Kamila gadis yatim piatu mencintai Adzando sahabatnya dalam diam, hingga suatu malam keduanya terlibat dalam sebuah insiden.
Adzando seorang artis muda berbakat.
Tampan, kaya, dan populer. Itulah kata-kata yang tepat disematkan untuknya.
"Apapun yang kamu dengar dan kamu lihat, tolong percayalah padaku. Aku pasti akan bertanggung jawab dengan apa yang aku lakukan. Kumohon bersabarlah."
Karena skandal yang menimpanya, Adzando harus kehilangan karier yang ia bangun dengan susah payah, juga cintanya yang pergi meninggalkannya.
"Maafkan aku, Do. Aku harus pergi. Kamu terlalu tinggi untuk aku gapai."
"Mila... Kamu di mana? Aku tidak akan berhenti mencarimu, aku pasti akan menemukanmu!"
Kerinduan yang sangat mendalam di antara keduanya, membuat mereka berharap bahwa suatu hari nanti bisa bertemu kembali dan bersatu.
Bagaimana perjalanan cinta mereka?
Mari baca kisahnya hanya di sini ↙️
"Merindu Jodoh"
Kisah ini hanya kehaluan author semata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
...*...
Kamila tiba di Puskesmas tempatnya bekerja setelah menempuh perjalanan sekitar lima belas menit.
"Makasih ya, Fika-chu, hati- hati pulangnya, ya!" ucap Kamila.
"Siap, Kak Milky. Bye...?" Fika lalu memutar balik motornya dan meninggalkan Puskesmas.
"Selamat pagi, Dokter Kamila," sapa Ikhsan pada Kamila ketika keduanya bertemu di depan pintu masuk.
"Selamat pagi, Mas Ikhsan." Kamila menjawab sapaan Ikhsan sembari tersenyum.
"Mari ... saya duluan ya, Mas!" sambungnya kemudian.
Ikhsan nampak terpaku beberapa saat, sampai akhirnya pemuda itu bisa menguasai dirinya.
"I-iya, Dokter," jawab Ikhsan gagap.
Kamila melangkahkan kakinya memasuki gedung Puskesmas, tanpa menghiraukan Ikhsan yang masih menatapnya dengan penuh kekaguman.
"Makanya ngobrol dong, kalau suka. Nyatakan perasaanmu padanya, jangan ditunda-tunda. Nanti keburu keduluan sama yang lain." Salah seorang teman datang dan memprovokasi sambil menepuk bahu Ikhsan dari belakang.
"Susah, dia bukan tipe wanita yang mudah didekati," keluh Ikhsan.
"Ya berusaha dong, jangan stuck di tempat, kapan dapatnya coba!" sahut temannya lagi.
Ikhsan hanya terdiam, lalu melanjutkan langkahnya diikuti oleh temannya memasuki gedung Puskesmas.
Sementara Kamila yang sudah berjalan duluan, telah sampai di depan ruangannya. Ketika tangannya baru menyentuh daun pintu dan hampir membukanya, seseorang datang menyapanya dan memberitahukan sesuatu hal.
"Selamat pagi, Dokter Kamila. Kebetulan Anda sudah datang, mari ikut saya ke ruangan pak kepala. Ada sesuatu yang akan beliau sampaikan," ajaknya pada Kamila.
"Ada apa ya, Bu Murni?" tanya Kamila. Ia tidak jadi masuk ke ruangannya lalu mengikuti langkah orang itu.
"Saya sendiri juga tidak tahu, tapi sepertinya agenda Puskemas keliling." Seseorang yang disebut Bu Murni berkata sambil melangkahkan kaki menuju ke ruangan kepala Puskesmas.
Sesampai di ruangan kepala Puskesmas, ternyata sudah ada dua orang di sana. Kamila masuk ke dalam ruangan itu, lalu duduk di kursi yang disediakan. Tak lama kemudian tiga orang lagi masuk ke dalam ruangan, termasuk Ikhsan yang tampak terkejut melihat Kamila juga berada di ruangan itu.
"Selamat pagi," ucap Pak Damar selaku kepala Puskesmas.
"Selamat pagi," jawaban serentak terdengar dari mereka yang duduk di hadapannya.
"Sesuai agenda Puskesmas Keliling, hari ini kita akan mengunjungi desa B. Jadi seperti biasa saya rasa kalian yang ada di sini sudah paham. Dan kalian akan berangkat bersama ke sana, nanti sekitar jam sembilan," beritahu Pak Damar.
"Sekarang tolong dipersiapkan segala keperluan yang akan dibawa. Jangan sampai sudah sampai di sana, ada barang yang dibutuhkan malah tertinggal," sambungnya.
"Saya rasa hanya itu, dan silakan kembali tempat masing-masing," pungkasnya kemudian.
"Baiklah, Pak." Satu persatu bertujuh orang itu meninggalkan ruangan pak kepala.
Kamila sampai di ruangannya, dan langsung mempersiapkan segala keperluan yang ia butuhkan. Semua dimasukkannya ke dalam tas kerjanya. Lalu ia keluar dan menutup kembali pintu ruangannya dengan rapat.
"Dokter sudah siap?" tanya Bu Murni ketika melihat Kamila keluar dari ruangannya.
"Sudah, Bu. Mari!" ucap Kamila mengajak Bu Murni menuju pintu keluar.
Mobil di luar telah siap. Satu mobil bertuliskan Puskesmas Keliling, dan satu lagi mobil biasa.
Kamila memasuki mobil biasa yang terparkir di pinggir jalan. Ketika satu kakinya sudah masuk ke dalam mobil, samar-samar dia mendengar seseorang memanggil namanya. Dia sempat menoleh ke arah jalanan, namun tidak menemukan seseorang, jadi dia memutuskan untuk masuk ke dalam mobil. Dan sesaat kemudian mobil yang ditumpanginya pun melaju ke tempat tujuan.
*
Sementara di seberang jalan, Zando langsung meminta kakaknya Nino untuk menghentikan mobil yang dikendarainya, begitu dia melihat seseorang yang sangat dikenalnya. Dia segera turun dari mobil, dan bermaksud mengejar wanita yang dikenalnya sebagai Kamila. Namun karena berlawanan arah dan mobil dikendarai kakaknya Nino berhenti agak jauh, dia pun berteriak memanggil orang tersebut.
"Kamila...! Kamila ...!" Zando kemudian berlari berusaha untuk mendekat. Akan tetapi karena arus lalu lintas yang ramai, dia harus sabar menunggu sampai ada celah untuk menyeberang jalan.
"Kamila...! "
Zando berteriak sekali lagi, sayangnya sosok yang dipanggilnya sudah menghilang bersama laju kendaraan yang membawanya ke arah yang berlawanan dengannya.
Zando mendesah frustasi, ia lantas membungkukkan badannya dan menumpukan kedua tangannya pada kedua lutut. Lalu terdengar nada dering dari ponselnya. Dia segera mengangkatnya begitu tahu siapa yang menelponnya.
"Assalamualaikum, Mah. Ini abang lagi di jalan menuju bandara."
"...."
"Iya, Mah. Iya, abang mengerti. Waalaikumsalam." Zando menarik napas kasar lalu berbalik, namun dia kaget ketika melihat Nino sudah ada di belakangnya.
"Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Nino khawatir saat melihat wajah sahabatnya begitu murung.
"Ayo, kita harus cepat sampai ke bandara." Zando lalu berjalan melewati Nino begitu saja menuju mobil.
Setelah Zando dan Nino masuk ke dalam mobil, kakak Nino segera menjalankan mobilnya melanjutkan perjalanan kembali.
"Do, siapa yang menelepon tadi?" tanya Nino kepo. Dia melihat Zando menyandarkan punggung dan kepalanya pada sandaran kursi, dengan mata terpejam.
"Kakak mau melahirkan, dia mengalami darah rendah. Mama takutnya kakak membutuhkan darah, karena darah kami tidak sama dengan Papa ataupun Mama. Darah kami sama dengan Oma."
Nino mengangguk tanpa berkomentar. Dia cukup tahu diri untuk tidak banyak bertanya, mengingat apa yang baru saja Zando alami pasti sangat menyesakkan.
Setelah menempuh perjalanan hampir dua jam, mereka akhirnya sampai di bandara. Zando dan Nino turun dari mobil. Kemudian melakukan prosedur yang berlaku di bandara tersebut. Selanjutnya mereka menunggu sampai ada pemberitahuan keberangkatan pesawat.
Sedangkan kakak Nino memilih untuk beristirahat sejenak dengan ikut bersama duduk di ruang tunggu, sampai Zando dan Nino berangkat.
*
Di dalam mobil, Kamila kembali mendengar suara seseorang memanggil namanya meski hanya lamat-lamat. Dia seperti mengenali suara itu, namun berusaha mengenyahkan pikirannya.
"Tidak mungkin itu Ayah kan, Dik? Ayah tidak mungkin tahu kita ada di sini." Kamila berkata dalam hati. Tangan kirinya ia letakkan pada perutnya, dan pandangannya mengarah pada jalanan.
"Aku terlalu berhalusinasi. Kenapa akhir-akhir ini aku selalu memikirkannya? Apa aku sebaiknya kembali saja? Tapi ...apa dia mau mengakui anak ini?" Pikiran Kamila dilanda kebimbangan. Memikirkannya saja membuat hatinya terasa sesak.
Tiga puluh menit, sampailah rombongan di Puskesmas pembantu yang ada di desa B. Persiapan segera dilakukan, karena ternyata banyak warga yang sudah berdatangan dan mengantri.
Kamila tak lupa memakai masker, hal itu biasa ia lakukan, bahkan semua petugas juga memakainya. Semua telah siap dengan tugasnya masing-masing.
Satu persatu pasien dipanggil sesuai nomor antrian. Kamila dengan sabar mendengarkan keluhan mereka lalu memeriksa dengan telaten.
Setelah diperiksa dan diagnosis penyakit yang dideritanya mereka diarahkan untuk mengambil obat di bagian yang lain.
Kemudian Kamila kembali menerima pasien. Dia yang sedang menunduk menulis sesuatu, langsung mengangkat wajahnya ketika nama seseorang yang begitu familiar disebutkan. Dia tersentak seketika dengan netranya membulat sempurna. Tiba-tiba keringat dingin mulai bercucuran membasahi wajah serta tubuhnya. Bibirnya bergetar dan tangannya gemetaran. Detik berikutnya semua gelap dan Kamila langsung terjatuh tak sadarkan diri.
...*...
.
.
.
.
.
jederrr... Ikhsan menjatuhkan minunan dan makanan yg berada di tangannya.. syok berat🤣🤣🤣
.. aahhh... lama lama aku demo beneran ini/Scream//Scream/