Dalam novel Janji Cinta di Usia Muda, Aira, seorang gadis sederhana dengan impian besar, mendapati hidupnya berubah drastis saat dijodohkan dengan Raka, pewaris keluarga kaya yang ambisius dan dingin. Pada awalnya, Aira merasa hubungan ini adalah pengekangan, sementara Raka melihatnya sebagai sekadar kewajiban untuk memenuhi ambisi keluarganya. Namun, seiring berjalannya waktu, perlahan perasaan mereka berubah. Ketulusan hati Aira meluluhkan sikap keras Raka, sementara kehadiran Raka mulai memberikan rasa aman dalam hidup Aira.
Ending:
Di akhir cerita, Raka berhasil mengatasi ancaman yang membayangi mereka setelah pertarungan emosional yang menegangkan. Namun, ia menyadari bahwa satu-satunya cara untuk memberikan kebahagiaan sejati pada Aira adalah melepaskan semua kekayaan dan kuasa yang selama ini menjadi sumber konflik dalam hidupnya. Mereka memutuskan untuk hidup sederhana bersama, jauh dari ambisi dan dendam masa lalu, menemukan kebahagiaan dalam cinta yang tulus dan ketenangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29: Pengkhianatan Lagi
Luka yang Belum Terobati
Hening menyelimuti malam itu. Dira memandangi layar ponselnya yang menampilkan pesan terakhir dari nomor asing. Kata-kata di pesan itu terus berputar di kepalanya. "Kebenaran yang kau cari lebih dekat dari yang kau pikirkan. Percayalah pada nalurimu."
Arga, yang baru saja kembali ke motel setelah pertemuan dengan Rendi, memperhatikan perubahan di wajah Dira.
Arga: "Kamu terlihat gelisah. Ada apa, Dira?"
Dira: (menghela napas, mencoba bersikap tenang) "Tidak ada. Aku hanya lelah."
Namun, Arga tahu ada yang disembunyikan Dira. Ia mendekat, mencoba menatap mata Dira.
Arga: "Kamu tahu, kamu bisa cerita apa saja padaku. Aku di sini untuk melindungimu."
Dira tersenyum tipis, tetapi senyumnya tidak mencapai mata.
---
Kepercayaan yang Terkoyak
Malam semakin larut, tetapi pikiran Dira tidak bisa tenang. Ia membuka pesan itu lagi, mencoba menghubungkan semuanya. Arga, yang selalu terlihat melindunginya, tiba-tiba terasa seperti teka-teki yang tidak bisa ia pahami.
Dira memutuskan untuk mengecek ponsel Arga yang ditinggalkan di meja. Tangannya gemetar saat ia membuka galeri, lalu pesan. Namun, sebelum ia menemukan sesuatu, suara berat Arga mengejutkannya dari belakang.
Arga: (dengan nada tajam) "Apa yang kamu lakukan, Dira?"
Dira tersentak, hampir menjatuhkan ponsel Arga.
Dira: (gugup) "Aku... aku hanya ingin tahu sesuatu."
Arga: (menyipitkan mata) "Tahu apa? Kamu tidak percaya padaku, ya?"
Dira: (menatapnya, dengan nada penuh emosi) "Bagaimana aku bisa percaya kalau semua ini terasa salah? Selalu ada langkah yang kamu tahu lebih dulu. Selalu ada petunjuk yang datang entah dari mana. Arga, katakan padaku, apa kamu menyembunyikan sesuatu?"
Arga terdiam, tetapi ekspresinya berubah dingin.
Arga: (dengan nada rendah) "Jadi, kamu lebih percaya pada seseorang yang bahkan tidak kamu kenal daripada aku?"
Dira: "Aku hanya ingin tahu kebenarannya! Apa kamu terlibat dalam semua ini, Arga?!"
---
Rahasia yang Terungkap
Arga akhirnya duduk di sofa, kepalanya tertunduk. Ia tampak memikirkan sesuatu sebelum akhirnya berbicara.
Arga: (dengan nada berat) "Baiklah. Kalau kamu ingin tahu, aku akan jujur."
Hati Dira berdegup kencang. Kata-kata itu seperti sinyal akan datangnya badai.
Arga: "Aku memang menyembunyikan sesuatu darimu, tapi itu demi melindungimu. Aku bekerja sama dengan Rendi, dan beberapa informasi yang kami dapatkan memang berasal dari mereka yang ada di pihak Bima."
Dira: (terkejut) "Kamu bekerja sama dengan mereka? Jadi, semua ini benar? Kamu memanfaatkan aku?"
Arga: "Tidak seperti itu, Dira! Aku hanya ingin membuat Bima percaya bahwa aku ada di pihaknya, supaya aku bisa melindungimu dari dalam."
Dira: (mencemooh) "Melindungiku? Dengan cara berkhianat di belakangku?!"
Ketegangan di antara mereka semakin memuncak. Dira merasa seperti ditikam oleh orang yang paling ia percayai.
---
Pengkhianatan yang Lebih Dalam
Sebelum mereka sempat melanjutkan perdebatan, pintu motel mendadak dihantam keras. Dira dan Arga terkejut.
Suara dari Luar: "Arga! Kami tahu kamu ada di dalam. Jangan mencoba kabur lagi!"
Wajah Arga berubah serius.
Arga: "Cepat, kita harus pergi dari sini."
Namun, Dira tidak bergerak.
Dira: (dengan nada tajam) "Apa lagi yang kamu sembunyikan dariku, Arga?"
Arga: "Tidak sekarang, Dira! Kita tidak punya waktu!"
Tetapi sebelum mereka sempat melarikan diri, pintu didobrak. Beberapa pria bersenjata masuk, dipimpin oleh seseorang yang tidak asing bagi Dira.
Dira: (terkejut) "Rendi?!"
Rendi tersenyum dingin, menodongkan senjata ke arah mereka.
Rendi: "Maaf, Dira. Aku tidak punya pilihan."
Dira merasa dunianya runtuh. Rendi, orang yang selama ini ia anggap sahabat dan pelindung, ternyata juga mengkhianatinya.
---
Cliffhanger yang Menghantui
Ketegangan di dalam ruangan itu memuncak. Dira berada di antara dua pria yang sama-sama mengkhianatinya, dengan cara yang berbeda.
Dira: (berbisik) "Kenapa, Rendi? Kenapa kamu melakukan ini padaku?"
Rendi: (dengan nada dingin) "Karena tidak ada yang gratis di dunia ini, Dira. Kadang, pengkhianatan adalah harga yang harus dibayar untuk bertahan hidup."
Saat itu, suara sirene polisi terdengar di kejauhan. Arga melihat ke arah jendela, menyadari bahwa waktu mereka hampir habis.
Arga: (berbisik ke Dira) "Percayalah padaku sekali lagi. Aku akan membawamu keluar dari sini."
Namun, Dira hanya menatapnya dengan tatapan penuh luka.