Tsania Zoun adalah anak yang terlahir dari rahim seorang wanita penghibur bernama Laura Zoun.
Lahir dengan status tidak memiliki sosok ayah, Tsania selalu tersisihkan, ia sering diberi julukan sebagai anak haram.
Ibunya, Laura Zoun juga selalu diterpa cercaan karena pekerjaannya yang menjadi wanita malam. Kehidupan sulit keduanya lalui hanya berdua hingga saat Tsania dewasa.
Tsania yang memiliki tekad untuk membahagiakan ibunnya memilih untuk menempuh pendidikan tinggi di kota. Akan tetapi di sana lah identitas aslinya mulai terkuak.
Penasaran bagaimana kisah hidup Tsania dan ibunya; Laura? Ayo! Langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tsania Laura 7.
Tangan pria berwajah rupawan itu masih tergantung di udara. Tidak ada sambutan langsung yang wanita cantik di hadapannya berikan. Dari awal masuk ke kampus Teo sudah memperhatikan Tsania, gadis cantik yang sebenarnya dari penampilan pun tidak ada yang mencolok atau bisa menarik perhatian sekitar.
Akan tetapi entah mengapa pandangan serta kefokusan Teo akan dengan sendirinya terarah pada Tsania. Seperti halnya tadi saat Anggita yang berdiri dan menyapa dirinya, begitu banyak pasang mata yang mengarah padanya saat kejadian itu, tapi Teo hanya mampu fokus pada sosok Tsania yang ikut memperhatikan mereka.
"Kau tidak ingin menyebut namamu?"
"Aku rasa kau sudah tahu namaku," jawab Tsania. "Aku juga sudah tahu namamu."
Teo terpaku dengan perkataan Tsania. Dan dengan perlahan ia menarik kembali tangannya.
"Berarti sekarang kita teman?"
"Aku rasa begitu."
Singkat, padat. Tak banyak kata yang Tsania keluarkan, membuat Teo merasa sulit untuk mendekati gadis yang dikenal pendiam dan jarang berbaur dengan mahasiswa maupun mahasiswi lainnya.
"Kalau begitu kita bisa makan bersama untuk merayakan awal pertemanan kita," kata Teo dengan tersenyum. "Jangan menolak! Kau sudah tidak ingin mengatakan namamu dan mengabaikan jabatan tanganku."
Tsania kembali mengatupkan bibir saat ingin membuka suara, karena ternyata Teo lebih dulu bisa menebak jika Tsania pasti akan menolak.
"Ayo!" ajak Teo. Ia sudah ingin melangkah dan meraih tangan Tsania untuk membawa gadis itu makan di kantin yang ada di kampus mereka.
"Kau bisa berjalan lebih dulu." Tsania menghindari sentuhan Teo. Ia menatap pria itu yang kini memasang ekspresi tidak percayanya. "Aku akan mengikuti mu dari belakang."
Teo sedikit tertawa dan menghela napas. Lihat lah sikap Tsania, begitu banyak mahasiswi kampus yang ingin dekat dengannya, tapi Tsania tidak demikian. Ia seperti enggan dan tidak terlalu tertarik pada sosok Teo.
"Baiklah," putus Teo akhirnya. Ia lebih dulu melangkah, membuka pintu dan menahannya. Teo membiarkan Tsania berlalu lebih dulu hingga akhirnya Teo lah yang kini mengikuti langkah gadis cantik itu.
Tsania terus berjalan dengan Teo yang mengiringi dari belakang, persis seperti saat ia mendaftar bersama Ardi Lim. Menuruni anak tangga, menyusuri koridor hingga melewati beberapa ruangan dan berakhir tiba di area kantin, tidak sedikit para mahasiswa dan mahasiswi yang memperhatikan sikap keduanya. Terutama sikap Teo yang mengikuti langkah Tsania.
Tiba di kantin, Tsania tidak serta merta langsung masuk. Ia berhenti tepat di pintu dan mengedarkan pandangan, menyapu keseluruhan isi kantin yang begitu luas. Sepertinya dunia Tsania mengecil, karena kini ia bisa melihat jika ada Anggita bersama tiga temannya sedang makan.
"Kita duduk di sana." Tsania sedikit menoleh ke samping hingga membuat wajahnya dan Teo hampir bersentuhan. "Mereka teman-temanku," kata Teo lagi sebelum menarik dirinya dari Tsania.
Tanpa bersuara, Tsania langsung menuju ke arah meja yang telah Teo tunjukkan. Ternyata di sana sudah ada Ronald dan Junot. Dua sahabat Teo itu langsung kaget saat melihat teman mereka datang bersama Tsania.
"Kenalkan, mereka Ronald dan Jhonathan."
Tsania mengangguk. "Aku tahu mereka."
"Ada apa dengan kalian?" tanya Jhonathan atau yang biasa dipanggil Junot itu dengan heran, ia bahkan berdiri dari duduknya dan berulang kali menyenggol Ronald yang masih fokus bermain game di ponselnya.
"Apanya yang mengapa?" Teo mendudukan diri tepat di samping Tsania. "Aku hanya mengenalkannya pada kalian."
Junot mengerjapkan mata mendengar penjelasan Teo, ia melirik pada Ronald yang juga melirik padanya. Seakan memiliki pemikiran yang sama keduanya terlihat bersamaan mengangkat bahu. Memilih untuk membiarkan saja apa yang ingin Teo lakukan.
Ini merupakan interaksi pertama Tsania dengan teman kampusnya di luar kebiasaan yang hanya sebatas mengerjakan tugas. Ia terlihat mulai membiasakan diri, terlebih sambutan yang teman-teman Teo berikan sangat baik. Tsania bahkan bisa sedikit bercanda dengan Junot, meski masih terlihat kaku.
Dan apa yang terjadi di meja Teo itu kini membuat wajah seorang gadis memerah menahan amarah. Tangannya mengepal saat melihat pria yang ia taksir malah menjalin kedekatan dengan Tsania.
"Jangan bertindak bodoh, Anggi!" kata Sita saat melihat Anggita yang beranjak menghampiri meja Teo.
"Biarkan saja. Perempuan gatal itu memang harus diberi pelajaran." Nauren juga menyusul langkah Anggita meninggalkan Sita dan Celin yang menggeleng, sebelum akhirnya keduanya juga memilih mendekat ke arah meja Teo.
"Wow...coba lihat siapa yang ada di sini?" Dengan wajah angkuh Anggita mendekat dan berhenti tak jauh dari sisi Tsania.
Tsania memutar bola mata dengan tangan yang langsung meletakkan kembali sendok di atas piring. Ia tengah menikamati makanan yang Teo pesankan untuknya. Namun, terganggu dengan kedatangan Anggita bersama semua temannya.
"Jangan coba-coba mengganggu waktu makan kami." Teo berdiri dari duduknya dan berpindah menjadi penghalang antara Anggita dan Tsania yang masih duduk.
Anggita yang melihat Teo begitu melindungi Tsania itu semakin merasa geram. "Kamu menolak ajakan ku untuk makan bersama dan memilih makan dengan perempuan murahan ini?!" Tunjuk Anggita pada Tsania yang terhalang oleh tubuh Teo.
"Kamu masuk perangkapnya, Teo! Kamu termakan godaannya! Apa dia menggoda mu dengan tubuh kotornya itu?!" lagi Anggita bersuara keras.
"Jaga bicara mu, Anggita!!" Teo terlihat marah. Perkataan Anggita sama saja merendahkannya. Karena secara tidak langsung menuduh dirinya sebagai pria player.
"Aku tidak salah bicara! Perempuan murahan ini pasti sudah menggoda mu, kan?! Dia pasti menggunakan tubuhnya itu untuk merayu mu! Dasar jalang! Kau tahu Teo berasal dari keluarga kaya, karena itu kau menggodanya!!"
Byurrr!
Anggita dengan cepat mengatupkan mulut yang sudah banyak mengeluarkan ocehan tadi. Seluruh wajahnya kini telah basah karena mendapatkan siraman air dari Tsania.
"Aku sudah memperingatkan mu sebelumnya." Tsania meletakkan kembali gelas kosong yang isinya sudah ia siram ke wajah Anggita. "Tapi kau sama sekali tidak mengindahkannya."
"Kurang ajar!! Gadis sialan!!" Anggita maju dan ingin meraih Tsania tapi terhalang oleh tubuh Teo.
Anggita terlihat semakin berutal karena tidak bisa membalas perbuatan Tsania, hingga Junot bahkan harus ikut menahan tubuh gadis arogan itu.
"Menyingkir dari hadapan ku!!" teriak Anggita pada Junot. Penampilannya sudah terlihat kacau, wajah serta rambut bahkan pakaian yang ia kenakan semuanya basah. "Awas kau jalang!! Kau akan habis di tanganku!!"
Anggita berubah murka saat melihat Teo yang malah membawa Tsania pergi meninggalkan kantin. Keributan itu serta keadaan Anggita yang kacau, lagi-lagi menjadi tontonan mahasiswa dan mahasiswi lainnya.
"Kau akan terkena masalah." Junot menyingkirkan tangan dari tubuh Anggita. Ia memberi kode pada Ronald agar segera meninggalkan area kantin menyusul kepergian Teo dan Tsania.
Semua orang heboh karena kejadian itu, hingga kabar tersebut dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru kampus, tak terkecuali para dosen sekalipun.
***
Jangan lupa tinggalkan jejak 😉
semangaaat thoor,,ditunggu lanjutnya yaaa
dihhh spek buaya berkelas/Joyful/