak bisa atasi! percuma kalian berdiri di sini, brengsek!!" teriak Hendrik dengan penuh amarah.
Bukkk!!
Hendrik meninju tembok, tepat di dekat wanita itu, sembari menatap wanita itu dengan wajah menggelap dan tatapan yang begitu dingin.
"Kalau kau tidak ingin di permalukan, jangan mengganggu rumah tangga orang lain! aku peringatkan kau! enyahlah dari hidupku! aku bukan pria brengsek yang menginginkan wanita milik pria lain!!" kata Hendrik dengan nada dalam dan tajam.
Lutut wanita itu tiba-tiba gemetar, ini baru pertama kalinya ia melihat Hendrik marah, yang ternyata sangat menakutkan.
Ia di tarik dari ruang istirahat, oleh anak buah Hendrik, dengan setengah di seret, karena tubuhnya yang terasa lemas, tidak bisa berdiri dengan benar.
Bersambung....