Satu tahun telah berlalu, banyak hal yang terjadi. Namun Chen Xuan, pangeran sampah dari Istana Raja Chen telah bangkit menjadi praktisi terkuat di usia 18 tahun. Mengguncang Benua Timur dengan Pedang Penguasa Naga Hitam. Menghancurkan Faksi Laut Biru dan mempermalukan mantan tunangannya yang telah menghina ibunya.
Tapi meski demikian, setelah semua itu berakhir. Chen Xuan masih harus terus maju. Membuka rahasia besar tentang masa lalu dan masa mendatang, memenuhi janjinya kepada Ling Xia, serta mencari keberadaan ibunya.
Namun di saat janji begitu penting, Chen Xuan sekali lagi di hadapkan dengan pilihan sulit antara melindungi anaknya yang akan lahir atau terus maju dengan hati dingin ke arah takdir yang di tentukan!!.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soccer@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1 ~ RENCANA MEMBENTUK FAKSI ~
Di puncak gunung tertinggi di ibukota kekaisaran Chen, seorang pemuda tampan berambut merah berdiri tegak, dengan tangan di balik punggungnya. Matanya yang hitam legam memandang ke bawah, menyapu pemandangan kota yang indah dengan tenang.
Angin sejuk berhembus, mengibaskan rambut merahnya yang berantakan dan jubah hitam elegannya. Rambutnya berkerudung seperti kobaran api yang menyala-nyala, menambahkan kesan mistis pada sosoknya.
Pemuda itu terlihat tenggelam dalam pikirannya sendiri, seolah mencari jawaban atas pertanyaan yang terus menghantui hatinya. Angin gunung yang berhembus pelan-pelan menambahkan kesan misterius pada suasana tersebut.
Langkah kaki lembut terdengar mendekati, diikuti suara merdu yang mempesona. "Chen Xuan, kapan kita akan berangkat?" Suara itu bagaikan alunan melodi yang memikat, membangunkan pemuda berambut merah dari lamunan.
Chen Xuan berbalik perlahan, mata hitam legamnya bertemu dengan sosok cantik berjubah putih. Wanita itu berjalan dengan langkah anggun, seolah-olah dewi turun dari lukisan. Wajahnya halus dan seputih salju, menawan hati siapa pun yang memandang.
Rambut hitam panjangnya tergerai indah di belakang, berkibar-kibar di angin sejuk. Setiap langkahnya membuat giok kaki jenjangnya berkilau, menambahkan kesan elegan. Angin gunung seolah-olah menghormatinya, berhembus lembut untuk mengiringi keanggunannya.
Chen Xuan terpesona, mata tidak berkedip memandang kecantikan yang berdiri di hadapannya.
Melihat kecantikan di hadapannya, tatapan Chen Xuan perlahan turun ke bawah, tertahan pada dua gumpalan daging yang montok dan seimbang, terbalut jubah putih ketat yang menonjolkan bentuk tubuhnya.
Matanya kemudian mengamati lekuk tubuh menawan dan pinggang langsing yang diikat sabuk biru terang, menambahkan kesan anggun dan elegan. Ekspresi serius pada wajahnya berkontras dengan kecantikan yang mempesona, membuat Chen Xuan merasa terpesona dan tidak berkedip memandangnya.
Senyum tipis muncul di wajah Chen Xuan. "Sekarang aku benar-benar sadar, istriku sungguhlah cantik luar biasa," katanya dengan suara lembut penuh kasih sayang.
Xu Murong menoleh ke samping, wajahnya terlihat dingin. "Cih, Kamu semakin licik berbicara," katanya dengan nada acuh. Namun, senyum tipis di bibir merah cerinya mengungkapkan perasaan sebenarnya, menunjukkan kesenangan yang tidak dapat dia sembunyikan.
Chen Xuan tertawa lembut melihat reaksi Xu Murong, lalu kembali menatap kota di bawah dengan ekspresi serius. "Aku memiliki firasat bahwa perjalanan ini penuh bahaya," katanya dengan suara tenang. "Sebelum berangkat, aku ingin memperkuat posisi kita di wilayah timur. Ini akan menjadi landasan yang kokoh untuk perjalanan kita selanjutnya."
Xu Murong mengangkat alisnya, rasa penasaran terlihat di matanya. "Apa strategimu, Chen Xuan?" tanyanya dengan suara lembut, ingin tahu rencana suaminya.
Chen Xuan mendongak ke langit, telapak tangannya menutupi cahaya matahari, membayangkan kekuasaan yang akan datang. "Aku akan menciptakan Faksi yang begitu perkasa, sehingga dapat menutupi seluruh langit Benua Timur dengan satu tangan," ucapnya dengan tekad.
Matanya berkilau dengan ambisi. "Kemudian, Faksi itu akan kukembangkan hingga menjadi kekuatan yang disegani, setara dengan Faksi-Faksi kuat di Benua Tengah!"
Xu Murong mengangguk percaya diri. "Dengan kemampuanmu yang luar biasa sekarang, aku yakin rencana itu dapat terwujud dengan mudah," katanya dengan senyum penuh keyakinan.
Chen Xuan berbalik, menatap Xu Murong dengan mata yang penuh kasih sayang. "Kemari," ucapnya lembut, mengundangnya untuk mendekat.
Mendengar panggilan suaminya, Xu Murong merasakan firasat tidak enak. Wajahnya memerah, namun dia tetap berjalan mendekati Chen Xuan dengan langkah lembut dan patuh.
Saat tiba di depan Chen Xuan, pinggang ramping Xu Murong segera dilingkari oleh tangan suaminya. Dengan lembut, Chen Xuan menariknya ke dalam pelukannya yang hangat.
Xu Murong membenamkan wajahnya di dada Chen Xuan, merasakan kehangatan dan kenyamanan. "Kamu mengejutkanku," bisiknya lembut.
Chen Xuan tersenyum, mata berkilau. "Hehe, karena kecantikanmu semakin mempesona."
Lalu, suaranya berubah serius. "Besok, beritahu Patriark Xu untuk mengirim surat undangan ke semua Klan penguasa di Kekaisaran Chen. Kami akan memulai dari sini."
Xu Murong mengangguk patuh. "Baik, aku akan melaksanakannya."
...
Keesokan harinya, langit cerah menyambut pagi dengan sinar matahari yang terang. Ibukota Chen kembali hidup dengan keramaian arus manusia yang berlalu-lalang di jalan utama, membangkitkan energi kota yang tak pernah tidur.
Di dalam aula pertemuan istana kekaisaran, suasana berbeda terasa. Kaisar Chen dan para petinggi istana berkumpul dengan wajah-wajah serius, membahas berita yang baru saja mereka terima. Atmosfer tegang mengisi ruangan, seolah-olah setiap kata dan keputusan yang diambil akan menentukan nasib kekaisaran.
Mata-mata para petinggi istana bersinar dengan kekhawatiran dan kebingungan, mencoba memahami implikasi berita tersebut. Kaisar Chen, dengan wajah yang kerut dan mata yang tajam, memimpin diskusi dengan tekad dan kebijaksanaan yang teruji.
Old White menatap tajam ke arah utusan yang berdiri di tengah aula, suaranya penuh kekhawatiran. "Apakah benar informasi ini? Chen Xuan berniat membangun sebuah Faksi yang akan menantang kekuasaan kita?"
Pria itu mengangguk serius, "Benar, Tuan. Kami menerima informasi ini langsung dari Tetua Klan Xu. Sebelum berangkat, Chen Xuan dikabarkan berencana membangun Faksi yang ambisius, dengan tujuan menguasai seluruh Benua Timur dan menyaingi kekuatan Kekaisaran Chen."
Old Black mendengus dingin, wajahnya merah padam. "Cih! Chen Xuan benar-benar berani berpikir besar! Dia ingin menyatukan seluruh Benua Timur? Apakah dia sudah kehilangan akal?" katanya dengan nada marah dan tidak percaya.
Chen Zuan berbicara dengan nada dingin, "Chen Xuan mungkin merasa bahwa kita takut kepadanya, sehingga dia berani membangun Faksi baru untuk menyaingi kekuatan Kekaisaran Chen. Ini adalah tindakan pemberontakan yang tidak dapat ditolerir!"
Chen Mui mengungkapkan ketidakhadirannya dengan nada sinis. "Aku sudah menduga dari awal, bocah itu memiliki pemikiran licik dan ambisius."
Chen Lao berbicara dengan nada serius dan dingin, "Ayahanda, menurutku, kita harus bertindak cepat. Membunuh Chen Xuan sekarang juga sebelum dia semakin kuat dan mengancam kekuasaan kita. Jika tidak, dia akan menggantikan Keluarga Kekaisaran sebagai penguasa absolut."
Kaisar Chen mengerutkan keningnya, ekspresi wajahnya mencerminkan kecemasan mendalam. Dia terlihat sangat tertekan, seperti beban berat menindih bahu kekaisarannya. Kekhawatiran akan masa depan keluarganya memenuhi pikirannya.
Sekte Laut Biru sebelumnya telah menjadi ancaman besar, menggores kekuasaan Keluarga Kekaisaran. Namun, ancaman itu belum mencapai titik kritikal yang memaksa mereka bertindak langsung. Akan tetapi, kemunculan Chen Xuan seperti menandai awal dari era baru yang penuh ketidakpastian.
Kekuasaan Chen Xuan yang terus berkembang dan ambisinya untuk mempersatukan Benua Timur telah memicu kekhawatiran bahwa keluarganya mungkin akan kehilangan tahta. Kaisar Chen merasa terjepit antara keinginan untuk mempertahankan kekuasaan dan keharusan menghadapi ancaman baru ini dengan bijak.
Seorang pelayan berlari masuk ke aula pertemuan, wajahnya penuh kekhawatiran. "Yang Mulia, ada seseorang yang ingin bertemu Anda," katanya tergesa-gesa.
Kaisar Chen menoleh, rasa penasaran memunculkan kerutan di keningnya. "Siapa?" tanyanya.
Pelayan itu menarik napas. "Dia tidak menyebutkan namanya, tapi dia mengaku utusan dari Klan Xu."
Suasana di aula menjadi tegang. Kaisar Chen mengerutkan kening lebih dalam. "Suruh dia masuk."
Pelayan itu mengangguk dan berlari keluar, meninggalkan para hadirin dengan berbagai spekulasi. Apa yang terjadi? Apakah ini terkait dengan Chen Xuan dan rencana ambisiusnya? Semua orang menunggu dengan ketegangan.
Beberapa saat kemudian, pelayan itu kembali bersama seorang pria paruh baya berjubah putih yang berwibawa. Pria itu membungkukkan badannya dan menyampaikan salam hormat. "Salam, Yang Mulia."
Kaisar Chen menatapnya tenang. "Kamu utusan Klan Xu?"
Pria paruh baya itu mengangguk. "Benar, aku diutus Patriak Xu untuk menyampaikan pesan penting."
Kaisar Chen menunjuk. "Apa itu?"
Pria itu mengeluarkan surat dari cincin penyimpanannya dan menyerahkannya kepada pelayan. Pelayan itu menghantarkannya ke Kaisar Chen.
Setelah membaca surat, ekspresi Kaisar Chen berubah drastis. Old White penasaran bertanya, "Kaisar Chen, apa yang terjadi?"
Kaisar Chen menatap surat itu dengan mata keruh. "Chen Xuan meminta kita menghadiri pertemuan untuk mendiskusikan pembentukan Faksi baru. Jika kita tidak hadir, berarti kita berdiri di pihak lawan dan mengibarkan bendera perang!"
...