Erlangga Putra Prasetyo, seorang pemuda tampan dengan sejuta pesona. Wanita mana yang tidak jatuh cinta pada ketampanan dan budi pekertinya yang luhur. Namun di antara beberapa wanita yang dekat dengannya, hanya satu wanita yang dapat menggetarkan hatinya.
Rifka Zakiya Abraham, seorang perempuan yang cantik dengan ciri khas bulu matanya yang lentik serta senyumnya yang manja. Namun sayang senyum itu sangat sulit untuk dinikmati bagi orang yang baru bertemu dengannya.
Aira Fadilah, seorang gadis desa yang manis dan menawan. Ia merupakan teman kecil Erlangga. Ia diam-diam menyimpan rasa kepada Erlangga.
Qonita Andini, gadis ini disinyalir akan menjadi pendamping hidup Erlangga.Mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya.
Siapakah yang akan menjadi tambatan hati Erlangga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengajian
Keluarga Pak Zainal pun dibuat tercengang mendengar berita pernikahan Erlangga dan Rifka. Ia menelpon Papi Zaki untuk menyampaikan kekecewaannya. Sebelumnya ia tahunya Papi Zaki menolak karena Rifka sudah memiliki kekasih. Ia sempat kecewa kepada Papi Zaki. Jika pada akhirnya Rifka dijodohkan dengan sepupunya sendiri, kenapa Papi Zaki mau menjodohkannya dengan Kadafi. Namun Papi Zaki memberi penjelasan agar tidak terjadi kesalahpahaman dan menimbulkan kebencian.
"Maaf Pak Zainal, bukan maksud saya mempermainkan keluarga anda. Tapi orang yang dicintai putri kami itu ya memang orang yang sudah menikah dengannya yaitu sepupunya sendiri. Dan atas permintaan Abi, yaitu Opanya mereka. Jadi mereka pun langsung dinikahkan. Semua terjadi begitu cepat. Saya harap hubungan kita tidak terganggu karena masalah ini. Semoga Kadafi menemukan jodoh yang baik."
"Kalau sudah seperti itu, kami bisa apa. Semoga mereka berdua menjadi keluarga yang langgeng. Saya akan memberi pengertian kepada Kadafi."
Erlangga benar-benar sudah sehat. Hari ini ia sudah terlihat segar. Ia menjadi bahan bulan-bulanan keluarganya karena menurut mereka sakitnya hanya karena ingin dihampiri istrinya. Erlangga hanya bisa mengulum senyum meski tidak begitu kebenarannya.
Sepertinya hubungan Erlangga dan Rifka akan semakin intens. Karena keduanya sudah bisa mulai menunjukkan perasaannya.
Waktu sangat cepat berjalan, tiga hari telah berlalu.
Saat ini baik di rumah Opa Tristan maupun di rumah Opa Wangsa sudah banyak orang, karena besok adalah resepsi pernikahan Erlangga dan Rifka. Sebagian keluarga yang dari jauh juga ada yang menginap di hotel. Ketiga adik Erlangga yang dari pesantren pun sudah pulang tadi siang. Mereka cukup terkejut karena mendadak dijemput. Apa lagi setelah tahu sebabnya dijemput.
Aira dan keluarganya menginap di rumah Erlangga sendiri. Di sana sudah dipersiapkan untuk dihuni penganti baru nantinya. Satu bulan yang lalu sebelum Erlangga pulang ke Indonesia, rumah itu sudah tidak dikontrak kan lagi karena Erlangga memang berniat untuk menempatinya sendiri. Hanya saja kemarin-kemarin Bunda belum mengizinkannya karena terlalu khawatir kepada anak bujangnya.
Baik di rumah Opa Tristan, maupun di rumah Opa, Wangsa malam ini melakukan acara pengajian untuk syukuran pernikahan Erlangga dan Rifka. Di rumah Pak Wangsa, nampak Nenek Fatimah yang sangat bersedih karena teringat kepada almarhumah putrinya, yaitu Mamanya Erlangga. Namun ia juga bahagia karena bisa melihat Erlangga tumbuh besar dan akhirnya menikah. Aira dan keluarganya juga ikut serta dalam acara pengajian tersebut. Sebenarnya ia dan keluarganya sangat sungkan untuk ikut serta, karena bagi mereka keluarga Erlangga sangat jauh kehidupannya dengan mereka. Namun Bunda Winda meyakinkan bahwa mereka semua sama, tidak ada perbedaan.
Acara pengajian berlangsung dengan hikmat dan lancar. Di akhir acara, Erlangga meminta izin dan pamit kepada kedua orang tuanya untuk melangkah ke jenjang berikutnya bersama istri tercintanya. Ia bersimpuh di bawah ke dua orang tuanya.
"Bunda... Bunda memang bukan Ibu yang melahirkanku, tapi Bunda adalah Ibu yang selalu ada buat aku. Saat aku kehilangan sosok Ibu, Bunda-lah yang ada memberiku kasih sayang yang tidak ada batasnya.Bahkan Bunda selalu menanamkan kebaikan kepada Er. Semoga Mama ditempatkan di surganya Allah karena Bunda telah mendidik Er menjadi anak yang sholeh. Mungkin kebaikan apa pun yang kulakukan takkan mampu membalas kasih sayang Bunda. Maafkan Er, jika selama ini Er pernah sengaja atau tidak sengaja melukai hati Bunda. Bunda adalah Ibu terbaik. Izinkan Er untuk melangkah ke depan bersama dengan orang yang Er cintai."
Ucapan Er membuat hati Bunda terenyuh. Ia tidak kuat menahan air matanya. Mata Erlangga pun berkaca-kaca. Semua orang ikut terhanyut dalam suasana haru.
"Bang, kamu anak baik. Bunda selalu memaafkanmu. Jadilah imam dan suami yang bertanggung jawab. Do'a Bunda selalu untukmu, berbahagialah, bang. Restu kami bersamamu."
Beralih kepada Papanya.
"Pa, Terima kasih sudah mendukung Er selama ini. Terima kasih sudah menghadirkan Bunda untuk menjadi Ibunya Er. Maaf jika Er belum bisa menjadi seperti yang Papa harapkan. Izinkan Er untuk menjadi laki-laki yang bertanggung jawab, menafkahi dan membahagiakan istri Er. Er harap bisa menjadi seperti Papa, sosok yang tegas dan bijaksana."
Papa Pras menepuk kedua pundak putranya. Ia hampir kehilangan kata-kata untuk menjawab perkataan putranya.
"Huh... kamu pasti bisa lebih dari Papa. Restu kami menyertaimu."
Mereka bertiga berpelukan.
Setelah acara pengajian selesai, Nenek Fatimah menghampiri Bunda Winda untuk mengucapkan terimakasih kasih. Benar kata Erlangga tadi. Bunda Winda adalah sosok Ibu yang sudah menyelamatkan kehidupan Erlangga. Erlangga kecil yang dulu sempat kehilangan kepercayaan kepada, Ibunya sendiri, sempat terluka dan trauma. Mungkin hal itu sudah lama terjadi. Namun namanya manusia, kadang ada pada fase di mana ingatan masa lalu itu kadang menghantui.
"Bu, bukankah sudah kubilang. Erlangga memang tidak lahir dari rahimku, tapi aku sudah berjanji akan menyayanginya lebih dari anak kandungku."
"Iya, dan kamu membuktikannya Nak. Terima kasih banyak."
"Sama-sama, Bu. Ayo makan dulu. Semua orang sedang makan. Biar aku ambilkan untuk Ibu."
Di rumah Opa Tristan
Acara pengajian juga baru selesai. Baik, Mami, Papi, dan Opa Tristan menyampaikan pesan kepada Rifka agar menjadi istri yang baik dan nurut kepada suami.
Acara pengajian tersebut tak luput dari dari pantauan awak media. Kali ini Opa Tristan mengizinkan mereka untuk meliput acara tersebut agar tidak terjadi kesalahpahaman ke belakangnya.
Keesokan harinya.
Dari pihak Rifka sudah berangkat ke hotel tempat acara. Mereka harus sampai terlebih dahulu karena akan pengantin perempuan, pendamping dan juga bridesmaid harus dimake-up.
Kini Rifka sudah berada di ruang make up. Ia ditangani oleh seorang MUA muslimah profesional. MUA tersebut sangat tertarik dengan gaun yang dirancang sendiri oleh Rifka. Ia berharap bisa mengadopsi gaun tersebut dengan harga saudara kandung.
"Gampang kak, bisa diatur."
"Wah saya tidak menyangka lho saat ini sedang make-upin seorang deainer muda yang lagi viral. Bisa naik pamit ini nanti MUA nya, haha... "
"Amin... semoga Kakak tambah sukses dan berkah usahanya."
"Kalau orang cantik mau look apa pun juga cantik. Akan aku pastikan nanti suaminya pangling lihat Kakaknya."
Rifka mengulum senyum.
Rombongan keluarga Erlangga pun baru sampai di hotel. Para wanita bergabung ke ruang make up. Sedangkan Erlangga masuk ke kamar yang sudah disiapkan untuk pengantin baru. Kamar tersebut sudah dihias sedemikian rupa layaknya kamar pengantin baru. Kelopak bunga mawar bertebaran di atas kamar tidur.
"Bos janga bayangin apa-apa dulu, masih sore." Ledek Kendra.
"Ish, apaan sih. Mau dipecat?"
"Hehe...maaf canda bos. "
Kendra menemani Bosnya di dalam kamar tersebut. Acara resepsi jam 7 malam. Jadi mereka masih bisa bersantai. Karena sebentar lagi akan adzan Maghrib.
Bersambung....
...****************...
semangat untuk up date nya
double up date nya thor di tunggu