Diego Murphy, dia adalah seorang pembunuh berdarah dingin, dan dia juga adalah seorang mafia yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi kepada klan Dark Knight. Bahkan dia telah mendapatkan julukan sebagai The Killer, siapapun yang menjadi targetnya dipastikan tidak akan pernah bisa lolos.
Ketika dia masih kecil, ayahnya telah dibunuh di depan matanya sendiri. Bahkan perusahaan milik ayahnya telah direbut secara paksa. Disaat peristiwa kebakaran itu, semua orang mengira bahwa dirinya telah mati. Padahal dia berhasil menyelamatkan dirinya sendiri.
Setelah beranjak dewasa, Diego bergabung dengan sekelompok mafia untuk membalaskan dendamnya dan ingin merebut kembali perusahaan milik ayahnya.
Disaat dia melakukan sebuah misi pembunuhan terhadap seorang wanita, malah terjadi sebuah insiden yang membuat dia harus menjadi menantu dari pembunuh ayah kandungnya sendiri. Sehingga dia terpaksa harus menyembunyikan identitasnya.
Apakah Diego berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Sementara itu di Indonesia, terlihat ada lima pemegang saham perusahaan Murphy Group sedang berkumpul bersama di sebuah restoran mewah.
Mereka sedang berbincang-bincang mengenang masa lalu mereka, yang telah berhasil menyingkirkan sang pemilik perusahaan. Dengan tujuan untuk semakin memperkaya diri mereka, karena kini perusahaan itu berada di bawah kekuasaan Tuan Arthur.
"Aku tidak menyangka rupanya sudah dua puluh tahun berlalu. Kematian Abidzar sangat menguntungkan untuk kita." Ucap Tuan Dani sambil terkekeh.
Tuan Arthur, Tuan Nurdin, dan Tuan Ramos, dan Tuan Aldo pun ikut terkekeh. Mereka sangat bangga dengan apa yang telah mereka lakukan di masa lalu, karena kejahatan mereka tidak terungkap.
"Lalu bagaimana kabar Leo sekarang? Aku sudah lama tidak mendengar kabarnya. Dia terlalu serakah, ingin menjadi pemimpin perusahaan, padahal dia hanya memiliki saham sedikit di perusahaan." Tuan Ramos sangat penasaran dengan kabar mantan sahabatnya itu.
Taun Arthur menjawab pertanyaan dari Tuan Ramos. "Walaupun dia masih hidup, dia tidak akan berani melawan kita. Dari dulu dia hanyalah seorang pecundang."
Tuan Arthur bukanlah sembarangan orang. Dia memiliki banyak anak buah, karena dulunya dia adalah seorang mafia. Yang kini bisnis haramnya dijalankan oleh sang kaki tangannya, Pram.
Kini Tuan Aldo yang ikut berbicara, dia melirik sebentar ke arah arloji yang dia kenakan. "Sebentar lagi aku harus pergi untuk mengikuti acara debat di sebuah acara televisi."
Tuan Aldo adalah calon presiden yang sangat dicintai oleh rakyat. Mungkin karena selama ini dia selalu berpura-pura bersikap baik di depan media. Dia selalu memberikan sumbangan untuk orang-orang yang tidak mampu. Bahkan dia pernah menyuruh orang lain untuk mencuri dompetnya. Sehingga beritanya viral dimana-mana, karena isi di dalam dompet milik Tuan Aldo hanya terdapat seratus ribu saja. Untuk menunjukkan bahwa dia sangat sederhana, karena uangnya selalu dia sumbangkan. Bahkan Tuan Aldo memaafkan sang pencuri setelah berhasil ditangkap oleh polisi, karena memang dia adalah pencuri bayaran.
"Aku yakin anda pasti akan menang, Tuan Aldo. Hasil survei saat ini telah mencapai 80 persen masyarakat mendukung anda. Akting anda memang sangat bagus." Tuan Arthur memberikan semangat kepada sahabatnya itu.
Tuan Aldo pun terkekeh. "Kadang berpura-pura baik itu sangat melelahkan. Tapi ini adalah satu-satunya cara untuk bisa mengambil hati rakyat."
...****************...
Besoknya, Diego telah sampai di Indonesia. Dia ditugaskan oleh Tuan Leo untuk membunuh 5 orang pemegang saham di perusahaan Murphy Group.
Hal yang pertama kali ingin dia lakukan adalah mengunjungi mansion Murphy. Diego sengaja masuk ke dalam mansion milik mendiang ayahnya dengan memanjat benteng di halaman belakang.
Buukk...
Diego segera loncat ke bawah. Menapakkan kakinya pada paving blok. Kemudian dia bergegas berdiri dan berjalan menuju mansionnya.
Diego masuk ke dalam mansion melalui jendela belakang. Matanya nampak berkaca-kaca, memperhatikan mansion yang megah itu kini sangat sepi sekali. Tak ada penghuni satu orang pun disana. Setelah Tuan Abidzar dan dirinya dinyatakan meninggal, semua pelayan dan security terpaksa harus berhenti bekerja, karena tidak ada yang menggaji mereka.
Sehingga kini mansion yang megah itu nampak seperti bangunan kuno, tak terurus, kotor, dan terdapat banyak sarang laba-laba. Padahal dulu tempat itu begitu hangat, dan memiliki kenangan yang indah antara dia dan kedua orangtuanya.
Mata Diego nampak berkaca-kaca, dia mengepalkan tangannya dengan penuh rasa kebencian. Dia berjanji kepada dirinya sendiri bahwa dia akan membuat perhitungan kepada siapapun yang terlibat dalam rencana pembunuhan terhadap dirinya dan ayahnya, dia tidak akan pernah memaafkan mereka semua.
...****************...
Target utamanya saat ini Vanessa, mungkin karena Vanessa adalah anak kandungnya Tuan Arthur. Tuan Arthur adalah orang yang paling dibenci oleh Tuan Leo. Karena Tuan Arthur yang sudah menghancurkan bisnisnya waktu itu. Tuan Arthur adalah orang yang paling terkuat diantara kelima pemegang saham tersebut.
Diego sedang dalam perjalanan menuju kampung Z. Saat ini dia sedang mengendarai mobil sportnya. Selama dua puluh tahun dia tinggal di Amerika, baru kali ini dia menginjakkan kakinya lagi di negeri kelahirannya. Tentu saja Indonesia sudah mengalami banyak perubahan, banyak gedung-gedung yang menjulang tinggi di berbagai sudut kota.
Tapi rupanya berbeda dengan kampung Z, kampung tersebut masih dikelilingi oleh pegunungan. Bahkan banyak sawah-sawah yang telah terhampar sangat luas. Tempat tersebut sangat cocok untuk dijadikan tempat untuk menenangkan diri.
Diego memilih untuk mengamati suasana panti asuhan dari kejauhan. Lebih tepatnya saat ini dia menyewa sebuah vila yang jaraknya lumayan dekat dengan panti asuhan tersebut.
Dari atas rooftop vila, nampak Diego yang sedang mengamati melalui teropong. Matanya yang dingin nampak seperti pemburu pembunuh, yang seakan siapa-siapa untuk memburu mangsa.
Dari kejauhan Diego melihat banyak sekali anak-anak yang sedang bermain petak umpet. Mereka terlihat sangat bahagia sekali dengan permainan sederhana seperti itu.
Namun, Diego nampak penasaran ketika melihat ada seorang wanita dewasa yang ikut bermain dengan semua anak-anak yang ada disana. Mereka semua tertawa bersama, bermain dengan riang gembira.
Diego menyipitkan matanya, mungkin karena dia belum bisa melihat dengan jelas siapa wanita dewasa yang sedang bermain dengan anak-anak panti asuhan tersebut. Karena posisi wanita itu sedang membelakanginya.
Seketika Diego nampak tertegun ketika wanita itu membalikkan badannya sambil tertawa kecil, sehingga Diego dapat melihat dengan sangat jelas wajah wanita itu, melalui teropong miliknya.
Rupanya wanita itu adalah Vanessa, wanita yang ditargetkan untuk dia bunuh.