Dipinang adiknya, tapi dinikahi kakaknya. Loh!! Kok bisa? Terdengar konyol, tapi hal tersebut benar-benar terjadi pada Alisya Mahira. Gadis cantik berusia 22 tahun itu harus menelan pil pahit lantaran Abimanyu ~ calon suaminya jadi pengecut dan menghilang tepat di hari pernikahan.
Sebenarnya Alisya ikhlas, terlahir sebagai yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan tidak dapat membuatnya berharap lebih. Dia yang sadar siapa dirinya menyimpulkan jika Abimanyu memang hanya bercanda. Siapa sangka, di saat Alisya pasrah, Hudzaifah yang merupakan calon kakak iparnya justru menawarkan diri untuk menggantikan Abimanyu yang mendadak pergi.
*****
"Hanya sementara dan ini demi nama baikmu juga keluargaku. Setelah Abimanyu kembali, kamu bisa pergi jika mau, Alisya." ~ Hudzaifah Malik Abraham.
Follow ig : desh_puspita
******
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 09 - Dia Tanggung Jawabku
Tiada angin, tiada hujan tiba-tiba minta ganti panggilan. Alisya tidak menduga jika sebutan Kakak akan dianggap aneh untuk pasangan suami istri. Padahal, sejauh yang Alisya ketahui, boleh-boleh saja selagi masih sopan.
"Tapi bukankah panggilan Kakak sudah cukup sopan?"
Hudzai mengangguk, memang benar tidak ada yang salah dengan ucapan Alisya. Panggilan Kakak juga terkesan sopan, tapi bagi Hudzai agak kurang cocok untuk pasangan.
Bukan tanpa alasan Hudzai berpikir demikian. Akan tetapi, seluruh yang mengenal dirinya memang memanggil demikian, termasuk anak panti juga santri di pondok pesantren keluarga Umi Zalina.
Sosoknya yang mungkin sangat penyayang dan mencintai anak kecil adalah alasan kenapa di mata orang-orang Hudzai adalah seorang kakak dan patut dihormati.
Dan, di antara orang-orang itu adalah Alisya sendiri. Justru dia segan dan takut hendak memanggil dengan sebutan selain itu karena dirasa kurang sopan.
Akan tetapi, Hudzai tetap dengan persepsinya bahwa panggilan Kakak tidak dipergunakan untuk suami istri. "Sopan memang, tapi maksudku bukankah lebih baik jika ada perbedaannya?"
"Hah? Maksudnya?" tanya Alisya bingung.
Entah dia yang terlalu bodoh, atau penjelasan Hudzai setengah-setengah. Akan tetapi, Alisya yang terkenal pintar mendadak terlihat agak tulalit di hadapan si genius itu.
Tak segera menjawab, Hudzai juga tengah berpikir tentang kata-kata yang sekiranya mudah diterima dan dicerna oleh Alisya. "Maksudku begini," tuturnya sengaja mendekat.
Sudah persis merencanakan parenting andai nanti punya anak, Hudzai berlagak seserius itu, padahal hanya perkara panggilan semata. "Kalau kamu tetap memanggilku Kakak maka semuanya akan terasa sama ... jadi biar berasa pasangan, alangkah baiknya panggilanmu dirubah."
"Oh begitu?"
Hudzai mengangguk, sebenarnya dia agak malu untuk meneruskan pembicaraan unfaedah ini, tapi berhubung sudah telanjur dia lanjutkan saja.
Mendapati anggukan sang suami, Alisya berpikir keras. Berusaha memikirkan kira-kira apa panggilan yang cocok dan juga manis untuk sang suami.
Ada beberapa yang terbesit di benak Alisya, tapi dia juga bingung Hudzai suka atau tidak nantinya. "Kang? Nanti dia protes dianggap tukang gendang."
"Ehm? Honey? Tidak-tidak, terlalu berlebihan, yang ada nanti geli."
Sembari berpikir dan terus memandangi sang suami dari ujung kepala hingga ujung kaki, Alisya mempertimbangkan dengan sebaik mungkin.
Dia cocokkan dari wajah dan postur tubuh Hudzai, mencari yang sekiranya cocok. "Mukanya rada bule, mix timur tengah, tapi ada darah betawi juga kalau kata Kak Iqlima ... panggil Baby atau Hubby cocok, cuma lidahku yang kurang. Ehm Abang saja lah, aku rasa sudah cukup sopan."
Setelah lama berpikir, alhasil Alisya menemukan titik terang. Agaknya sudah sangat tepat dan tidak akan dianggap aneh atau semacamnya.
"Kalau Aa' gimana?" tanya Alisya cepat.
Abang yang terbesit di otak, tapi Aa' yang terucap. Hendak Alisya ralat, Hudzai justru mengangguk pelan seolah menerima panggilan sang istri.
"Boleh, jarang ada yang memanggilku begitu kebetulan," ucap Hudzai sebagai salah-satu bentuk penerimaan atas usul sang istri.
Sampai sakit kepala Alisya memikirkan panggilan, tapi ternyata justru salah bicara dan lucunya di-ACC begitu saja.
Aa' ... Panggilan yang manis, cukup menenangkan di telinga Hudzai terlebih lagi terlontar dari wanita yang lahir di tanah Sunda. Karena itu, sewaktu Alisya bertanya tanpa pikir panjang dia mengiyakan segera.
Sebagaimana dia katakan memang belum begitu banyak yang memanggilnya demikian. Sesekali dia mendengar panggilan itu dari anak-anak yang di temui secara random jika ke Bandung dan belum pernah dia temui sebelumnya.
Selesai diskusi terkait nama selesai, Alisya seketika bingung hendak bersikap bagaimana. Ingin terus berada di kamar juga tidak lagi ada pembahasan, sementara di sisi lain Hudzai hanya menatapnya sampai Alisya menundukkan pandangan.
Tidak ingin semakin tersiksa kecanggungan ini, Alisya bermaksud pamit untuk sekadar melihat keadaan di bawah. Hanya melihat, tidak bermaksud membantu karena tahu tidak akan diberikan izin untuk turun.
"Ehm ... kalau gitu Neng ke bawah dulu ya A'."
Deg
Tepat mengenai jantung, Hudzai berdegub tatkala mendengar suara lembut Alisya. Sejak awal kesan pertamanya tentang Alisya memang lembut, akan tetapi setelah ini rasanya lebih lembut lagi sampai Hudzai seolah tidak mempunyai kemampuan untuk bicara.
Dia dengan segala keanehan dalam dirinya hanya mengangguk pelan. Cukup lama terdiam, hingga ketika Alisya berlalu pria itu menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur seraya menatap langit-langit kamar.
"Neng ke bawah dulunya A'."
Orangnya sudah berlalu, tapi suaranya masih terngiang-ngiang sampai Hudzai menyentuh dadanya. Tidak dapat dia definisikan, tapi Hudzai sendiri bisa mendengar seberisik apa jantungnya saat ini.
Tak hanya jantung, dia yang tadi masih bisa santai kini tidak sama sekali. Hudzai meraih bantal demi menutup wajahnya sementara kakinya kini berayun sebelum kemudian menendang angin tanpa arah.
.
.
Tanpa sedikit pun dia sadari, bahwa di ambang pintu sepasang mata tengah menangkap tingkahnya. Niat hati ingin bicara serius, tapi ternyata justru disambut dengan penampakan jelmaan duyung tengah merefleksikan otot kakinya.
"Woey Kak Hudzai!! Kau kenapa?"
"Heum?"
Gerakan kaki Hudzai terhenti, pertanda jika dirinya bukan kejang sebagaimana yang Habil kira. Pria di hadapannya itu terlihat malu, dia segera beranjak dan menghampiri Habil yang datang entah apa tujuannya.
"Ada apa? mau bicara?"
"Sedikit, boleh minta waktunya?"
Hudzai mengangguk, dia mengekor di balik punggung adik sepupunya itu. Entah hendak membicarakan apa, tapi yang pasti Habil sengaja memilih balkon di depan sebagai tempat untuk bicara.
Tidak lupa, dia menutup pintu dan menunjukkan jika topik pembicaraannya amatlah penting.
"Kak Sini," ajak Habil sengaja menepi dan dengan polosnya Hudzai turuti.
Hudzai yang juga telanjur penasaran menuntut Habil untuk bicara secepatnya. "Cepat apa!!"
"Lihat!!" Habil menyerahkan ponselnya dan memperlihatkan pesan singkat dari Abimanyu.
"Kapan?"
"Barusan, lihat jamnya."
"Ck, untuk apa dia menghubungi kalau cuma nanya itu," celetuk Hudzai agak sedikit sebal tatkala membaca pesan singkat adiknya pada Habil.
Setelah menghilang dan tidak dapat dihubungi, Abimanyu kembali dengan nomor baru dan memastikan keadaan Alisya pasca dia tinggal pergi.
"Jawab saja sudah_ sini aku saja yang bicara," ucap Hudzai merampas ponsel dari tangan Habil dan bermaksud menelponnya.
Cukup lama Hudzai menunggu, hingga suara Abimanyu terdengar di seberang sana.
"Kenapa kau malah menelponku? Katakan saja, Habil ... bagaimana keadaannya? Apa Hudzai bersedia menikahinya? Jika iya, apa Alisya diperlakukan dengan baik oleh pohon kurma itu?"
Hudzai sebenarnya ingin segera menjawab. Akan tetapi, berhubung ada kalimat pohon kurma di akhir ucapannya, suasana hati Hudzai mendadak buruk seketika.
"Bil, cepat katakan padaku? Al_"
"Alisya baik-baik saja ... dia istriku, tanggung jawabku dan tidak butuh perhatian dari pengecut sepertimu, Abimanyu."
.
.
- To Be Continued -
...Assalamualaikum, eps pertama di Hudzai hari ini ... Maaf terlambat, Author baru mulai nulis jam 08 pagi setelah teler karena kemaren ga tidur sama sekali demi bisa langsung up 3 eps itu. Dan kebetulan di rumah sendiri sibuk sekali, next eps menyusul diusahakan tetap tiga ... tunggu sampai jam 21, buat yang vote-nya belum kepakek boleh lempar ke Hudzai okraaay🌹...