Kapan lagi baca novel bisa dapat hadiah?
Mampir yuk gaes, baca novelnya dan menangkan hadiah menarik dari Author 🥰
-------------------
"Aku akan mendapatkan peringkat satu pada ujian besok, Bu. Tapi syaratnya, Bu Anja harus berkencan denganku."
Anja adalah seorang guru SMA cantik yang masih jomblo meski usianya sudah hampir 30 tahun. Hidupnya yang biasa-biasa saja berubah saat ia bertemu kembali dengan Nathan, mantan muridnya dulu. Tak disangka, Nathan malah mengungkapkan cinta pada Anja!
Bagaimana kelanjutan kisah antara mantan murid dan guru itu? Akankah perbedaan usia di antara keduanya menghalangi cinta mereka? Ikuti kisah mereka di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Berantem
"Bu Anja sudah sehat?" tanya para guru saat Anja sampai di sekolah dan berjalan masuk ke kantor.
"Alhamdulillah sudah Bu," Anja menjawab sambil tersenyum.
"Memangnya Bu Anja sakit apa to?"
"Ah, cuma demam biasa kok Bu. Biasa, efek cuaca yang tidak menentu," bohong Anja. Tentunya Anja tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. Ia tak ingin masalah pribadinya diketahui orang banyak.
"Oalah, kalau gitu sering-sering minum vitamin Bu. Saya ada rekomendasi beberapa vitamin yang manjur,"
Anja tersenyum sambil mengucapkan terimakasih. Tak berselang lama, bel masuk pun berbunyi. Anja segera berjalan menuju kelas.
Kebetulan, kelas pertama yang diajar Anja hari ini adalah kelas XII IPA-F, kelasnya sendiri. Anja tersenyum sepanjang jalan, sudah tak sabar ingin bertemu mereka. Sekalian, ia juga ingin mengucapkan terimakasih atas kiriman bunga yang telah membuat semangat hidupnya kembali.
Sampai di depan kelas, Anja merasa heran karena pintu kelas tertutup rapat. Ia mengetuk pintu perlahan, namun tak ada jawaban dari dalam.
"Mereka lagi pelajaran olahraga, ya? Ah, tapi nggak mungkin. Jam pertama kan memang jadwalku," pikir Anja sambil memeriksa jadwal yang ia bawa, memastikan tidak ada kesalahan. Setelah yakin bahwa dirinya tidak salah, Anja akhirnya memutuskan untuk membuka pintu dengan perasaan penuh tanda tanya.
"SURPRISE!!!" Tepat saat pintu terbuka, semua siswa kelas XII IPA-F berteriak menyambut kedatangan Anja.
"Astaga!" Anja sampai terlonjak kaget.
"SELAMAT DATANG BU ANJA!!!" seru mereka kemudian.
"Ya ampun," Anja tertawa. "Kalian ngerjain Ibu ya?"
"Hehehe, habisnya kita kangen banget sama Bu Anja," ucap salah satu siswi.
"Iya Bu. Kok Ibu udah sembuh, sih? Padahal kan niat kami mau menjenguk Bu Anja hari ini," seloroh Andi yang langsung mendapat jitakan maut dari Nathan.
"Harusnya Lo bersyukur Bu Anja cepet sembuh,"
"Yaelah Than, gue cuma bercanda kali! Bercanda!" Andi bersungut-sungut sambil mengelus kepalanya sendiri.
"Bu Anja memang kemarin sakit apa sih, Bu?"
Anja reflek menatap Nathan sambil tersenyum lega. Ternyata Nathan tidak mengatakan apa-apa tentang kejadian tempo hari kepada teman-temannya. Syukurlah.
"Ibu cuma demam biasa kok," Lagi-lagi Anja berbohong. "Oh ya, terimakasih ya karena kemarin kalian sudah mengirimkan bunga untuk Ibu. Tapi, kalau sudah mengantar bunga, kenapa kalian nggak masuk sekalian?"
"Hah? Bunga?" Para siswa tampak kebingungan mendengar ucapan Anja. "Bunga apaan, Bu?"
"Itu loh, bunga mawar yang kalian kasih ke Ibu," Anja ikut kebingungan.
"Bu, kita nggak ngirim bunga," Ketua kelas menjelaskan. "Memang, kita punya rencana buat menjenguk Bu Anja hari ini. Tapi kami nggak berencana bawa bunga, tapi buah-buahan,"
Anja tentu semakin heran. "Terus, yang ngirim bunga siapa dong?"
"Pacar Bu Anja kali!" Para siswi terkikik. "Duh, romantisnya! Bu Anja nih, bikin kita iri aja."
Anja terdiam. Dia jelas tau pengirim bunga itu bukan Raffi, karena mereka sudah putus beberapa hari lalu. Tapi, kalaupun memang Raffi yang mengirim, seharusnya tulisan di kartu itu bukan 'kami' kan?
"Bu Anja?" Panggilan murid-muridnya membuat Anja tersadar. "Kok malah bengong Bu? Cie, cie, mikirin pacar ibu yang super romantis itu ya!"
Anja hanya bisa tersenyum pahit. Andaikan mereka tahu bahwa 'pacar romantis' yang mereka maksud sudah berselingkuh di belakangnya. Memikirkan hal itu lagi-lagi membuat hatinya terasa perih.
"Oke, anak-anak! Sebagai ucapan terima kasih karena kalian sudah menyambut Ibu, kita adakan ulangan harian sekarang!" Anja dengan cepat mengganti topik pembicaraan.
"Hah? Nggak bisa gitu dong, Bu!" keluhan langsung terdengar dari seluruh kelas.
"Ih, Bu Anja mah! Kita belum siap!"
"Bu Anja, mentang-mentang udah sembuh langsung nyiksa anak orang!"
Protes demi protes berlanjut, membuat Anja tertawa terbahak-bahak. Sementara itu, dari sudut ruangan, Nathan menatap Anja dengan senyum lega.
Syukurlah, aku bisa melihatmu tertawa lagi, batin Nathan.
...----------------...
Pulang sekolah, Nathan langsung pergi ke perpustakaan dan menunggu Anja. Sambil menunggu, diam-diam ia merapikan bajunya dan menyemprotkan sedikit minyak wangi. Tak lupa, Nathan menggunakan kamera ponselnya sebagai cermin untuk memastikan rambutnya terlihat rapi.
"Jadi gimana? Lo udah dapet cewek belum?" Nathan tak sengaja mendengar percakapan samar-samar dari luar perpustakaan. Suara seorang pria, yang ia kenali sebagai salah satu guru di sekolahnya.
"Gua ada channel nih," suara itu terdengar lagi. Sepertinya guru tersebut sedang menelpon seseorang.
"Namanya Anja, dia guru baru di sekolah gua,"
Nathan yang awalnya tak terlalu memperhatikan jadi menajamkan telinga saat mendengar nama Anja disebut.
"Badannya kecil sih, tapi mukanya cakep! Dia emang nggak terlalu bohay, tapi lumayan lah buat hiburan.. Hahahaha!"
Apa? Urat-urat di leher Nathan seketika menegang. Berani-beraninya dia membicarakan Bu Anja!
"Tapi sayang orangnya cuek. Tapi gua jamin, dengan rayuan Lo, dia pasti bakalan langsung bertekuk lutut! Hahahaha!"
Nathan mengepalkan tangannya menahan emosi.
"Tuh, udah gua kirim fotonya. Gimana? Cakep kan? Apalagi bibirnya, seksi! Kalau dicium, pasti rasanya mantap!"
Nathan sudah tak bisa membendung emosinya lagi. Ia segera bangkit dari kursinya. Berjalan keluar perpustakaan.
"Pokoknya Lo nggak bakalan nyesel deh! Ntar gua kasih kontaknya sama Lo. Sekarang Gue mau—" Ucapan pria itu terputus saat melihat Nathan mendatanginya dengan tatapan marah. "Loh, Nathan? Ngapain kamu?"
Nathan tak menjawab pertanyaan gurunya itu. Ia berjalan mendekati pria itu dengan cepat, lantas tanpa aba-aba langsung melayangkan tinjunya.
BUGH!
Nathan meninju dengan keras, mengenai rahang sang guru hingga pria itu tersungkur ke tanah. Nathan berdiri di atasnya, napasnya memburu, tatapannya penuh kemarahan.
"BRENGS3KKK!!!" teriak Nathan penuh emosi.
Guru tersebut terkejut, tak menyangka akan diserang oleh muridnya sendiri. Dengan wajah penuh amarah, guru itu bangkit perlahan, darah mengalir dari sudut bibirnya.
"Kamu berani melawan guru, hah?" balasnya, matanya menyala penuh dendam. Ia menghapus darah dari bibirnya dan tanpa pikir panjang langsung membalas dengan satu pukulan ke perut Nathan.
Nathan terhuyung mundur, merasakan sakit yang menjalar, namun ia tak peduli. "Lo nggak pantas jadi guru!" teriaknya lagi, sebelum melompat ke arah guru tersebut, berusaha menjatuhkannya ke tanah.
Mereka pun saling beradu, pukulan demi pukulan dilayangkan, tak ada yang mau mundur. Guru tersebut berhasil menjatuhkan Nathan dan menindihnya, namun Nathan dengan cepat memutar tubuhnya dan membalas. Pergulatan mereka pun langsung mengundang perhatian seluruh siswa yang sedang lewat.
Sementara itu, Anja dan para guru sedang berada di kantor sambil membahas beberapa rencana pembelajaran. Namun tiba-tiba mereka mendengar suara keributan dari arah perpustakaan. Makin lama, suara tersebut terdengar makin keras. Bahkan para siswa pun tampak berlarian menuju sumber suara.
Tanpa pikir panjang, Anja dan para guru yang lain langsung berlari menuju perpustakaan. Sampai di sana, sudah banyak siswa yang berkerumun.
"Ada apa ini? Ada apa?" Anja bertanya penasaran. Karena badannya yang mungil, ia tak bisa melihat apa yang sedang dilihat oleh orang-orang.
"Itu Bu, Nathan lagi berantem sama Pak Suryo!"
"APA?!"
kamu g tahu aj sebucin apa Nathan