***^^ Cerita ini adalah kisah nyata.
Nama tempat dan tokoh dalam cerita hanya samaran semata, serta ada tambahan-tambahan bumbu di dalamnya. Selamat membaca 🤗🤗 ***^^
Yulia Kinanti, wanita cantik asal desa yang menikah dengan seorang laki-laki dewasa asal kota yang bernama Rama Bagaskara 45 tahun. setelah mereka menikah, Yulia di boyong ke rumah suaminya yang ada di kota.
Namun siapa sangka, sang suami ternyata mempunyai anak laki-laki yang sudah dewasa, dia bernama Dewangga Arya Bagaskara 23 tahun yang seorang mahasiswa.
Dewangga Jatuh hati terhadap ibu tirinya sejak pertama kali melihatnya. namun, Angga berusaha untuk menahannya dan melupakannya, akan tetapi rasa itu tidak bisa di hilangkankan dan justru semakin besar. membuat Angga gila dan melakukan banyak cara untuk mendapatkan hati ibu tirinya. bagaimana kah kisah mereka selanjutnya. ? yuk terus ikuti ceritanya ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ~ Dewi KEGELAPAN ~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
" Sayang..kamu belum makan bukan.? " Silvia masuk dengan membawa satu paper bag, entah apa isinya. Bahkan Rama tak melirik sedikit pun ke arahnya. Laki-laki itu sebenarnya sangat jengkel melihat sang wanita terus mengganggunya.
" Ram, makan siang dulu ya, aku sudah membeli makanan buat kita. " Silvia meletakkan paper bag yang dia bawa ke atas meja, yang ada di samping pintu masuk. Kemudian wanita itu mengeluarkan satu persatu isinya.
" Sayang, ayo makan dulu." Ucap Silvia pantang menyerah.
" Apa sih Via, aku lagi sibuk." Kesal Rama. Laki-laki itu berusaha menyelesaikan pekerjaannya secepat mingkin agar bisa cepat pulang.
" Sibuk ya sibuk Ram, tapi makan juga penting. Apa kamu mau sakit, terus gak bisa jagain istri kamu, bisa-bisa istrimu di ambil laki-laki lain nanti." Bak seorang ibu yang sedang memarahi anaknya, Silvia terus saja mengomel.
Bukan apa-apa, dia baru saja mendapatkan telepon dari laki-laki yang bernama Angga, laki-laki itu ingin bekerja sama dengan dirinya untuk memisahkan Rama dengan Yulia.
Tentu saja Silvia bersedia, karena dia memang ingin kembali memiliki Rama. Dan makan siang ini juga Angga yang mengirimkannya kepada Silvia.
Rama tertegun. mendengar nama sang istri, pikiran Rama bercabang lagi. Kemudian laki-laki itu beranjak dari duduknya, dan berjalan menghampiri Silvia. Tanpa banyak protes Rama segera menyantap makanan yang di bawakan oleh Silvia. Sebenarnya perutnya sangat lapar, hanya saja Rama malas untuk keluar hanya sekedar mencari makan.
Sebagai seorang Pimpro, Tugasnya seperti tak ada habisnya. Hanya butuh waktu sepuluh menit saja, Rama sudah selesai menyantap jatah makan siangnya. Entah mengapa Silvia perhatian sekali kepada dirinya.
Setelah selesai makan, Rama beranjak bangun, baru saja dia akan melangkah menuju meja kerjanya, tiba-tiba matanya berkunang-kunang dan dia ambruk tak sadarkan diri.
Di sofa, Silvia tersenyum lebar, rencananya sudah berjalan sesuai harapan. Sekarang tinggal eksekusi saja. Silvia bergegas menghampiri Rama, dan membantu laki-laki itu untuk berbaring di sofa. kemudian Silvia pun mulai menjalankan rencananya.
*****
Angga tersenyum lebar saat mendapatkan kiriman foto yang lumayan intim, antara Ayahnya dengan wanita yang bernama Silvia itu. Pemuda itu tersenyum puas, tinggal menunggu reaksi Yulia. Apa kira-kira yang akan di lakukan oleh Yulia ketika melihat foto suaminya sedang bermesraan dengan wanita lain.
Memang mereka tidak berbagi ranjang, hanya saja di lihat dari pose Rama dan Silvia, sudah pasti membuat Yulia marah.
*****
Yulia mengerjabkan matanya, saat terjaga dari tidur lelapnya. Yang dia rasakan, kepalanya tidak sepusing tadi. Tubuhnya juga sudah mulai berkeringat. wanita itu melayangkan pandangan ke sekeliling kamar, dia tidak mendapati sang anak tiri yang sejak tadi pagi setia melayaninya.
Wanita itu berusaha untuk duduk dan menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang, mendiamkan diri sejenak, sebelum masuk ke dalam kamar mandi. Rasanya tubuhnya tak nyaman, karena seharian ini belum tersentuh sama sekali.
perlahan Yulia mulai menurunkan kedua kakinya, dan mulai berdiri. Sebelum melangkahkan kakinya, Yulia mematung sejenak untuk merasakan apakah kepalanya masih pusing atau tidak.
Karena merasa tubuhnya sudah sehat, Yulia kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi.
" Mau kemana.?" terdengar suara bariton seseorang, menghentikan langkah Yulia yang hendak masuk ke dalam kamar mandi.
" Mau mandi. " Yulia memutar bola matanya dengan malas, tadinya sudah bisa bernafas dengan lega. eh, tak taunya si biang kerok datang lagi.
" kamu masih belum sehat betul sayang." Tanpa takut, Angga malah memanggil Yulia dengan sebutan Sayang.
" Aku gerah. "
" jangan mandi dulu, besok saja kalau sudah lebih baik. " Angga sudah berdiri di samping Yulia, dan menyentuh tangan wanita cantik itu dengan lembut.
" Sudahlah Angga, jangan sok perhatian. " ketus Yulia, dia menepia tangan Angga dengan kasar.
" Yulia. !! "
" Apa.? Jangan teriak, aku gak tuli. !" Yulia melotot marah, memandangvwajah Angga.
" sekali ini, tolong menurut. Apa kamu gak sadar, sudah membuat aku cemas setengah mati. "
" Apa aku peduli.?!."
" Yulia.! "
" Aku mau mandi, tolong keluarlah. Sebentar lagi suamiku pulang. Jangan membuat dia curiga." Yulia membalikan badannya, tapi Angga dengan kasar menarik tangannya.
" begitu balasan kamu.!" Teriak Angga.
" Apa maksudmu.! " Yulia pun tak kalah teriak.
" Seharian aku cemas, tak bisa makan tak bisa tidur, seperti ini balasan kamu. Tega sekali kamu Yulia. " Angga menggelengkan kepalanya, tak habia pikir dengan Yulia, kenapa dia bisa begitu keras sekali pendiriannya.
" Apa aku menyuruh kamu untuk mencemaskan aku. ? " Yulia tersenyum sinis.
Angga sontak meraih pinggang ramping Yulia, dan langsung saja melumat bibir yang sejak tadi tak berhenti bicara itu.
Dengan kasar dan penuh gairah, Angga terus melumat bibir Yulia. Membuatnya hampir kehabisan nafas, Yulia memukul dada sang anak tiri dengan brutal, dia berusaha terlepas dari cengkraman anak tirinya.
" Keterlaluan kamu Angga. !!" dada yulia naik turun, menahan amarah. Setelah berhasil lepas dari dekapan Angga, Yulia menatap Angga dengan wajah memerah.
" Kamu menyukai sentuhanku, Yulia. Kamu gak bisa bohong. " Angga mengusap sudut bibirnya yang basah, sisa saliva Yulia.
" Cukup Angga. mulai detik ini, jangan dekati aku lagi. ! Aku bukan pemuas nafsumu.!! " Teriak Yulia .
Angga mematung, dia tak lagi bisa berkata-kata. Ada yang berdenyut di dalam hatinya, saat mendengar ucapan yang baru saja keluar dari bibir wanita yang sangat di cintainya. Kedua tangannya mengepal tanpa sadar. rahangnya mengeras, menahan rasa marah dan kecewa, tak ingin menyakiti wanita cantik itu, Angga memilih mengalah.
" Baiklah, jika ini yang kamu mau. Aku akan menjauh dari hidupmu. Terimakasih, sudah sangat menyakiti hatiku sayang. " setelah mengatakan itu, Angga berbalik arah dan meninggalkan kamar Yulia. Mendapat penolakan berkali-kali, sangat melukai harga dirinya. Untuk saat ini, lebih baik mengalah saja dulu, karena suasana hati Yulia sedang buruk.
Setelah kepergian Angga, Yulia melanjutkan niatnya untuk pergi ke kamar mandi, dia masuk ke dalam kamar mandi dan segera merendam tubuhnya ke dalam bathtub yang sudah di isi air hangat, setelah melepas pakaian yang melekat pada tubunnya.
Wanita cantik itu merebahkan kepalanya ke belakang, sejenak dia teringat oleh Angga yang pergi begitu saja meninggalkan dirinya, dengan wajah penuh luka.
Memang sudah seharusnya seperti itu, Yulia tak ingin terus berkhianat kepada Rama. Sampai sekarang, bukankah mereka saling mencintai ,?
Ting.
Tiba-tiba terdengar notifikasi pesan yang masuk ke ponselnya, yang saat itu terletak di lantai, tepat di bawah bathtub. Yulia yang penasaran mencoba meraih ponsel miliknya, siapa tau pesan dari Rama. Seharian ini Rama sama sekali tidak mengirimi pesan dirinya.
Yulia mengusap layar dari benda pipih itu, dan menuju ke sebuah pesan, yang ternyata pengiriman sebuah foto, segera saja Yulia membukanya, dan sedetik kemudian matanya melotot melihat sosok yang sangat dia kenal berada di dalam foto itu.