Jeslyn wanita yang berprofesi sebagai Dokter Bedah, dipaksa menikah dengan Dave Christian Tjendra penerus dari Tjendra Group yang tidak lain adalah cinta pertama sekaligus anak dari sahabat ayahnya.
Tidak ada kebahagiaan dalam pernikahannya karena selalu diacuhkan oleh suaminya, Jeslyn juga harus merelakan suaminya menikah lagi atas desakan ibu mertuanya karena dirinya belum juga hamil setelah satu tahun pernikahan.
Jeslyn yang tidak sanggup untuk melihat suaminya menikah lagi memilih untuk bercerai. Dave yang awalnya sangat ingin bercerai dari Jeslyn karena tidak mencintai istrinya, tiba-tiba berubah pikiran. Davetidak mau melepaskan Jeslyn. Dia tidak rela kalau nanti Jeslyn menikah dengan orang lain.
"Jika kau tidak mencintaiku, maka, lepaskanlah aku." -Jeslyn
"Sampai kapan pun aku tidak akan menceraikanmu." -Dave
Banyak konflik dan cerita berliku, jika tidak suka dengan cerita ini silahkan di SKIP. Harap bijak dalam memberikan bintang. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Undangan Seminar
Felicia menampilkan wajah sedihnya. “Sakit Dave. Jeslyn mendorongku dengan kuat tadi,” ucap Felicia lemah.
Dave menatap tajam pada Jeslyn. “Kenapa kau mendorongnya?”
Jeslyn berbalik menghadap Dave. “Apa kau percaya kalau aku yang mendorongnya?”
“Kalau memang bukan kau yang mendorongnya, jelaskan padaku kenapa Felicia bisa terjatuh?”
“Sudah Dave, kau jangan menyalahkan Jeslyn. Mungkin dia marah denganku karena kau lebih perhatian padaku dibandingkan dia.” Felicia berusaha untuk membuat Dave bersimpati padanya.
“Jeslyn, kenapa kau berubah menjadi wanita yang kasar?”
Jeslyn tersenyum sinis. “Kalau kau tidak suka dengan sikapku. Kau tinggal ceraikan aku.” Jeslyn pergi meninggalkan mereka berdua dengan wajah emosi.
Dave mengejar Jeslyn lalu menarik tangannya. “Aku belum selesai bicara denganmu!”
Jeslyn menghempaskan tangan Dave. “Aku tidak mau bicara denganmu!”
Jeslyn kembali berjalan tetapi ditarik lagi oleh Dave. Kali ini Dave memegang erat tangan Jeslyn sehingga dia tidak bisa kemana-mana. “Kau harus minta maaf padanya.”
Jeslyn menatap Dave dengan tatapan menantang. “Aku tidak mau. Aku tidak salah.”
“Sepertinya selama ini aku sudah terlalu lunak terhadapmu sehingga kau sudah berani membantahku,” ucap Dave dengan sorot mata yang tajam dan suara yang berat.
Jeslyn tampak diam sambil menatap Dave. “Dave aku harus bekerja. Aku tidak ingin berdebat denganmu.”
“Mulai hari ini kau tidak boleh pulang larut malam seperti malam sebelumnya. Kau harus pulang tepat waktu. Pukul 5 sore kau harus sudah ada di rumah.”
“Dave, aku bukan pegawai kantor sepertimu yang jam pulang kerjanya menetap. Aku tidak bisa pulang kerja tepat waktu. Jam kerjaku tidak menentu, selalu berubah. Semua jadwalku pun bukan yang menganturnya.”
“Aku akan menyuruh Adnan untuk mengatur ulang semua jadwalmu. Aku akan menyuruhnya untuk memindahkan semua jadwalmu di pagi sampai sore hari saja, jadi tidak lagi alasan bagimu untuk tidak pulang tepat waktu.”
“Kau tidak bisa seenaknya mengatur pekerjaanku Dave. Kau sudah menyalah gunakan kekuasaanmu.”
“Aku tidak peduli. Itu adalah rumah sakit milikku. Terserah aku mau melakukan apa. Jangan coba-coba untuk membantahku Jeslyn! Jangan pernah memancing emosiku.”
Dave menatap tajam pada Jeslyn. “Dan ingat! Jauhi laki-laki itu. Jika tidak, aku akan menendangnya keluar dari rumah sakitku. Aku akan buat dia tidak bisa bekerja di rumah sakit lain,” ancam Dave.
“Dave tolong jangan libatkan Dion dalam masalah kita. Dia tidak tahu apa-apa Dave. Kami adalah rekan kerja. Mau tidak mau kami pasti berinteraksi saat di rumah sakit.”
“Kau hanya boleh membahas seputar pekerjaan dengannya. Selain dari itu aku melarangmu untuk berdekatan dengannya. Kau jangan coba-coba untuk melanggar perintahku Jeslyn,” ucap Dave dengan wajah tegas. “Dan jangan pernah mengganggu Felicia saat aku tidak ada di rumah,” sambung Dave lagi.
Jeslyn melepaskan cenkraman tangan Dave yang mulai melemah. “Dave aku tidak pernah mengganggunya, justru sebaliknya. Dia yang selalu menggangguku.”
Dia tahu kalau selama ini Felicia pasti sudah memfitnahnya. Dia pasti sudah memutar balikkan fakta dan menjelek-jelekkan dirinya.
“Aku harus bekerja. Dari pada kau sibuk mengurusi urusanku, lebih baik kau urusi istrimu itu supaya tidak mencari gara-gara denganku!” Jeslyn pergi meninggalkan Dave yang masih dia terpaku.
Dave menatap punggung Jeslyn dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia berjalan masuk setelah terdengar mobil Jeslyn meninggalkan rumahnya.
*****
Setelah sampai di rumah sakit, Jeslyn langsung berjalan menuju ruangannya. “Masuk,” ujar Jeslyn setelah dia mendengar suara ketukan dari luar. Dia tersenyum saat melihat Dion masuk ke ruangannya.
“Kamu baru datang?” tanya Dion saat melihat Jeslyn baru memakai jas dokternya.
“Hhmmm,” gumam Jeslyn sambil mengangguk pelan. Dia kembali duduk di tempat duduknya setelah melihat duduk di depannya.
Dion melemparkan sesuatu di meja Jeslyn. “Apa ini?” tanya Jeslyn menatap kertas tebal yang ada di mejanya.
“Undangan untuk kita. Mereka meminta kita untuk jadi pembicara pada seminar yang diadakan kampus mereka, terutama untuk fakultas kedokteran."
“Siapa saja yang akan datang?” tanya Jeslyn sambil memegang undangan putih lalu membacanya.
“Sarah, Boby, Nelson, kau dan aku,” ungkap Dion.
“Apa ini sudah atas persetujuan kepala rumah sakit?” tanya Jeslyn lagi setelah dia selesai membaca undangan tersebut.
“Tentu saja, aku baru saja dari ruangannya untuk membicarakan masalah ini.”
“Apa dia setuju kalau aku seminar ini?” tanya Jeslyn dengan tatapan menyelidik.
“Iyaa, dia setuju. Memangnya ada apa?” tanya Dion heran.
Jeslyn menggeleng cepat. “Tidak apa-apa” Jeslyn mulai menyalakan komputer yang ada di depannya. “Jadi, kapan kita akan berangkat?” tanya Jeslyn lagi tanpa menoleh pada Dion.
“Besok. Aku akan menjemputmu pukul 4 pagi, karena pesawat kita akan berangkat pukul 6 pagi. Kita harus berkumpul dulu di bandara untuk membahas beberapa hal sehingga kita harus berangkat lebih awal ke bandara,” jelas Dion.
Jeslyn mengangguk. “Baiklah, kalau begitu.”
“Aku akan menghubungimu lagi besok," ucap Dion. “Kalau begitu aku pergi dulu.” Dion melangkah keluar dari ruangan Jeslyn setelah melihat Jeslyn mengangguk.
*****
Jeslyn melangkah masuk ke rumahnya dengan pelan. Suasana rumahnya tampak sepi. Jeslyn langsung berjalan menuju kamar. Dia tiba di rumah pukul 5 sore seperti yang dikatakan Dave tadi pagi, kalau dia harus sampai rumah pukul 5 sore.
Jeslyn berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah itu dia turun ke bawah untuk mengisi perutnya. Sebelum pulang Jeslyn mampir ke salah satu restoran langganannya.
Dia membeli makan untuk di bawa ke rumah. Selesai makan Jeslyn kembali ke kamar. Dia memutuskan untuk mengemasi barang-barang yang akan dibawanya besok. Dia harus mempersiapkan dari sekarang supaya tidak ada yang tertinggal.
Setelah selesai menyiapkan barang-barangnya, Jeslyn memutuskan untuk mencari Dave ke ruang kerjanya. Dia ingin berpamitan pada Dave. Dia takut Dave akan mencarinya juga dia tidak berpamitan.
Dulu Dave tidak pernah peduli dengan Jeslyn akan kemana, tetapi belakang ini, Dave selalu bertanya. Sebab itulah dia harus menemui Dave sebelum dia berangkat.
Saat memasuki ruang kerja Dave, Jeslyn tidak melihat siapapun ada di sana. Jeslyn kemudian menengok jam dinding, terlihat jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Jeslyn berpikir kalau Dave mungkin ada di kamar Felicia, sehingga dia memutuskan untuk pergi ke sana.
Jeslyn terus mengetuk pintu, tetapi pintu belum juga terbuka. Sudah 5 menit berdiri di depan pintu Felicia. Karena merasa lelah, Jeslyn akhirnya kembali ke kamarnya. Sebelum tidur dia menyusun beberapa materi atau bahan yang akan disampaikan di seminar nanti.
Tepat pukul 10 malam Jeslyn menyelesaikan pekerjaannya. Dia melangkah ke tempat tidur, karena dia harus bangun lebih pagi. Jeslyn memutuskan untuk tidur lebih cepat. Dia juga merasa lelah karena beberapa malam ini dia kurang tidur. Dia selalu pulang larut malam. Badannya terasa letih. Dia meminum vitamin sebelum tidur.
Pintu kamar Jeslyn terbuka tepat pukul 11 malam. Jeslyn terlihat sudah terlelap. Dave berjalan masuk dengan langkah kaki pelan. Dia tidak ingin membangunkan Jeslyn. Kakinya melangkah mendekati Jeslyn, lalu duduk di pinggir tempat tidur.
Dave kemudian memandang wajah Jeslyn cukup lama. Tangannya terangkat menelusuri wajah Jeslyn. Dave kemudian berdiri lalu membungkuk untuk mencium kening Jeslyn. Setelah itu dia keluar dari kamarnya.
Bersambung...