Sebuah pernikahan dari kedua konglomerat terpengaruh di negara Willow. Keluarga Edvane yang menjadi keluarga terkaya kedua di negara itu, mempunyai seorang putri pertama yang bernama Rachel Edvane. Dia gadis sederhana, suka menyembunyikan identitasnya agar bisa berbaur dengan masyarakat kalangan bawah, Cantik, Mandiri, dan seorang atlet beladiri professional namun karena masa lalu yang buruk, dia tidak pernah mempercayai pria lain lagi samapi dia dipaksa oleh ayah nya (Rommy Edvane) untuk menikah dengan Putra pertama keluarga Asher yang dimana keluarga paling kaya dan paling terpengaruh di negara Willow. Namanya Ayres Asher, di depan keluarganya Ayres seorang anak yang sangat berbakti, baik hati serta sangat tampan. Namun nyatanya, diluar itu dia adalah pria nakal, playboy dan suka foya-foya dan gila perempuan, Rachel yang mengetahui sifat Ayres tidak tinggal diam. Rachel memutuskan untuk tetap menikah namun diam-diam memberi syarat-syarat tertentu pada pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26. TMPP
Ku berusaha agar ikatan yang ada di tangan ku ini bisa terlepas. Untung saja aku tau teknik melepaskan tali dari tubuh jika dalam keadaan yang genting. Pertama ku raba dan cari tau jenis tali dan ikatan nya, setelah ku tau, tali tambang yang berukuran sedang ini ku gesekan dengan tali yang masih terurai sembari mencari celah agar ku bisa memasukan tali yang terurai ini kedalam ikatannya.
Ku perhatikan ruangan yang ku lewati ini hingga akhirnya aku di bawa masuk ke sebuah ruangan lembab yang agak jauh dari ruangan tadi. Di dalam ruangan ini terdapat sebuah sofa yang cukup besar dan juga sebuah meja yang diatasnya terdapat botol-botol kaca bekas minuman ker*s. pundakku di dorong oleh salah seorang penjahat itu hingga ku jauh terbentur ke sofa.
“Kenapa kamu tidak melawan haha? Apa kamu suka juga dengan hal ini haha,” Ucap salah seorang penjahat itu.
“Haha, sepertinya benar. Bukankah wanita kaya sangat suka bersenang-senang membayar orang untuk memuaskan nafsunya?” Sahut penjahat lain.
“Ya, benar itu. hmmm..” sahut yang lainnya.
Tanganku benar-benar sangat gatal ingin menghajar mereka. Para pria dengan otak mesum seperti mereka sangat dianjurkan untuk di hajar. Namun aku tak boleh gegabah. Jika aku melawan mereka sekaligus, mereka pasti akan memberitahu yang lainnya. “Haha, kalian tau sekali ya kehidupan orang kaya? Hahaha.. tapi sayang sekali, ku tak punya kekuatan untuk sekaligus melakukan itu dengan kalian. Em, bagaimana kalau kita melakukannya satu persatu? Ini akan menjadi rahasia kita berenam, hihi. Aku jamin kalian akan sangat puas. mm? Bagaimana?” Ucap ku dengan sebuah ide yang tiba-tiba muncul.
“Hmm, agresif sekali kamu nona. Haha, baiklah hey yang pertama aku dulu kalian keluar. Haha,”
“Haha oke baiklah. Yang cepat ya.. Haha, sampai nanti nona cantik.” Ucap lainnya lalu mereka pun melangkah keluar.
Pria itu mulai melancarkan aksinya dengan mulai melepaskan apa yang dia pakai. Melihat itu, aku ingin sekali muntah. Hingga ku dengar Langkah kakinya, aku pun mengendurkan tali tambang yang ada di tanganku untuk bersiap-siap menjerat pria menjijikan ini.
“Kemari lah.” Ucap ku masih berpura-pura di depannya.
Dia semakin mendekat, aku pun berdiri lalu langsung menjerat lehernya dan melakukan teknik kuncian agar orang ini tidak bisa menghirup oksigen dengan baik.
“Aaahh..” Ucap orang itu dan akhirnya dia pun pingsan.
“Huh, Aish. Apa dia tidak mandi? Emmm..” Ku mencium bau yang menyengat dari penjahat ini.
“Ku ikat denga napa dia? Ku masukan di mana ini?” gumam ku lalu mencari-cari tali atau sesuatu yang bisa ku gunakan untuk mengikat orang ini dan orang-orang tadi.
Setelah ku obrak-abrik seluruh ruangan ini, ku akhirnya menemukan sebuah kabel hitam dan sedikit tebal di dalam box dekat kamar mandi. Ku buru-buru menyeret orang ini ke dalam kamar mandi lalu mengikat nya dengan kabel tadi. Selain itu, ku menyobek kain gorden dan membungkam mulutnya dengan ini.
“Ku harus bergerak dengan cepat.” Ucap ku lalu aku pun berpura-pura teriak untuk mengelabuhi orang yang ada di luar.
Setelah itu, aku membuka pintu dan tersenyum bersandiwara dengan orang-orang yang seperti sedang mengantri sembako ini.
“Nona, renyah sekali teriakan nya hehe.”
“Emmm, ayo kamu masuklah.” Ucapku dengan tersenyum.
“Asik.. Duluan yaa..” ucap nya lalu masuk melewati ku.
“Duh berantakan sekali. Em, mana Theo…” Dia berucap lalu ku dengan cepat memukul jakun nya dengan cukup keras hingga dia perlahan terjatuh.
Penjahat kedua ini ku ikat bersambung dengan yang pertama tadi hingga akhirnya ke enam penjahat ini telah ku ikat dan ku sumpal mulutnya dengan kain gorden di kamar mandi.
“Hmm, ponsel. Ku ambil ponsel mu ya. dasar penjahat bod*h.” bisikku masih kesal dan dengan mengambil
Setelah itu, ku keluar dan tak lupa mengunci pintunya. Ku mengendap-endap menuju ke depan ruangan awal tadi. Aku intip di balik tembok, tampak Ayres sedang berusaha melepaskan diri dengan menggerakkan tubuhnya namun tak berhasil.
“Di mana para penjaga nya?” Gumam ku pelan.
Ku lirik ke samping kanan dan kiri namun tak ada siapapun. Aku merasa ini kesempatan ku untuk melepaskan mereka dan kabur dari sini. Aku dengan cepat berlari kearah mereka berdua. Mereka yang melihat ku, nampak terkejut sampai mulut mereka menganga.
“Rachel .. Kamu. Kamu. Kamu.” Ucap Ayres dengan gagap dan sempat menganga.
“Shuuttt, berisik. Suara mu keras sekali.” Jawabku membungkam mulutnya itu.
“Noo Na, anda tidak apa-apa kan? Nona? Lepaskan saya juga” Bisik Ryan.
“Ya tak apa. Sebentar..” Jawabku yang sedang melepaskan Ayres dulu baru setelah itu aku melepaskan ikatan Ryan.
“Terima kasih nona.”
“Iya. Ayo, kita keluar sekarang.” Ajak ku pada mereka.
Kami pun dengan berlari berjinjit dan membuka pelan pintu keluar itu. Kami berlari dengan kencang namun ke jalan satu-satunya yang ada, kami berlari lurus namun dari kejauhan, aku sempat melihat para penjahat itu.
“Jangan ke sana, kita masuk ke sini saja.” Aku menarik kedua tangan pria itu untuk masuk kedalam ilalang tinggi.
“Apa? Aduh, gatel banget dis..” Ku menutup lagi mulut Ayres yang bersuara keras itu.
“Ada apa non?” tanya Ryan berbisik.
“Shutt, itu..” ucapku sangat pelan sambil menunjuk ke depan kami. 5 penjahat itu sempat berhenti karena sepertinya mereka mendengar suara Ayres.
“Ah, ayo cepat ke markas lagi. nanti di marahin bos tuh. Ayo lah. Ku pengen gabung sama Theo hehe.”
“Eh iya ya. ayo ah, aku juga pengen nih. Hihi. Lumayan.”
Akhirnya mereka pun pergi dan setelah mereka agak jauh dari posisi ku, aku menarik kedua tangan pria itu lagi ke samping kanan dan mengajak mereka lari lagi dengan cepat.
Kami berlari cukup jauh hingga akhirnya kami melihat bayangan manusia. Aku menghentikan Langkah lebih dulu.
“Apa? Ayo lari lagi?” Ucap Ayres.
“Sebentar, itu ada bayangan. Kalian di sini dulu, aku intip mereka dulu.” Ucapku dan hendak ku berjalan namun di hentikan oleh Ayres.
“Rachel. Ini bahaya. Kamu yang di sini saja. Aku saja yang mengintip mereka. Beri waktu aku buat membuktikan bahwa aku juga bisa melindungi mu.” Jawabnya dengan senyum aneh itu lagi.
Otomatis ku mengernyitkan dahiku melihat itu. Setelah itu dia pun berjalan dengan pelan kearah bayangan itu. hingga Ayres cukup dekat dengan bayangan itu dan hendak mengintipnya. Tiba-tiba bayangan itu seperti berbalik dan mengintip kearah Ayres.
“Aaaaaa…” Ayres sangat kaget hingga kaki nya lemas dan terduduk di tempat nya.
“Tuan muda..” Ryan pun langsung membantunya.
“Tuan muda Asher? Nona Edvane? Hey, mereka disini..” Ku lihat seorang petugas polisi perempuan yang menoleh tadi.
Melihat dia, aku pun lega. Para polisi lain serta petugas medis mendekati kami dan mengajak kami ke ambulance untuk memberi kami air minum sehingga kami bisa menceritakan semuanya secara singkat.
“Roger, bawa tuan Asher dan Nona Edvane ke mobil kalian. Kami berempat akan coba ke sana.” Ucap salah seorang polisi.
“Mereka membawa senjata api pak. Tapi hanya 1, dan lainnya memakai garpu tanah dan sajam lainnya untuk pertanian pak. Berhati-hatilah! Mereka ada 15 orang, mereka pasti sudah tau kalau kami kabur. Mereka juga pasti sedang mencari kami. Markas mereka ada di sebuah pabrik kosong.” Jelas ku dengan singkat.
“Baiklah Nona. Terimakasih atas informasinya. Kami akan kembali lagi untuk mendengarkan secara rinci kejadian asli nya bagaimana.”
“Baiklah.”
Petugas polisi pun dengan berhati-hati menuju ke markas itu. Namun aku sedikit khawatir karena para penjahat itu sangat lah licik.
“Nona, tenang saja. Mereka prajurit terbaik. Kami juga sudah meminta bantuan ke markas pusat untuk membawa para penjahat itu. Mari, saya kompres dulu memar nya.” Ucap Paramedis mendekatiku.
“Baiklah, mari.”
“Jauh sekali ternyata.” Ucap Ryan dengan heran.
Sesampainya di jalanan sepi awal tempat posisi kami tadi, paramedis mengambilkan kami tempat duduk serta air minum. Beberapa saat kemudian, suara tembakan terdengar berulang kali.
“Hey, apa penjahat nya sudah ditangkap?” tanya Ayres penasaran.
“Tidak tau tuan muda. Tapi semoga saja para penjahat itu ada yang tertangkap.”
Di sisi lain, polisi bantuan yang sudah dipanggil pun datang kemari. Mereka langsung menuju ke lokasi para polisi lain yang sudah ada di sana. Benar saja, para polisi kembali dengan membawa 6 orang yang masih terikat.
Bersambung.