NovelToon NovelToon
Pembalasan Istri Lemahku

Pembalasan Istri Lemahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Paksa / Tukar Pasangan
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Elmu

Laras terbangun di tubuh wanita bernama Bunga. Bunga adalah seorang istri yang kerap disiksa suami dan keluarganya. Karna itu, Laras berniat membalaskan dendam atas penyiksaan yang selama ini dirasakan Bunga. Disisi lain, Laras berharap dia bisa kembali ke tubuhnya lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Elmu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ungkapan Rasa

Laras bungkam. Haruskah dia jawab iya? Tapi, gimana kalau ternyata Aksa menuntutnya, karna semalam nerima-nerima doang, bukannya nolak.

"Ras ...." panggilnya lagi.

Laras mengela napas pelan. Memberanikan diri melawan tatapan Aksa.

"Menurutmu?"

Aksa tersenyum. Mengusap surai Laras. "Aku yakin kamu ingat," ujarnya. "Aku cuma mau bilang, aku serius. Yang semalam, aku tidak bercanda. Aku mencintaimu," ucapnya dengan sorot lembut yang terpancar.

"Kamu ... Gak mabuk, kan?"

"Aku memang minum, sedikit. Tapi aku gak lemah. Aku gak semabuk itu, Ras. Aku ingat semuanya. Pernyataan perasaanku, termasuk, ciuman kita, semuanya aku lakukan dengan kesadaran penuh. Bahkan, rasanya masih terasa disini," ujar Aksa, menyentuh bibirnya sendiri.

Pipi Laras bersemu. Ah, sial. Ini masih pagi. Aksa malah membahas poin yang membuat pipinya panas.

"Bagaimana kalau mulai pagi ini, kita perbaiki hubungan kita? Mulai dari awal?"

Laras tak menjawab. Melainkan mengacungkan jari kelingkingnya. Aksa sempat menatap bingung. Tapi sejurus kemudian, pria itu tertawa kecil. Membalas tautan jemari Laras.

"Jadi, boleh aku menciummu? Morning kiss?"

Laras melotot. "Ciam cium mulu," ketusnya, galak.

Aksa tertawa. "Bibirmu candu. Manis." Dan pekikan kecil lolos dari bibirnya. Laras memukul lengannya. Ah, wanita ini memang hobi memukul. Tapi dia suka.

Perjalanan kali ini lebih manis. Aksa membawa tangan kecilnya dalam genggaman lebarnya. Sesekali mengecup punggung tangannya saat tangannya nganggur. Juga, menempatkannya di atas tuas kemudi. Enggan melepaskannya barang sedetik. Diperlakukan begitu, tentu saja dia suka. Andai tidak malu ketahuan Aksa, mungkin sepanjang jalan dia sudah senyam senyum sendiri.

Sampai di kantor, Aksa tetap gak melepas tautan jemarinya. Untuk pertama kalinya dia mengobral kemesraan mereka di publik. Tentu saja, para karyawannya menatap bingung pada pasangan itu. Baru kemarin, kantor dibuat geger gara-gara boss mereka dibuat pingsan oleh istrinya sendiri. Dan kini malah memamerkan kemesraan.

"Kayaknya pak Aksa udah mulai jatuh cinta deh."

"Iya. Padahal dulu, beliau dingin banget. Jangankan gandengan, istrinya kesini saja gak ditemui."

"Gue inget banget, waktu bu Bunga gak sengaja menumpahkan makanan ke baju bu Lila, pak Aksa marah besar. Langsung menyuruh sekuriti mengusirnya."

"Gue juga inget. Geger banget waktu itu. Pak Aksa malah sering belain bu Lila, daripada istrinya. Makanya pas kesini lagi dan jadi OG, gue kira udah dibuang. Eh, kok malah jadi semesra ini."

Beginilah gosip yang berhasil Laras rangkum. Kenapa, kaget ya? Haha ... Sama. Dia aja gak nyangka, Aksa berbalik bucin sama dia. Kini, dia bisa melenggang percaya diri. Siapa yang berani ganggu istrinya presdir? Ayo, sini maju!

.

"Kenapa dulu nikahin gue?"

"Dipaksa kamu."

"Berarti gak ikhlas?"

"Enggak."

"Cinta?"

"Enggak juga."

Laras menatap kesal. Ngeselin banget sih jawabannya. Ya seenggaknya meski jawabannya benar, tapi kan bisa diperhalus gitu loh. Ini mah singkat, padat, nyakitin.

"Terus ngapain nikah? Harusnya tolak aja lah. Aneh," ujarnya, ketus.

Aksa terkekeh.

"Kan udah bilang, dipaksa."

"Dipaksa juga bisa nolak kali."

"Kalau ditolak, mungkin sekarang kita gak bersama."

"Emang. Seenggaknya gue gak ketemu orang ngeselin macam elo."

"Benarkah? Tapi kalau sudah takdirnya, tetap saja bertemu."

"Ya gue kabur lah. Nyari jalan lain biar gak samaan jalannya sama elo. Biar gak ketemu. Males banget."

"Kalau begitu aku yang menyari jalan supaya ketemu sama kamu."

"Hilih! Giliran sekarang aja gombal. Kemarin-kemarin kemana, pak?"

"Kemarin masih ketutupan kabut. Gak kelihatan."

Laki-laki ini, benar-benar .... Huft ... Laras mengembuskan napas panjang. Moodnya berubah gara-gara Aksa.

"Makan sayang, ngambek gak bikin perut kenyang."

Mendengar panggilan barusan, seketika wajahnya memerah. Aish! Aksa benar-benar pandai mengobrak abrik hatinya.

"Apa mau aku suapi, hmm?"

"Mana? Aa ...." Laras membuka mulutnya.

"Pake mulut."

Seketika Laras bungkam. Aksa ini memang manusia sialan! Salah banget dia mempercayai pria itu.

Melihat wajah kesal istrinya, Aksa terkekeh. Menyendokkan sesuap, dan menyodorkan ke Laras.

"Loh, malah bungkam. Aaa ... Buka mulutnya, sayang. Aaa ...."

Laras masih membuang pandangan. Kesal dia sama Aksa. Hobi banget menggodanya.

"Atau, beneran pake mulut nih," Aksa membelok sendok ke arah mulutnya sendiri.

Secepat kilat Laras mengarahkan tangan Aksa ke mulutnya. Melahap suapan yang disodorkan pria tersebut.

Aksa tekekeh. Menatap gemas gadisnya itu.

"Takut banget aku suapi pake mulut. Padahal lebih enak tahu, Yank."

"Tahu banget. Pengalaman?" cibir Laras. Mengunyah makanannya.

"Haha. Enggak lah. Baru mau pertama kali, sama kamu. Itupun kalau kamu mau. Sayangnya kamu nolak. Jadinya gak jadi deh."

"Hilih! Palingan udah sama si Lila."

"Enggak. First kissku aja sama kamu."

"Halah. Buaya banget. Dikira gue gak tahu?"

Aksa tertawa kecil.

"Aku sama Lila itu ...."

"Aksa!"

Keduanya menoleh. Yang diomongin tiba-tiba muncul. Dan gak sempat dicegah, bergerak cepat memeluk Aksa.

"Kangen tahu ...." rengeknya, manja.

Laras merolingkan bola matanya. Malas melihat pemandangan memuakkan itu. Dan Aksa menangkap ketidak sukaan gadisnya.

"Lila, tolong lepas."

"Gak mau. Aku kangen kamu."

Aksa mendesah pelan. Mendorong bahu Lila lebih keras. Akhirnya berhasil. Lila langsung duduk di sampingnya.

"Kamu gak papa, kan? Kepalanya udah sembuh?" ujarnya, menyentuh wajah Aksa. Namun, gerakannya ditahan. Bukan oleh Aksa, melainkan Laras.

Lila menatap tak suka. Berusaha melepaskan cengkraman Laras, tapi dia gak berhasil. Kekuatan gadis itu lumayan juga.

"Apaan sih, lepasin tangan gue!" sentaknya marah.

Tapi Laras tak menggubrisnya. Tatapannya menyiratkan ketidak sukaan. Tentu saja, perempuan mana yang suka laki-lakinya disentuh wanita lain di depan matanya sendiri.

"Telinga lo budek? Lepasin tangan gue, sialan!"

Laras menyeringai. "Lo yang buta. Gak liat orang lagi pacaran?"

"Pa-pacaran?" Raut Lila berubah pias. Menatap Aksa, meminta jawaban. Tapi dia menggeleng. "Maksud lo apa? Gak usah sembarangan bicara!"

Laras terkekeh. "Kalau otak lo cerdas, harusnya sih paham."

"Maksudmu, lo sama Aksa? Heh! Jangan mimpi ya. Aksa gak suka sama lo. Lo itu cuma pengganggu."

"Benarkah? Kayaknya yang pengganggu itu elo deh," Laras menyeringai mengejek. "Kita lagi berduaan, bisa-bisanya lo yang baru datang mengganggu. Ck! Dasar hama."

Lila melotot tak terima. Menoleh pada Aksa.

"Sa, ini gak bener, kan? Dia cuma melantur, kan?" ungkapnya, memastikan. Bibirnya bahkan bergetar, menggelengkan kepala. Berharap jawaban Aksa memenangkannya.

"Sebaiknya kamu pergi, La."

Lila membola. "Aksa!"

"Kenapa? Gak terima? Itu fakta broo. Dikasih fakta malah melotot-lotot. Mata lo mau coplok?"

Darah Lila mendidih. Tangannya terangkat, hendak menampar Laras. Tapi lebih dulu Aksa menahannya.

"Keluar, La! Sebelum kesabaranku habis," sorotnya berubah tajam. Tak ada binar lembut yang terlihat beberapa menit tadi, sebelum kedatangan Lila, tentunya.

"Tapi, Aksa ...."

"Keluar!" bentak Aksa.

Bulir bening lolos dari ceruk matanya. Dengan menghentak kaki, Lila berdiri dari duduknya. Membanting pintu keras. Bunyi debumnya sampai membuat sekretaris Aksa yang diluar terperanjat.

Sesaat, hanya terdengar deru napas Aksa yang naik turun cepat. Berusaha menetralkan emosinya.

Diam-diam Laras tersenyum dalam hati. Aksa membelanya. Bahkan pria itu membuat Lila menangis karna dibentaknya.

"Wah .... Drama apa tadi," ledek Laras.

Aksa tak menanggapi. Meneguk segelas air minum.

"Dulu sayang sayangan, eh sekarang malah hampir perang dunia."

Aksa mengangkat wajahnya. "Ras, please."

Laras tertawa kecil. Pindah duduk di sebelah Aksa.

"Jadi, ceritanya udah beneran cinta nih?"

"Kamu mau bukti apa lagi, heum?" tidak ada emosi disana.

Laras tersenyum. Menangkup wajah Aksa dengan tangan kecilnya.

"Tak perlu dikeluarkan semuanya. Gak aman buat jantungku. Satu-satu aja ya, biar debarannya lebih terasa."

Senyum Aksa merekah. Tertawa kecil. Lantas membawa gadis mungil itu dalam dekapannya.

"I love you," bisiknya.

"Too," balasnya, menelusupkan wajahnya di dada sang pria. Menghirup aroma yang entah sejak kapan jadi candunya.

Tidak perlu banyak bukti. Aksa sudah membuktikannya perasaannya.

1
kuncayang9
keren ih, idenya
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!