Choki Zakaria atau yang biasa dipanggil 'Jack', adalah ketua geng motor yang ditakuti di kotanya mendadak harus menikah dengan Annisa Meizani karena kesalahpahaman dari para warga.
Annisa, seorang gadis muslimah dengan niqob yang menutupi sebagian wajahnya ini harus ikhlas menerima sikap cuek Jack yang mengira wajahnya buruk rupa.
Sikap Jack berubah setelah tau wajah Annisa yang sebenarnya. Bahkan ketua Genk motor itu menjadi pria penurut dan manja di hadapan istrinya.
Akankah niat Jack untuk bertobat mulus tanpa hambatan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#6. Jangan Menyalahkanku!
"Padang Mahsyar itu menurut Al Qur'an ada di akhirat. Jangan bilang kalau kamu gak tau?" heran Annisa dengan kening yang berkerut.
"Akhirat? Itu nama tempat apa lagi?" cecar Choki dengan mimik wajah yang benar-benar polos macam anak balita.
Annisa langsung mengucap istighfar pelan. Gadis ini menghela napas lebih dulu. Malam ini akan lebih melelahkan di banding malam-malam sebelumnya ketika dirinya masih tinggal sendirian.
"Kamu Islam sejak kapan, kalau boleh Annisa tau?" tanya gadis ini yang kalimat panggilannya sudah berganti lebih akrab ketimbang sebelumnya.
"Ya, seingat aku sih ... sedari kecil. Pas TK juga aku terdaftar sebagai orang Islam, sampai kuliah," jawab Choki. Pemuda ini ikutan Annisa duduk lesehan di bawah. Karena, Annisa masih dalam proses mengemas basreng dengan berbagai macam rasa.
"Sekarang, apa sudah lulus kuliah?" tanya Annisa. Karena dia pikir, saat ini tampang Choki masih sangat muda. Apalagi, kalau raut wajahnya sedang polos seperti ini.
"Belum sih, seharusnya sih sudah lulus tahun yang lalu. Tapi, aku malas dan sering bolos. Padahal, tinggal buat skripsi saja. Berhubung tidak pernah serius sehingga, ajuan penelitianku selalu ditolak oleh dosen," ungkap Choki.
Entah kenapa, ia ingin terbuka akan kisah hidupnya kepada gadis muslimah di hadapannya ini. Padahal, selama ini Choki terkenal cuek dan tak banyak bicara di kalangan anak kampus dan Genk motor tongkrongannya.
"Kenapa malas. Apa kau tidak ingin di wisuda lalu bekerja di bidang yang kau sukai? Apa kau tidak memiliki planning di masa depan?" tanya Annisa lagi. Gadis ini sengaja tidak mengulik lebih jauh mengenai agama Choki.
Justru ia penasaran dengan kehidupan pemuda ini. Bahkan bagaimana awalnya hingga tau-tau ia berada di teras rumahnya. Padahal, pintu pagar telah Annisa gembok malam itu.
"Aku tak lulus pun, mereka tidak akan peduli. Lagipula, aku bukan boneka yang bisa mereka setir begitu saja. Biarlah aku seperti ini. Toh, kekayaan mereka takkan habis," terang Choki dengan amarah dma emosi yang terpendam.
Hingga, bias dari rasa itu sampai ke Annisa.
"Mana bisa begitu. Kau harus mengambil kesempatan yang belum tentu orang lain miliki. Contohnya, seperti Annisa. Aku, justru ingin sekali menginjak bangku universitas hingga di wisuda. Tapi, keadaan justru berkata lain," terang Annisa.
Malam ini kedua manusia yang tanpa rencana telah di perhatikan dalam ikatan suci pernikahan. Tanpa sadar sedang berbagi kisah hidup mereka.
"Bukannya kamu guru agama? Itu artinya kamu pernah kuliah kan?" tanya Choki. Pemuda ini yang awalnya selalu tak pernah mau tau akan masalah hidup orang lain. Kini perlahan tertarik dengan jalan hidup gadis di hadapannya.
Bahkan hari semakin malam tapi Annisa tetap masih bergelut dengan pekerjaan sampingannya. Satu hal yang membuat Choki heran kenapa gadis ini tak ingin menampakkan dirinya di hadapan orang lain. Apa ada yang Annisa sembunyikan pikirnya.
Iya, tentu saja ada yang sedang Annisa sembunyikan, Choki.
Yaitu, auratnya.
Kau pikir apa? 😁
Choki yang memang minim pengetahuan agama sama sekali tidak paham. Ia berpikir jika Annisa adalah gadis yang sok misterius.
"Ya, Annisa pernah kuliah. Tapi, cuma satu tahun," jawab Annisa. Ia berharap pemuda dihadapannya tidak menanyakan alasannya. Karena, Annisa sendiri sedang mengumpulkan puing-puing harapannya yang sempat hancur berantakan karena itu semua.
"Aku ngantuk. Sebaiknya kau juga jangan bergadang," kata Choki.
Annisa tersenyum tipis di balik niqob-nya. Ia bersyukur ketika Choki tidak melanjutkan pertanyaannya.
"Sedikit lagi selesai. Kamu tidur saja duluan. Annisa sudah biasa tidur pas tengah malam," ucap gadis itu.
Choki bangkit dan berjalan ke ruang tamu sambil menguap.
Pemuda itu melepas kemejanya dan kembali tidur dengan bertelanjang dada.
Annisa hampir melompat ketika menengok ke ruang tamu. Gadis itu biasa menyapu dan mengepel lantai lebih dulu sebelum ia tidur. Karena jika di kerjakan besok pagi maka tidak akan keburu.
"Ya Allah. Ujian apa ini yang lagi kau berikan pada Annisa," batin gadis itu seraya mengalihkan pandangan dari tubuh atletis milik Choki yang menggoda naluri manusia normal.
Seumur-umur bahkan Annisa selalu menjaga pandangannya dari penampakan seperti ini. Untung saja, pada saat ini pemuda itu sudah halal untuk ia lihat tubuhnya.
Tetapi, tetap saja Annisa tak sanggup menghalau debaran di dadanya yang tak seperti biasa.
Ada sekelumit rasa takut yang hinggap dalam hatinya.
___________
Di sebuah rumah mewah yang bisa di katakan sebuah mansion.
Sepasang suami istri sedang ribut dan saling menyalahkan. Ketika, mereka menyadari bahwa sudah dua malam putra satu-satunya yang mereka miliki tidak pulang kerumah. Bahkan, Choki sudah hampir setengah bulan tidak masuk kuliah.
"Lihat saja bagaimana cara kau mendidik putramu itu. Manjakan saja dia terus! Kalau sudah begini, siapa yang tidak pusing!" omel seorang pria bertubuh tinggi tegap perkasa meski usianya sudah hampir empat puluh lima tahun.
Begitu juga dengan sang istri yang masih terlihat cantik di usianya yang menginjak angka empat puluh tiga tahun.
Mereka kala itu menikah muda. Karena itulah di usia segitu sudah memiliki orang anak yang berusia dua puluh dua empat tahun.
"Enak saja! Kalau sudah begini kau selalu menyalahkan aku!" protes wanita cantik itu tak terima.
"Kenapa kau tak pernah mau mengaku kalau memang salah. Seharusnya kan seorang ibu itu memang di rumah. Anak satu saja kau tak bisa urus. Pantas saja Tuhan tak memberi kita anak banyak-banyak!" Alberto semakin naik pitam ketika istrinya yang bernama Eliana terus membela diri.
"Hah! Apa kau bilang? Aku di rumah. Lalu, kau dengan seenaknya bebas di luar sana begitu? Apa itu maumu? Enak saja! Jangan harap kau lepas dari pengawasanku, Alberto!" tukas Eliana.
Pasangan ini memang akan selalu ribut jika sudah menyangkut tanggung jawab terhadap putra mereka.
"Aku itu kan di luar juga bekerja bukan main-main. Apa kau tidak bisa mempercayaiku, Eli? Kita sudah menikah selama dua puluh tiga tahun," ucap Alberto yang kali ini sudah merendahkan suaranya.
Pria itu nampak frustrasi karena istrinya sama sekali tak mengerti akan tanggung jawabnya. Eliana justru asik mengikuti dirinya yang sering keluar negeri karena pekerjaan. Sehingga, Eliana meminta dirinya agar di jadikan sekretaris bagi suaminya itu. Sebab, Eliana tak mau jika Alberto menggunakan jasa wanita lain.
Eliana terlalu posesif terhadap suaminya. Sebab, wanita itu tak mau jika rumah tangganya mengalami hal yang sama dengan kedua orang tuanya dulu.
Ayah dah ibunya bercerai karena kehadiran orang ketiga dalam rumah tangga mereka. Eliana sangat mencintai Alberto. Wanita cantik dengan paras pribumi ini tak mau jika suaminya tergoda dengan wanita lain jika ia tak ada di sisinya.
"Aku bukan tidak mempercayaimu. Tetapi, aku tidak percaya klienmu yang kebanyakan wanita cantik itu!" ketus Eliana.
Wanita itu pun melempar sepatu hak tingginya asal hingga mengenai tulang kering Alberto, lalu ia meletakkan kasar bokongnya di atas sofa.
"Oh Eli!" Alberto memijat kepalanya yang seketika pusing.
"Cari anakmu sampai dapat. Kerahkan para anak buahmu itu!" titah Eliana pada suaminya.
Bersambung.
Jazakillah khairan author
👍👍👍👍👍
ana uhibbuki fillah untuk perempuan