Alena Ricardo sangat mencintai seorang Abian Atmajaya, tidak peduli bahwa pria itu kekasih saudara kembarnya sendiri. Hingga rela memberikan kehormatannya hanya demi memiliki pria itu.
Setelah semua dia lepaskan bahkan dibuang oleh keluarga besarnya, Alena justru harus menghadapi kemarahan Abian. kehidupan rumah tangganya bagaikan di neraka, karena pria itu sangat membencinya.
Akankah Alena menemukan kebahagiaannya? Dan akankah Abian menyesali apa yang selama ini diperbuatnya, setelah mengetahui rahasia yang selama ini Alena simpan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
Mendengar nama wanita yang sangat dicintainya itu di sebut, membuat emosi Abian mendidih. "Jangan sebut nama Alana dengan mulutmu itu!" sentaknya dengan kasar, mencengkram kedua bahu Alena dengan kuat. "Kau tahu? Karena perbuatanmu Alana tidak akan pernah mau menerimaku kembali!"
"Mau.. Alana pasti mau, aku yang akan membujuknya agar mau menikah denganmu. Aku janji itu!" ucap Alena sambil menahan rasa sakit di kedua bahunya.
Abian terdiam, menatap lekat wajah Alena saat menyadari sesuatu yang aneh. Wanita itu bersikeras menginginkan perpisahan, bahkan rela meminta pada Alana agar mau kembali padanya. Sesuatu yang tidak akan pernah dilakukan seorang Alena Ricardo, karena untuk meminta maaf pada Alana saja wanita itu tidak mau melakukannya.
"Apa yang sedang kau rencanakan?" tanya Abian dengan menyelidik.
"Rencana? Rencana apa maksudmu?" Alena balik bertanya dengan wajah yang berpura-pura bingung.
Abian kembali terdiam. "Sudahlah lupakan! Cepat masuk ke dalam kamar!" Abian memutuskan untuk menghentikan perdebatan mereka, karena melihat wajah Alena yang pucat sejak masuk ke dalam rumah.
Tanpa di suruh untuk kedua kalinya, Alena segera masuk ke dalam kamar. Karena takut Abian mengetahui rencananya yang akan melarikan diri.
"Besok aku akan bertanya pada Ben, kemana saja mereka pergi ?" Abian memang mengetahui Alena pergi bersama asisten pribadinya. "Ya Tuhan, kenapa kepalaku pusing kembali?" ia memijat kepalanya sambil menatap punggung Alena yang menghilang di balik pintu.
Terbukti sudah apa yang dirasakannya saat di kantor dan beberapa menit yang lalu, sakit kepala yang sudah satu Minggu ini menyerangnya bisa hilang begitu saja saat di dekat Alena. Padahal sebelumnya dia sudah meminum obat sakit kepala, namun rasa pusing itu tidak juga reda. Dan saat tadi memeluk Alena, rasa nyaman dan tenang yang belum pernah ia rasakan muncul begitu saja.
"Kenapa bisa begini?" gumamnya dengan bingung, memilih masuk ke dalam kamar untuk beristirahat agar sakit kepalanya mereda.
Sementara itu Alena yang berada di dalam kamar, langsung mengunci pintunya lalu berjalan menuju lemari pakaian. Ia membuka laci yang ada di tengah, mengambil amplop yang berisikan uang yang selama ini di simpannya.
"Sepertinya sudah cukup," ucap Alena setelah menghitung jumlah uang tersebut dengan jumlah yang ada di rekeningnya. Uang tersebut bisa ia gunakan untuk bertahan hidup selama beberapa bulan, sampai menemukan pekerjaan untuk menyambung hidup mereka. "Sayang kau harus kuat, sebentar lagi kita akan pergi. Mom berjanji akan menjagamu meskipun nantinya kita hanya hidup berdua."
Alena mengusap perutnya yang masih datar dengan penuh kasih, dimana ada janin yang baru berusia tiga Minggu bersemayam di dalamnya. Ia bahagia karena apa yang diinginkannya tercapai, pergi dari hidup Abian dengan membawa bagian dari pria itu bersamanya.
"Seandainya kau bisa mencintaiku sedikit saja Bi, mungkin aku akan bertahan disisimu," gumamnya sambil meneteskan air mata saat mengingat pelukan yang Abian lakukan tadi. "Tidak Alena, kau tidak boleh lemah! Ingatlah sampai kapanpun Abian tidak akan pernah bisa mencintaimu." Ia meletakkan kembali amplop berisikan uang tersebut di dalam laci, menutup lemari pakaian lalu menarik koper yang ada di samping. Ia bertekad mulai besok akan mengemas pakaiannya sedikit demi sedikit, sambil memikirkan bagaimana caranya melarikan diri. Karena sepertinya akan sangat sulit, mengingat ada dua orang pengawal yang berjaga di rumah mereka.
ni othronya yg terlalu mengada". cinta aja dia gak tau.🙃
gak konsisten amat..kalau cinta langsung bilang gak usah pake mikir.🤦♀️🥱😪
kalau mereka tulis, seharusnya rasa itu mulai ada sejak alena masoh bersama mereka.