NovelToon NovelToon
Sebatas Istri Bayangan

Sebatas Istri Bayangan

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Ibu Pengganti / Penyesalan Suami / Menikah Karena Anak
Popularitas:7.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: Safira

EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan cerita ini di tempat lain, tolong laporkan🔥

Hari ulang tahunnya dan juga saudari kembarnya yang seharusnya menjadi hari bahagia mereka, justru berakhir duka. Berliana mengalami kecelakaan. Dan sebelum meninggal dunia, Berliana memberikan wasiat agar sang suami, Dion Ananta, menikahi kembarannya yakni Binar. Demi kedua buah hati mereka yang belum genap berumur satu tahun yakni Devina dan Disya.

Binar Mentari Mahendra terpaksa menikah dengan kakak iparnya demi kedua keponakannya yang sangat membutuhkan figur seorang ibu. Pernikahan yang membawa nestapa baginya karena hanya dianggap sebatas istri bayangan oleh suaminya.

Padahal di luar sana ada lelaki yang begitu mencintai Binar walaupun usianya lebih muda dua tahun darinya yakni Langit Gemintang Laksono. Satu-satunya orang yang mengetahui rahasia penyakit Binar.

Simak kisah mereka yang penuh intrik di dalamnya💋
Update Chapter : Setiap hari.
🍁Merupakan bagian dari Novel Bening☘️ONE YEAR

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 - Tiga Laki-Laki

Usai mengantarkan si kembar ke sekolah, Binar yang membawa mobil sendiri, langsung melesat ke RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung yang berada di Jl. Pasteur.

Setibanya di rumah sakit, tiba-tiba saat berjalan di area parkiran ada yang memanggilnya.

"Binar," ucap seseorang.

Sontak Binar pun langsung menoleh ke belakang.

"Mas Hamid," sapa Binar dengan nada lirih dan tatapan terkejut melihat Hamid di Bandung. Sebab yang ia tahu Hamid bertugas di Yogyakarta.

Ya, Hamid adalah orang yang menyapa Binar. Laki-laki yang pernah menjadi calon suaminya via jalur perjodohan dari orang tuanya ini langsung menyapa Binar saat mata elangnya tanpa sengaja menangkap sosok wanita muda yang kini menjadi dokter di rumah sakit tersebut.

Hamid pun melangkah pasti dengan penuh senyuman guna mendekati tempat Binar berdiri.

"Hai Bin, apa kabar?" tanya Hamid menyapanya.

"Baik, Mas." Binar pun menjawabnya dengan lugas. "Mas ke sini mau periksa atau ada keluarga yang sakit?" tanya Binar sekedar basa-basi.

"Kebetulan ada teman yang sakit jadi mau jenguk pagi-pagi mumpung belum masuk jam dinas," jawab Hamid.

"Oh, begitu."

"Kamu sekarang praktik di sini?" tanya Hamid.

"Iya, Mas. Aku pindah praktik dari Jogja ke rumah sakit ini. Kan Mas tahu sendiri kalau rumah suamiku dan pekerjaannya ada di Bandung. Jadi, aku yang mengalah pindah ke sini. Lagipula aku tak bisa jauh dari anak-anak," jawab Binar seraya tersenyum.

"Kamu sudah punya anak? Kapan melahirkan? Kok enggak kabar-kabar ke aku sih biar belikan kado buat kamu," cicit Hamid dengan mimik wajah terkejut.

"Oh, itu maksudku ehm anak-anak Kak Berliana, Devina dan Disya. Mereka sudah seperti anak kandungku sendiri, Mas." Binar menjawabnya dengan nada terbata-bata.

Bagaimana ia bisa hamil kalau suaminya sendiri tidur terpisah dengan dirinya, pikirnya.

"Oh..." cicit Hamid seraya sedikit menghela napas lega.

"Jadi kamu belum hamil, Bin?" tanya Hamid kembali.

"Mas, maaf. Aku sudah buru-buru masuk kerja. Lima menit lagi jam masukku. Pamit dulu ya, Mas. Assalammualaikum," cicit Binar seraya menginterupsi dengan sopan pertanyaan Hamid dan tak menjawabnya karena dirinya diburu jam dinas yang sudah mepet.

"Oke, Bin. Senang ketemu kamu. Semoga lain waktu kita bisa ngopi sejenak buat ngobrol santai," ucap Hamid.

"Permisi dulu Mas Hamid," balas Binar seraya bergegas melangkah pergi memasuki area rumah sakit menuju lift.

Hamid dengan setia memandang Binar hingga wanita itu sudah menghilang dan masuk ke dalam lift. Sedangkan di sudut lain ada dua laki-laki dengan posisi sudut yang berbeda tanpa sengaja melihat interaksi Binar dengan Hamid.

"Sial !! Ngapain juga aku sampai nungguin dia keluar rumah terus ngikutin sampai rumah sakit tempatnya kerja. Memangnya siapa dia! Cuma istri di atas kertas saja. Ingat Dion, cuma Berliana cintamu. Bukan dia dan bukan juga wanita lainnya. Eh, tapi... apa mereka berdua sering bertemu di belakangku selama ini?" batin Dion seraya memicing tajam menatap Hamid dari kejauhan dengan perasaan bergemuruh di hatinya.

Ya, tanpa sadar Dion ternyata tak langsung berangkat ke kampus setelah menghubungi Reni. Rapat di kampus mundur beberapa jam menjelang makan siang. Alhasil Dion menunggu di tempat tersembunyi agar istrinya itu tak mengetahui mobilnya.

Dion mengikuti Binar hingga ke sekolah anak-anaknya lalu ke rumah sakit. Dan tak diduga ia melihat interaksi Binar dengan lawan jenis yang sejak dulu lelaki itu kurang ia sukai. Dikarenakan Hamid pernah menjadi calon suami Berliana sebelum pada akhirnya ia yang menjadi pemenang untuk mendapatkan hati Berliana.

"Haisshh !! Gara-gara adik ipar tak jelas sampai lupa kalau satu jam lagi sudah mau rapat. Huft !!" gumam Dion kesal seraya menatap jarum jam tangan merk Rolex yang bertengger gagah di tangannya.

Entah kekesalan apa yang mendera suami Binar tersebut sepanjang jalan dari rumah sakit menuju kampus, Dion terus menggerutu tak jelas.

Kekesalan karena dirinya datang ke kampus terburu-buru atau kesal karena interaksi Binar dan Hamid? Hanya Dion yang tahu.

Sedangkan di sisi lain, Langit juga menatap tajam interaksi Binar dengan Hamid. Rasa cemburu pasti lah ada. Sebab sudah bertahun-tahun Binar menduduki tahta sebagai wanita pujaan hati satu-satunya. Cinta dalam hati secara diam-diam yang belum berani ia ungkapkan hingga detik ini.

Kini ia melihat laki-laki yang cukup asing baginya mendekati Binarnya. Sebab Langit tak pernah tahu tentang Hamid yang pernah dijodohkan dengan Binar namun berujung kandas karena amanah Berliana.

Walaupun interaksi yang terjadi antara Hamid dengan Binar bukan hal mesra tetapi cukup dekat boleh dibilang. Terlebih status Binar saat ini sudah menjadi istri Dion. Semakin membuat Langit penasaran.

"Siapa polisi itu? Apa anak temannya Om Juna atau laki-laki yang pernah nembak cinta ke Binar ya?" gumam Langit bertanya-tanya.

Ketika di rumah sakit saat bertemu Binar, Hamid dalam kondisi memakai seragam kepolisian lengkap sehingga pikiran Langit tentu saja Hamid adalah seorang polisi.

Langit sempat memotret Hamid dari jauh. Dan juga mobil yang digunakan Hamid ke rumah sakit, lengkap dengan platnya yang terpasang.

"Tapi sepertinya enggak mungkin. Kalau pria yang menembak cinta ke Binar terus ditolak, pasti aku tahu semuanya. Cuma dia yang belum aku tahu. Sepertinya aku harus mencari tahu tentang dia," batin Langit.

Bersambung...

🍁🍁🍁

1
Murniyati
paksu dion rasakannn
Murniyati
bagus alurnya nga menye3
Murniyati
seruuuu
Murniyati
kirain dion belaga amnesia hhhh
Murniyati
belahan polos sihh dion kyk yg terpaksaa
Murniyati
msh V ya bagus dahh
Murniyati
baru bacaa
Okha
Luar biasa
Sri Siyamsih
d sinilah Langit salahpaham sm Nanda.
Ngatiyem Atiek
hahatnya thooooooorrrr hiks hiks
Tutie Arkan
kereeen..mksh thor..Semangat & sehat sllu ya...
Tutie Arkan
mata ini kyknya kena bawang dech..nangis terus.../Joyful//Joyful/
Tutie Arkan
alurnya suka banget,SEMANGAT to author..lope U../Drool//Drool/
Cerlia Wati
suka banget sm karya kak safira sukses selalu ya,cm bacanya bingung dr yg mana dulu,awal" baca dr bening,lanjut jodoh di tapal batas.tp seru semua cerita nya
Rabica Elly
dtunggu kisahnya nanda dan langit
TRIDIAH SETIOWATI
bagus n menarik ceritanya
Vindy swecut
wwaahh beneran ada lho gaya kepiting...🤣🤣🤣🤣
Safira💋: ada🤭😂
total 1 replies
Vindy swecut
khan emng g pernah d kunjungi...cuma sekali dong...ada2 aja nih si dion
Vindy swecut
devina pinter banget sihh...pasti curiiga...
Vindy swecut
ada2 aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!