Dibesarkan dari bayi, oleh seorang pemulung yang menemukannya di tumpukan sampah, dan dia dihina dengan tetangganya karena hidup miskin bersama orang yang menemukannya. dan dia juga di anggap anak haram karena mereka menganggap orang tuanya malu saat melahirkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Kubur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
...
Kiran dan bu anggun sekarang sudah sampai di perusahaan Perabu Company, kiran terus menatap bangunan besar yang ada dihadapannya, kiran kagum melihat perusahaan papahnya sangat besar, dan kiran berpikir pasti bukan hanya puluhan orang saja yang bekerja didalam, pasti lebih banyak lagi, pikir kiran.
" ayo sayang kita masuk, papah pasti sudah nungguin kita." ucap bu anggun saat melihat kiran hanya mematung menatap gedung besar itu.
" iya mah, sebentar." kiran mengambil masker yang ada didalam tasnya, bu anggun mengernyit melihat kiran yang memakai masker.
" kenapa harus pakai masker sayang.?" tanya bu anggun, kiran tersenyum menanggapi ucapan bu anggun.
" gak apa apa mah, ayo kita masuk." kiran menggandeng tangan bu anggun. bu anggun hanya menghembuskan nafas kasarnya, karna bu anggun tahu maksud kiran yang menutup wajahnya dengan masker agar tidak di ketahui orang.
mereka pun berjalan santai menaiki lantai 70 lantai yang hanya ada ruangan CEO dan sekretarisnya disana.
security dan resepsionis hanya menyapa bu anggun saat bu anggun melewati mereka dan membungkuk kan badan sebagai rasa hormatnya. begitupun dengan para karyawan yang berpapasan melewati bu anggun,
bu anggun membalas dengan senyuman dan anggukan kepala. mereka melihat gadis yang di bawa nyonya besar sangat penasaran, namun mereka tidak berani bertanya siapa gerangan gadis yang nyonya besar mereka bawa.
saat ini perusahaan sangat ramai, karna sekarang adalah jam makan siang, kiran dan bu anggun sudah seperti ratu karna setiap jalannya ada beberapa orang yang membungkuk kan bandan untuk menyapa.
mereka menaiki lift yang bertulis khusus CEO, kiran sendiri hanya mengabaikan mereka. mereka sampai di lantai 70 berpapasan dengan sekertaris pak perabu, yang akan makan siang karna memang jam sudah menunjukan jam makan siang.
" selamat siang nyonya." sapa sekertaris pak perabu yang masih sangat terlihat muda karna masih seumuran dengan kiran, hanya beda di atas kiran sedikit. bernama rendi.
rendi beralih pada kiran yang berada disebelah bu anggun, rendi menyapa kiran dengan senyumannya, karna rendi tidak tahu siapa nama kiran.
" apa suami saya masih di ruangannya ren.?" tanya bu anggun setelah membalas sapaan rendi dengan senyuman manisnya. begitupun dengan kiran yang membalas senyuman rendi saat rendi tersenyum padanya
" tuan sepertinya belum keluar dari ruangannya nyonya." jawab rendi yang terus menampilkan senyum manisnya, bu anggun mengangguk mengerti.
" ya sudah kita kesana dulu ren." bu anggun menggandeng tangan kiran lagi, kiran hanya menurut tidak mengeluarkan sepatah kata pun. rendi menunduk kan kepala saat bu anggun berjalan melewatinya, sebagai bentuk rasa hormatnya.
" papah.." kiran sedikit berteriak, saat sudah berada di dalam ruangan CEO, pak perabu yang sedang sibuk dengan berkasnya mendongak kesumber suara, dan tersenyum saat menyadari jika putrinya yang memanggil.
" kalian duduk dulu disofa, sambil menunggu mereka datang, papah mau selesaikan satu berkas ini dulu sudah tanggung soalnya." pak perabu berucap sambil menunjuk kan berkas yang ada ditangannya.
" iya pah, apa mereka sudah jalan.?" tanya bu anggun, sedangkan kiran sudah duduk terlebih dulu di sofa yang ada di ruangan CEO.
" hemm sepertinya sebentar lagi mereka sampai mah." jawab pak perabu mengalihkan pandangan dari berkas dan menatap bu anggun.
tidak sampai lima belas menit mereka sudah sampai, dan berpapasan dengan pak perabu yang juga sudah selsai dengan berkasnya tadi.
tokk.
tokk.
tokk.
" masuk." ucap pak perabu saat terdengar ketukan pintu. seseorang yang berada dibalik pintu pun langsung membuka dan masuk kedalam karna sudah diberi izin pada pemilik untuk masuk.
" siiifffaaa.." kiran berteriak dan sedikit berlari saat melihat orang yang datang, pak perabu kaget melihat kiran ternyata berada di kantor papahnya, begitu juga dengan sifa, dia kaget melihat jika kiran berada di ruangan CEO di perusahaan terbesar di negara.
" aku kangen banget sama kamu sifa." kiran memeluk sifa, sedangkan sifa hanya diam tidak membalas pelukan kiran, pak yoga melihat kiran yang memeluk sifa stafnya kaget, ternyata mereka sudah kenal.
dan sedetik kemudian pak yoga bisa menyimpulkan, kenapa pak perabu memintanya untuk membawa staffnya untuk menemaninya makan siang bersama.
" ini beneran kamu ran, Ya Allah aku gak nyangka banget, kamu makin cantik dan makin glowing." sifa melepas pelukan kiran, membuat kiran memanyunkan bibirnya.
" iih kok di lepas sih fa, kan aku masih kangen sama kamu, kamu gak kangen ya sama aku." kiran mengerucutkan bibirnya membuat mereka yang melihat tersenyum.
" iya kangen lah, buat apa aku nyusulin kamu ke kota ini kalau aku gak kangen sama sahabat aku ini." sifa memeluk kiran, dan kiran membalas pelukan hangat yang sifa berikan, mereka sama sama meneteskan air mata bahagianya, karna mereka bersyukur bisa dipertemukan kembali. bu anggun, pak perabu, dan pak yoga terharu melihat mereka.
" sudah nanti lagi dilanjut, sekarang kita makan siang dulu." bu anggun menghentikan drama mereka.
kiran dan sifa pun melepas pelukannya. dan kiran mengenalkan sifa pada pak perabu dan bu anggun. sifa kaget ternyata orang yang di panggil papah saat kiran menelpon kemarin adalah pak perabu, pemilik perusahan yang sering menjadi sorotan publik, dan dikenal orang terkaya nomer 1 di negara.
mereka makan di restauran bintang 5, pak yoga tahu jika restauran yang sedang mereka injak lantainya sekarang adalah salah satu aset kekayaan milik pak perabu. mereka dituntun langsung, oleh Manager di sana keruangan VIP.
" aku masih belum percaya jika ternyata kiran benar benar anak kalian, aku kaget saat orang yang aku tugaskan menjemput kiran waktu itu, malah meminta ku untuk menemui kiran dikediaman kalian." ucap pak yoga, sambil menatap pak perabu dan bu anggun bergantian.
" maaf ya yah, kiran waktu itu bukannya menolak orang suruhan ayah, tapi waktu itu kiran sudah dijemput mamah." kiran meminta maaf pada pak yoga atas kejadian waktu itu.
" tidak apa apa nak, ayah juga mengerti, dan pasti kamu sekarang bahagia karna sudah bertemu mereka." pak yoga tersenyum menjawab kiran, sifa kembali bingung saat kiran memanggil atasannya dengan sebutan ayah. namun sifa tidak berani menyela obrolan mereka.
" iya yah, aku bahagia banget, apalagi mereka sangat baik sama aku." jawaban kiran mendapat senyuman oleh pak perabu dan bu anggun.
" tapi kamu minta aku bawa sifa staf ku ini perabu, jika hanya ingin menemukan kiran dengannya kan bisa aku ajak sifa ke rumah kalian langsung." pak yoga berucap menatap pak perabu. dan pak yoga tidak memanggilnya tuan seperti di telpon tadi pagi.
" hemm gini ga, sebelumnya aku minta maaf sama kamu, tapi kiran meminta ku untuk mempekerjakan temennya di perusahaan kita dan aku akan tempatkan dia di manager keuangan." pak perabu menjawab jujur keinginan kiran yang ingin memasukan sifa ke perusahaannya.
" aku juga setuju jika sifa bekerja disini sebagai manager keuangan, karna di perusahaan ku dia hanya staff biasa, dan dia seharusnya memang berada diposisi yang sesungguhnya, tapi sayang diperusahaanku sudah terisi untu posisi itu." pak yoga juga setuju jika sifa mendapat posisi yang lebih layak, karna pak yoga sudah melihat data sifa jika sifa tergolong anak cerdas.
" tunggu, tunggu, maksud tuan, saya dipecat atau gimana.?" tanya sifa yang sedari tadi diam.
" tidak sifa, anggap saja saya memindahkan kamu kesini." jawab pak yoga.
" sudah lah fa, kami terima aja, ini juga demi kebaikan kamu, dan aku juga mau kamu tinggal bareng aku, agar aku punya teman di rumah, dan biar kamu gak sendirian berada di kota sebesar ini, aku takut kamu kenapa kenapa."
Bersambung...