Jian Lushi menjadi salah satu korban tewas, dalam kecelakaan tabrakan mobil beruntun.
Akibatnya, jiwanya mengalami perjalanan melintas waktu ke dimensi lain.
Kemudian jiwanya masuk kedalam raga seorang gadis petani malang, yang tanpa sengaja mati akibat ulah saudaranya sendiri.
Yuk ikuti perjalanan Jian Lushi, dalam menjalani kehidupan barunya di dunia asing.
Mohon dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah_sakabian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Tiba di Kabupaten
...----------------...
Sebelum berangkat ke kabupaten, nenek Su menyarankan agar Lushi membersihkan diri dan berganti pakaian terlebih dahulu.
Setelah 15 menit Lushi keluar dari kamar mandi, sudah dalam keadaan rapi. Pakaiannya sudah di ganti dengan yang lebih layak. Walaupun masih memiliki beberapa tambalan, yang penting bersih dan tidak compang camping seperti sebelumnya.
Kali ini Lushi mengenakan kerudung, untuk menutupi bagian kepala dan wajahnya.
Keluarga Wang tidak ada yang mempermasalahkan ini. Karena mereka pikir, Lushi sengaja menggunakan kerudung untuk menutupi wajahnya yang penuh bintik-bintik merah mengerikan.
Yang mereka tidak ketahui adalah, tadi sewaktu membersihkan diri, Lushi mandi menggunakan air spiritual di ruangannya.
Yang efeknya benar-benar langsung terlihat dengan mata telanjang. Luka-luka di tubuhnya dan bintik-bintik merah di wajahnya, langsung sembuh dan memudar. Kini kulit dan wajahnya sudah bersih, hampir glowing.
Jadi alasan dia memakai kerudung karena, tidak ingin mengejutkan nenek Su dan yang lainnya. Juga supaya memudahkan aktifitasnya setelah tiba di kabupaten nanti.
Sebelum naik ke gerobak sapi, nenek Su menjejalkan sesuatu ke tangan Lushi, sambil berkata. "Gadis Jian, ambil ini untuk membeli keperluan mu di sana nanti,"
"Nenek Su, aku tidak bisa menerima ini..." ucap Lushi sambil berusaha mengembalikan bungkusan kain ke tangan nenek Su.
"Tidak gadis Jian. Jangan menolak. Ini satu-satunya yang bisa nenek lakukan dan berikan padamu."
"Tidak nenek Su, jangan lakukan ini. Aku memiliki uang sendiri..." ucap Lushi.
"Simpan, jangan sampai hilang. Semoga setelah ini kau bisa menjalani kehidupan yang lebih baik lagi. Dan segera mendapat pekerjaan, di sana." tegas nenek Su. Sambil menggenggam tangan Lushi, tidak membiarkannya mengembalikan lagi.
Nenek Su berkata seperti itu, karena Lushi sendiri yang mengatakan. Bahwa dia akan mencari tempat tinggal dan pekerjaan di kabupaten. Apa yang terjadi selanjutnya, hanya Lushi yang tau.
"Sudah terima saja, gadis Jian. Ayo cepat berangkat. Waktunya sudah hampir siang." ucap kakek Wang dari atas gerobak sapi.
Melihat adegan saling tolak menolak antara istrinya dan Lushi, membuat kakek Wang tidak sabar sendiri.
"Wanita memang merepotkan dan suka bertele-tele." ucap paman Yifu pelan.
Dia sudah hafal dengan kebiasaan-kebiasaan wanita yang sok-sokan menolak, padahal sebenarnya mau seperti itu. Dari mana lagi dia belajar, kalau bukan dari istrinya, ibunya, dan adik-adik perempuannya.
Karena Lushi tidak ingin mengecewakan orang-orang tua, yang sudah baik kepadanya ini. Jadi dia menerimanya meskipun dengan berat hati.
"Baiklah. Terimakasih, nenek Su. Aku menerimanya." ucap Lushi sambil menggenggam bungkusan di tangannya.
Melihat Lushi mau menerima pemberiannya, nenek Su merasa lega dan akhirnya tersenyum.
"Semoga rezeki nenek Su, kakek Wang dan keluarga, semakin banyak."
"Selamat tinggal nenek Su..." akhirnya hanya itu yang bisa Lushi ucapkan.
Paman Erfu, paman Wu, dan beberapa ipar, sudah melanjutkan beraktifitas di ladang. Jadi yang ada di rumah hanya nenek Su. Kakek Wang dan paman Yifu, mengantarkan Lushi ke kabupaten.
Kemudian paman Yifu segera menjalankan gerobak sapi, setelah Lushi duduk ke atasnya.
Setelah gerobak sapi tidak terlihat, nenek Su berbalik dan masuk rumah.
****
Setelah menempuh perjalanan selama satu jam lebih, Lushi dan rombongannya sampai di kabupaten. Paman Yifu langsung mengarahkan gerobak sapinya menuju tempat tertentu, untuk di parkirkan. Karena tidak mungkin membawa gerobak sapi ke kantor pencatatan sipil.
Hanya kereta kuda atau sejenis delman, yang masih di izinkan melewati jalan kabupaten. Selebihnya ada becak, sepeda, motor dan mobil bagi yang memiliki.
Untungnya semua berjalan lancar. Singkatnya setelah kepala desa menyerahkan surat-surat kelengkapan yang di perlukan. Petugas yang terkait langsung memproses kartu keluarga mandiri untuk Lushi. Sekaligus memperbarui kartu keluarga untuk kluarga Jian.
Jadi dengan ini, nama Jian Lushi sudah resmi tidak tercantum dalam kartu keluarga milik keluarga Jian. Kini namanya sudah tertera pada kartu keluarga lain, dengan dia sendiri yang menjadi kepala keluarganya.
Senyum lebar langsung tersungging dari bibir Lushi yang tertutup kerudung. Setelah kartu keluarga baru miliknya, benar-benar berada di genggaman tangannya.
"Baiklah gadis Jian, sekarang kau sudah resmi memiliki kartu keluarga sendiri. Simpan baik-baik surat-surat itu, jangan sampai hilang, ataupun tercecer." ucap kakek Wang setelah memberikan kartu keluarga yang masih hangat itu, kepada Lushi.
Saat ini mereka sudah keluar, dan berada di halaman depan kantor urusan sipil.
"Baik kakek Wang," jawab Lushi mantap.
Tanpa di suruh pun, sudah pasti Lushi akan menyimpan surat-suratnya dengan sangat baik. Dan tidak akan pernah hilang, karena dia akan menyimpannya di ruangan ajaibnya.
"Terimakasih sudah membantu Lushi mengurus semua ini." lanjutnya lagi sambil membungkuk hormat.
"Jangan terlalu sopan. Kakek juga senang bisa membantumu." jawab kakek Wang.
"Ayo, sekarang kakek dan paman Yifu, akan mengantarkan mu mencari penginapan." kata kakek Wang, setelah menerima isyarat dari paman Yifu, jika hari sudah semakin siang.
"Baik kakek Wang. Kalau ada penginapan yang paling murah saja." ucap Lushi serius.
Sebenarnya tidak masalah, meski tanpa menyewa penginapan. Karena Lushi bisa tidur dan tinggal di ruangan ajaibnya.
Tapi kakek Wang dan paman Yifu berpikir berbeda. Mereka tau jika Lushi tidak memiliki banyak uang di tangannya, jadi ingin menghemat uang dengan menyewa penginapan yang paling murah.
"Baiklah, paman tau di mana penginapan yang harganya paling murah, di sini." jawab paman Yifu. Yang memang lebih hafal dengan daerah sekitar.
Setelah sampai di penginapan yang di maksud, Lushi hanya memesan kamar selama tiga hari. Dan ketika akan membayar, paman Yifu segera mengeluarkan uangnya.
"Tid..."
"Kali ini biarkan paman yang bayar." tegas paman Yifu.
Matanya langsung memberi isyarat pada petugas untuk segera menerima uangnya.
Melihat anggukan kepala kakek Wang, Lushi tidak lagi berniat menolak.
"Terima kasih banyak kalau begitu. Paman Yifu, kakek Wang." ucap Lushi sambil tersenyum.
Ternyata masih ada orang-orang seperti keluarga kakek Wang ini, yang memperlakukan pemilik tubuh ini dengan baik.
Tidak sia-sia jika Lushi membalas kebaikan mereka yang sudah membantunya.
"Ya tidak masalah," jawab paman Yifu.
"Kalau begitu kami akan kembali ke desa dulu. Nenekmu pasti marah-marah jika kami belum kembali saat makan siang." kata kakek Wang.
"Baiklah kakek, terimakasih sekali lagi. Aku akan mengantarkan kalian sampai di tempat gerobak sapi berada." ucap Lushi kekeh.
Akhirnya mereka bertiga sampai di tempat gerobak sapi.
Setelah Kakek Wang duduk, paman Yifu mulai menjalankan gerobak sapinya.
"Selamat tinggal kakek Wang..."
"Hati-hati berkendara, paman Yifu..."
Tiba-tiba ada beban tambahan di atas....
...----------------...
bunga mendarat/Rose//Heart/