Rizki Bayu Saputra adalah seorang anak yang di besarkan oleh kakeknya yang merupakan pensiunan angkatan bersenjata.
Sebelum Kakeknya wafat dia telah menitipkan amanat bahwa dia harus mencari sebuah kebenaran di salah satu kota besar di negara tersebut.
apakah Rizki mampu menyelesaikan amanat mendiang kakeknya?
serta mendapatkan kebenaran tentang semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Frans Teguh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perpisahan
Malam itupun terjadi kekacauan di kota Nozel!!
Banyak terjadinya pembunuhan antara dua bos dari lingkaran ilegal yang saling merebut daerah kekuasaan.
“bagaimana ini? Apa tuan Renan tidak akan menghentikan ini semua?!” tanya seorang pelayan di sebuah rumah makan kota Nozel.
“tenang saja, tempat makan ini tidak akan berani mereka serang!!” ujar salah seorang pria.
Sementara itu di dalam rumah makan tersebut ada tiga laki laki yang sedang menunduk kepada pria tua yang duduk diatas kursinya.
“Tuan Renan, kenapa tuan tidak menghentikan Ginan dan Chris?!” ujar salah seorang pria itu.
“benar tuan, jika seperti ini terus kita semua akan mendapat masalah yang sama!” timpal seorang pria lainnya.
Tuan Renan yang mendengarkan hal itu hanya tertawa.
“ternyata kalian tidak memperhatikan semua dengan baik!” ujar tuan Renan dengan tertawa.
Pernyataan itu membuat ketiga orang itu bingung.
“sekarang kalian kembali dan jaga wilayah kalian masing masing!” tambah tuan Renan
Tiga laki laki itu segera meninggalkan ruangan itu setelah tuan Renan selesai berbicara.
“apa kita akan terus berdiam diri saja?!” tanya seseorang dari balik bayangan.
Tuan Renan hanya tersenyum dan melanjutkan minum tehnya.
“kita tidak harus ikut campur dengan persoalan seperti ini!” ujar tuan Renan kepada pria itu.
“sebentar lagi mungkin kita akan mati!” tambahnya dengan tersenyum.
“bagaimanapun akhirnya nanti, aku akan tetap berada di sisimu!” ujar seorang di balik bayangan.
“kita sudah sangat tua, mungkin kita harus segera memilih penerus yang tepat!” ujar tuan Renan.
“sehingga kita bisa beristirahat dengan tenang, Master Rey!” tambah tuan Renan dengan tersenyum.
“jangan terlalu formal, sudah lama sekali kau tidak memanggil nama ku!” ujar Master Rey dibalik bayangan.
***
Pagi ini seluruh siswa sekolah Trita Kusuma di kota Grozz akan menyerahkan beasiswa kepada beberapa siswa yang terpilih.
Setelah kemarin adanya ujian ulang dan sekaligus pembuktian bahwa Rizki dan Novi tidak terbukti melakukan pencurian kunci jawaban.
Putri, Willy dan Gerry menjadi bahan tertawaan para siswa dan para orang tua yang hadir di acara perpisahan itu.
Banyak siswa yang mengganggap mereka bertiga tidak terima dengan keputusan bahwa Rizki dan Novi adalah juara satu dan dua.
“sejak kemarin aku tidak melihat Farhan dan Firman, coba kalian cari!” ujar Gerry kepada temannya yang lain.
“siapa yang kau suruh?!” ujar salah seorang siswa kepada Gerry.
“benar, pembohong dan pecundang seperti mu. Tidak pantas menjadi pemimpin kita lagi!” tambah seorang siswa lain.
“ayok kita tinggalkan pecundang ini!” ajak siswa lainnya.
Gerry yang diperlakukan seperti itu menjadi sangat marah !
“culun!! lihat saja nanti, semuanya akan ku balas!” ujar Gerry dengan kesal.
Acara perpisahan setiap sekolah selalu memunculkan kesan yang mendalam bagi para siswa.
Seperti sekolah Trita Kusuma kemarin, mengadakan acara yang selalu di tunggu tunggu oleh para siswa dan orangtua siswa.
Acara itu di tutup dengan bagus oleh pertandingan adu pintar yang di menangkan oleh Rizki dan Novi.
Hari ini adalah acara penyerahan beasiswa untuk pelajar terbaik !
Seperti saat ini Rizki sedang menuju kearah Aula Sekolah bersama beberapa siswa.
Setiap siswa yang melihatnya langsung mengucapkan selamat kepadanya.
Bahkan adapula yang meminta maaf karena selama ini telah merundungnya bahkan memanfaatkan kebaikannya.
“hey Nov bukan kah itu si culun?!” ujar Fera kepada Novi.
“lihat banyak sekali siswa yang berjabat tangan dengan nya!” ucap Listi heran dengan pemandangan itu.
“paling mereka mengucapkan selamat!” jawab Novi dengan tersenyum.
Fera dan Listi yang melihat senyum Novi, menjadi bertanya tanya apakah Novi suka kepada Rizki.
“Fera, kita sepertinya harus mengucapkan selamat juga kepada si culun!” ucap Listi dengan senyum kearah Fera.
“benar juga, sekalian kita minta maaf karena kita sering merundungnya!” timpal Fera kepada Listi dengan menyenggolnya.
“baguslah mari kita kesana!” ujar Novi dengan semangat.
Listi dan Fera yang melihat itu hanya tersenyum saja melihat tingkah sahabatnya itu.
“Novi kau terlalu bersemangat, apa kau juga ingin mengatakan sesuatu kepada Rizki!” ujar Fera yang membuat Listi tertawa.
Novi yang mengetahui kedua sahabatnya meledeknya menjadi malu dan gugup.
“apa yang kalian pikirkan, aku hanya ingin memberinya ucapan selamat!” jawab Novi dengan gugup.
“baiklah mari kita kesana!” ujar Listi menggandeng tangan Novi.
Rizki yang melihat Novi, Listi dan Fera menuju kearahnya.
Dia dengan sengaja memperlambat langkah kakinya !
“Rizki!!” teriak Fera dengan keras.
“ada apa?!” jawab Rizki dengan menunduk.
Listiani dan Fera mendorong Novi kearah Rizki.
“selamat yah culun, maafin kita karena sering mengejek mu!” ujar Listi dengan senyum.
“iyah culun, maafin kita yah!” timpal Fera dengan merangkul tangan Rizki dengan manja.
Novi yang melihat itu menjadi kesal kepada Fera.
“udah dong Fera, kamu bikin Rizki risih tuh” ujar Novi dengan kesal.
"Lagi pula apa begitu meminta maaf yang benar?!" tanya Novi dengan cemberut kepada sahabatnya.
Fera dan Listiani yang melihat sahabatnya menjadi kesal hanya tertawa saja melihat tingkah Novi yang menurut mereka sangat lucu.
Berbeda dengan Rizki yang merasa bahwa Fera dan Listiani sengaja ingin mengejek Novi.
Namun Rizki masih belum tau apa alasan mereka.
"aku sudah memaafkan kalian, lagi pula aku tahu, jika kalian hanya bercanda saja!" ujar Rizki dengan tersenyum.
“bagaimana jika kita jalan saja bersama ke Aula Sekolah, bukan kah kalian dapat beasiswa juga?!” Tanya Rizki kepada mereka dengan pelan.
“benar juga, cepat keburu kursi disana penuh!” ucap Fera mengajak Novi dan Listiani.
Rizki yang melihat mereka bertiga berjalan menjauh menjadi sedikit lega.
Sedang berjalan menuju Aula Sekolah tiba tiba Rizki teringat dengan sesuatu.
“sial aku harus segera kebelakang gedung olahraga!” ujar Rizki dengan bergegas pergi memisahkan diri dari rombongan para siswa yang hendak menuju Aula Sekolah