[UPDATE 2 - 3 CHP PERHARI]
"Hei, Liang Fei! Apa kau bisa melihat keindahan langit hari ini?"
"Lihat! Jenius kita kini tak bisa membedakan arah utara dan selatan!"
Kira kira seperti itulah ejekan yang didapat oleh Liang Fei. Dulunya, dia dikenal sebagai seorang jenius bela diri, semua orang mengaguminya karena kemampuan nya yang hebat.
Namun, semua berubah ketika sebuah kecelakaan misterius membuat matanya buta. Ia diejek, dihina, dan dirundung karena kebutaanya.
Hingga tiba saatnya ia mendapat sebuah warisan dari Dewa Naga. Konon katanya, Dewa Naga tidak memiliki penglihatan layaknya makhluk lainnya. Dunia yang dilihat oleh Dewa Naga sangat berbeda, ia bisa melihat unsur-unsur yang membentuk alam semesta serta energi Qi yang tersebar di udara.
Dengan kemampuan barunya, si jenius buta Liang Fei akan menapak puncak kultivasi tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27 Harta yang Terpendam: Liang Fei dan Pertemuan dengan Bandit Bulan Perak
Liang Fei melangkahkan kakinya memasuki markas Bandit Bulan Perak. Bangunan markas itu terlihat kumuh dari luar, namun siapa yang tahu harta apa yang tersembunyi di dalamnya.
Liang Fei menyusuri lorong-lorong sempit yang dipenuhi oleh sisa-sisa kehidupan para bandit. Bau tembakau dan anggur menyatu dengan udara lembap, memberikan gambaran suram tentang kehidupan yang selama ini dijalani oleh mereka.
Sesampainya di aula utama, pandangannya tertuju pada tumpukan barang hasil jarahan. Berbagai macam benda mulai dari rempah-rempah, sutra, hingga perhiasan emas dan perak tertata berantakan.
Mata Liang Fei menyempit, menilai setiap benda dengan seksama. Dia memahami nilai potensi dari barang-barang tersebut.
Baginya, benda-benda itu adalah saksi bisu dari penderitaan dan ketidakadilan yang melibatkan para pedagang malang.
Di tengah tumpukan benda, terlihat beberapa kotak dengan lambang sekte yang dikenalnya. Salah satunya adalah lambang Sekte Naga Putih yang menjadi tanda jika seseorang di sektenya pernah dirampok.
Dengan hati-hati, Liang Fei membuka kotak dengan lambang Sekte Naga Putih tersebut. Di kotak itu, terdapat relik tingkat tinggi dan beberapa lembar kertas catatan.
Relik memang sangat berharga, tapi perhatiannya teralihkan oleh salah satu kertas yang tampak lusuh.
"Ini... bagian dari Warisan Dewa Naga," gumam Liang Fei tak percaya dengan kertas yang dia dapatkan.
Seperti kejadian ketika dirinya mendapat Teknik Warisan Dewa Naga, dari luar kertas itu memang kosong, tapi Liang Fei dapat melihat tulisan emas yang melayang di atas kertas tersebut.
"Apakah ini bagian dari teknik warisan yang hilang?" tanya Liang Fei pada dirinya sendiri.
Liang Fei mengumpulkan energi Qi dan mengeluarkan Buku Warisan Dewa Naga dari dalam tubuhnya.
Ia mendekatkan kertas yang ia temukan pada Buku Warisan tersebut, dan ajaibnya kertas itu langsung menyatu kembali ke dalam buku.
Liang Fei merasa penemuan ini jauh melampaui apa yang ia harapkan saat memutuskan untuk menghadapi Bandit Bulan Perak.
Ada perasaan campur aduk antara kegembiraan dan keterkejutan yang kini menghantam dirinya.
Buku Warisan Dewa Naga yang kini bersatu lebih lengkap dan terasa berdenyut, hampir seolah memiliki nyawa tersendiri.
Liang Fei bisa merasakan aliran energi yang semakin kuat memancar darinya, memberikan semacam hubungan mendalam yang seolah-olah ada rahasia mendalam yang siap untuk diungkapkan.
Tapi, dia menyadari bahwa di tempat seperti ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengeksplorasi lebih jauh tentang buku tersebut.
"Sebaiknya aku mempelajarinya setelah sampai di Kota Huisan."
Liang Fei mengubah Buku Warisan Dewa Naga itu menjadi energi Qi emas, lalu menyusupkannya kembali ke dalam tubuhnya, menyimpannya di tempat yang paling aman.
Liang Fei mengedarkan pandangannya, melihat tumpukan item dan harta berharga yang sangat melimpah.
Ia kemudian memasukan semua barang berharga tersebut ke dalam cincin parsial miliknya, tapi cincin parsial tersebut tidak muat untuk menyimpan terlalu banyak barang karena ukurannya yang hanya 5 × 5.
Di tengah kebingungannya, Liang Fei menemukan cincin parsial di antara tumpukan item tersebut. Setidaknya ukurannya jauh lebih besar daripada cincin miliknya.
Setelah menguras habis barang berharga di markas bandit itu, Liang Fei memutuskan untuk keluar.
Di ambang pintu masih terlihat mayat Dong Guan yang tergeletak begitu saja, Liang Fei melihat jika Dong Guan juga mengenakan sebuah cincin parsial, ia langsung mengambilnya.
Fajar mulai muncul di ufuk timur, menyinari perjalanan Liang Fei saat ia meninggalkan markas Bandit Bulan Perak.
Pagi yang cerah menandakan dimulainya hari baru baginya. Dengan semua barang berharga dari markas bandit tersimpan aman dalam cincin parsial yang baru ia dapatkan, Liang Fei merasa sedikit puas.
"Aku harus bergegas kembali sebelum Paman Guan dan yang lainnya khawatir," gumam Liang Fei.
Ia kemudian berlari menelusuri jalan keluar yang sudah dia tandai ketika memutuskan untuk pergi ke markas bandit.
Gerakannya yang cepat namun tanpa suara membelah angin dan semak belukar.
...
Di sisi lain, Paman Guan beserta keluarga dan penumpang lainnya kebingungan ketika mereka terbangun tapi tidak menemukan adanya Liang Fei di sekitar sana.
Mereka semua khawatir dan takut jika pemuda yang baru mereka kenal itu terlibat dalam bahaya.
Paman Guan berniat untuk mencari Liang Fei sebelum pemuda itu tiba-tiba keluar dari balik semak belukar...
"Liang Fei, kemana saja kamu dari tadi? Apa kamu terlibat masalah?" tanya Paman Guan dengan penuh kekhawatiran.
Liang Fei tersenyum lembut, "Aku baru saja menangkap seekor rusa untuk sarapan pagi kita."
Setelah Paman Guan memperhatikannya dengan seksama, ia dapat melihat Liang Fei yang sedang membawa seekor rusa dalam keadaan terikat.
Paman Guan merasa lega melihat Liang Fei kembali dengan selamat.
Senyum lembut Liang Fei seakan meyakinkannya bahwa tidak ada bahaya nyata yang harus dihadapi. Meski demikian, Paman Guan masih merasakan ada sesuatu yang berbeda pada Liang Fei, tetapi ia memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh.
"Nak, bekal makanan kita masih banyak, kamu seharusnya tidak perlu berburu untuk kita."
"Tidak masalah, Paman. Aku ingin kita semua makan daging yang masih segar," kata Liang Fei sambil tertawa kecil untuk menghilangkan ketegangan di antara mereka.
"Baiklah kalau kamu merasa begitu," jawab Paman Guan sambil menggelengkan kepala, takjub akan kebaikan hati Liang Fei.
Paman Guan mulai merasa bersalah ketika pertama kali bertemu dan meragukan pemuda itu karena kondisi fisiknya.
Segera, mereka semua bekerja sama untuk menyiapkan sarapan. Semua orang merasa senang memiliki makanan bergizi dan segar yang jarang mereka nikmati dalam perjalanan seperti ini.
Liang Fei menyaksikan kebahagiaan sederhana itu dalam diam, merasa senang bisa membantu, meskipun perhatiannya tetap pada harta karun yang kini tersembunyi aman di cincinnya.
Saat sarapan usai dan persiapan untuk melanjutkan perjalanan kembali dilakukan, Liang Fei memutuskan untuk menjaga rahasia pertemuannya dengan para bandit.
Perjalanan menuju kota Huisan dilanjutkan dengan suasana yang lebih nyaman. Perlahan, perbincangan ringan dan tawa kembali mengisi udara saat mereka bergerak melewati pegunungan dan lembah.
"Ah, Bibi Luan, bukankah Anda pernah bilang kalau susah mencari pemasok untuk barang daganganmu?"
Liang Fei bertanya kepada Bibi Luan, seorang wanita paruh baya yang masih mempunyai semangat membara dalam berdagang, khususnya berdagang kain.
"Itu benar, akhir-akhir ini jumlah kain dari para pemasok menjadi sangat langka. Jika ingin membeli dari para pedagang juga harganya sangat mahal. Kenapa kamu menanyakan itu, Liang?"
"Ah, tidak. Sebenarnya aku punya beberapa kain yang tidak tahu harus diapakan ke depannya. Aku berniat untuk menjualnya kepada Bibi."
Mata Bibi Luan bersinar cerah, "Benarkah, kalau begitu aku akan bersedia membelinya sesuatu dengan harga pasar."
Liang Fei tersenyum, lalu mengeluarkan beberapa ikatan kain yang dia dapat dari markas para bandit sebelumnya.
Bibi Luan dan yang lainnya melihat dan menyentuh kain sutra itu dengan ekspresi tidak percaya. Tingkat kepadatan, warna, dan kehalusan kain itu berada di tingkat tertinggi.