Abimana jatuh cinta pada seorang gadis cantik bernama Sarah Candra sejak pertemuan pertama dimalam mereka berdua dijodohkan.
Abimana yang dingin tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia menyukai Sarah.
Hal itu membuat Sarah khawatir, jika ternyata Abiamana tidak menyukai seorang wanita.
Berbagai hal ia lakukan agar mengetahui kebenarannya. Sampai pada akhir dimana Abi menyatakan perasaannya dan mengajak ia menikah.
Berbagai ujian menghampiri keduanya, hingga sempat terancam membatalkan pernikahan yang sudah disusun jauh-jauh hari, hingga kembalinya sang mantan kekasih yang meminta nya untuk kembali dan menyebar rahasia yang dilakukan Sarah jika ia menolak.
Akankah hubungan keduanya berhasil hingga ke jenjang pernikahan? Ataukah keduanya akan mencari jalannya masing-masing?
Simak terus disini, yah! 🖐️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairunnisa Nur Sulfani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuat Keputusan
Aku dihubungi Langit pagi ini, ia tampak berbeda dari biasanya. Ia mengatakan jika ia ingin mengatakan sesuatu yang cukup penting, dia memintaku untuk segera menemuinya sehabis pulang bekerja.
Aku tidak tahu tentang apa yang ingin ia bicarakan, tapi sepertinya ia ingin segera memberitahukannya dan mendesakku agar segera kesana. Aku segera mengerjakan pekerjaanku agar cepat selesai dan segera bergegas kesana.
Kami bertemu di Taman hutan, tempat ini lebih baik karena pemandangannya yang indah, dan tempat ini lebih tenang untuk berbicara. Langit mengenakan dress putih, ia tampak cantik dan anggun lebih dari biasanya.
" Kamu sudah tahu? ". tanyanya seketika tanpa mengatakan apa-apa sesampainya aku disana.
" Tahu apa yang kamu bicarakan? ". ujarku kembali bertanya. Aku menatap Langit dan kali ini ia tertawa pelan, aku tidak tahu apa yang sedang dia bicarakan dan apa yang tengah ia pikirkan sekarang.
" Kamu dan Sarah. Alasan mengapa ia pergi meninggalkanmu di acara pernikahan hari itu ".
" Apa maksudmu, Langit. Sudah aku katakan, jika aku tidak ingin membahas ini! ". tegasku. Ini bukan kali pertama aku mengatakannya.
" Ya, tapi kau harus tahu. Alasan mengapa ia pergi ". tambahnya, Langit menjelaskan semua cerita yang mungkin sudah Sarah ceritakan kepadanya. Ketika ia pergi ke Jepang, ia menemui sahabatnya yang saat itu dikatakan tengah kritis, tapi itu hanyalah sebuah kebohongan yang dibuat oleh mereka yang tidak bertanggung jawab.
Sarah kemudian menyesali keputusannya itu karena telah pergi. Langit tersenyum setelah mengatakan itu. Ia menatapku sendu, tatapan yang sangat sulit aku artikan.
" Lalu kenapa? ". tanyaku kemudian.
" Kau harus kembali pada Sarah. Kau sudah tahu alasannya, ia tidak bersalah sepenuhnya! ".
" Wow Langit, kau pintar sekali mengatur semuanya, seolah kau paling tahu segalanya hanya dari satu cerita ".
" Dia tidak bohong, Abi. Dia mengatakan yang sebenarnya! ".
" Ya, ya, dia tidak berbohong! ". ucapku. Aku tidak tahu jika itu bisa dikatakan oleh Langit.
Tanpa mengatakan apa-apa lagi, ia menjelaskan jika ia sudah memanggil Sarah kesini. Aku cukup terkejut dan bingung dibuatnya, bagaimana ia bisa melakukan sesuatu bahkan tanpa bertanya dahulu padaku. Ia memutuskan semuanya sendiri.
Sarah berjalan ke arahku dengan tersenyum. Ia menghampiriku setelah sebelumnya Langit beranjak dari sini. Tampak dari raut wajahnya ia menantikan hal ini. Aku muak sekali, aku muak pada yang ia lakukan.
" Kenapa Abi, kenapa kau nampak murung sekali? ". ujarnya dan berdiri dihadapanku.
" Apa yang kau lakukan, dan apa yang kau ucapkan pada Langit? ". ucapku berusaha menenangkan diri. Aku tidak ingin dikuasai emosi mengingat hubungan kami. Meski yang tengah ia lakukan sekarang cukup membuat emosiku meluap.
" Memangnya apa yang kulakukan? Aku tidak melakukan apa-apa. Apa yang dia katakan, aku memaksanya?. Dia melakukan ini semua karena keinginannya sendiri! ". lanjut Sarah.
Kau benar, mengajak ia bicara baik-baik tidak akan ada hasilnya, aku pergi meninggalkan Sarah begitu saja.
" Apa yang kau lakukan? ". cegah Sarah agar aku tidak pergi dengan menarik tanganku. Aku berusaha menepis tangannya tapi kemudian dia memelukku dengan sangat erat.
" Kau ingat saat pertama kali kita saling mengenal? Aku juga memelukmu seperti ini ". ujar Sarah bercerita mengenai pertemuan kami, ia bahkan mengatakan saat kami melakukannya.
Mungkin benar, aku juga merindukan moment dihari itu. Tapi sekarang, situasi kita sudah berbeda. Kami telah berakhir dan aku telah memiliki seseorang yang bernama Langit.
Aku berusaha melepas pelukan Sarah tapi ia semakin mengeratkan pelukannya.
" Lepaskan aku, Sarah, mengapa kau tidak mengerti juga! ". bentakku. Mungkin ia cukup terkejut sehingga melepaskan pelukannya.
Iya, aku hampir tidak pernah marah. Aku selalu mengatakannya dengan pelan untuk setiap kesalahannya.
" Kau berubah Abi ". ucap Sarah yang tiba-tiba terisak.
" Kau berubah, semua ini karena Langit! ". ujarnya menolak penjelasanku yang meminta ia mengerti.
" Jangan pergi Abi, aku mohon! ". tambahnya.
" Maaf Sarah, aku tidak bisa dan tolong mengertilah. Kita sudah tidak bisa melanjutkan ini! ". ungkapku lagi.
" Jika kau pergi, maka aku akan mati ". ucap Sarah yang kemudian berlari mundur yang dibelakangnya adalah tebing yang curam. Ya, ia mengancamku, dan aku khawatir sekali.
" Sarah, kemarilah. Apa yang kau lakukan! ".
" Tidak, kecuali kau berjanji akan tetap bersamaku! ". Ya, serius, ia mengatakan itu di situasi yang genting dan membuatku panik. Aku panik bagaimana jika ia benar-benar melakukannya.
Aku kehabisan akal, aku tidak melakukan apa-apa dan meminta tolong pada siapapun. Tempat ini sudah sepi. Benar sekali, aku seperti terjatuh pada perangkap sendiri. Bertemu di tempat ini adalah kesalahan, aku yang membuatnya seperti ini.
" Cepat putuskan Abi, jika tidak, aku akan melompat sekarang! ". ujarnya dan sekarang ia semakin dekat diujung tebing itu. Aku tidak ingin Sarah kenapa-kenapa. Aku khawatir ia berani melakukan sesuatu yang nekat. Bukan karena aku masih menyukainya, tapi perasaan khawatir sebab melihat seseorang meloncat di jurang di matamu sendiri.
Jika ia benar-benar melakukannya, aku tidak tahu lagi harus memutuskan dan melakukan apa, semuanya tampak mengerikan, bukan? Kabar buruknya, bukan hanya di panggil polisi tapi bisa saja hal itu menghantuiku seumur hidup. Dan aku, sebelumnya aku tidak pernah bertemu seseorang yang lebih nekat di banding Sarah. Anehnya, sisi ini baru aku ketahui sekarang. pikirannya cukup pendek sekali.
Tidak membuang banyak waktu dan mengijinkan aku untuk berpikir. Sarah semakin memundurkan langkahnya dan membuatku merasa terpojok. Tiba-tiba sekilas aku melihat Langit berada dikejauhan. Seolah ia juga tengah menantikan keputusanku ini.
" Baiklah Sarah, tapi kemarilah. Aku akan tetap bersamamu! ". kataku berusaha menenangkan.
" Kau janji akan meninggalkan Langit untukku? ". tanya Sarah, yang jika ia mundur sekarang, aku pastikan ia akan jatuh saat sekarang juga.
" Ya, aku berjanji ". sahutku, aku terpaksa melakukan ini, jika tidak Sarah mungkin akan benar melompat. Sarah segera menuju ke arahku dan memelukku.
Aku lega sekali. Aku segera mengajak Sarah pulang dan aku merangkulnya. Tapi entah bagaimana, Langit sudah berdiri dihadapanku. Ia melihat ke arahku dan segera mengambil tasnya yang tertinggal. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Langit berlalu dari hadapanku. Aku berusaha ingin mengejarnya tetapi Sarah menahanku dan meminta aku untuk mengingat perkataanku baru saja.
Aku tidak bisa melakukan apa-apa, selain menuruti perkataan Sarah dan membiarkan Langit pergi begitu saja tanpa mengatakan apa-apa.
Apa yang harus aku lakukan? Apakah yang aku lakukan sekarang ini benar? Aku telah melanggar janjiku pada Rey. Hari itu saat bertemu dengan mereka, Rey memintaku untuk menjaga atau melepaskan Langit jika aku tidak bisa membahagiakannya. Tetapi dengan percaya dirinya, aku bilang aku akan menjaga Langit dan meminta ia menyingkirkan segala pikiran buruknya tentang aku.
Tetapi apa ini? Aku bahkan tidak bisa mengatakan apa-apa pada Langit. Aku membiarkan dia pergi dengan segala perasaannya. Bukankah aku sangat jahat?
Aku jahat sekali. Bapak, apa yang akan bapak katakan ketika tahu aku melakukan ini!