Demand adalah seorang petarung maniak dan menakutkan di sekolah Giulietta. Pertarungan selalu ada di depan mata, tanpa pandang bulu, hanya ada perkelahian baginya. Sebuah geng ataupun seorang individu, yang kuat ataupun yang lemah, yang memiliki kuasa atau tidak, semuanya akan dimusnahkan.
Rekannya Miller sedang diculik oleh sekelompok geng misterius, tanpa ragu Demand datang seorang diri ke markas geng tersebut. Dalam beberapa saat geng itu dibuatnya tak berkutik dan hancur dikalahkan olehnya.
Namun ternyata seorang wanita cantik terlibat dalam masalah itu dan juga sedang disandera, ia bernama Lasiana. Seorang wanita cantik dengan karakter pemalu dan baik hati itu membuat Demand mengalami cinta pandangan pertamanya. Tapi... siapa sangka hal itu akan membawanya kepada kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M. Novri Al-zanni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Menjadi Muda Lagi
Aku masih tidak bisa menyangka apa yang terjadi padaku saat ini. Hal ini benar-benar di luar dugaanku, bahkan hal ini seharusnya tidak mungkin terjadi. Gilaaa! karena aku kembali ke masa mudaku, aku menjadi sangat bersemangat sekali!. Bahkan aku lebih semangat daripada sebelumnya, karena aku sudah selesai bersiap-siap pada jam 6 pagi.
Padahal biasanya aku selalu telat berangkat sekolah karena selalu bangun kesiangan. Tapi kali ini rasanya berbeda, karena aku yang dulu menjadi dewasa dengan membawa seluruh ingatanku di masa lalu. Aku benar-benar merasa berbeda sekali, dan untuk kehidupanku kali ini pasti akan terasa menarik.
"Mau kemana kau pagi-pagi sekali?" ucap seseorang yang sedang duduk di teras rumahku, ia adalah kakekku.
Sejak dahulu, aku tidak memiliki orang tua dan tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orang-orang terdekatku. Karena itulah aku selalu berangkat telat dan juga sering berkelahi di sekolah, tapi meskipun begitu aku adalah murid yang pintar loh. Hanya kakekku saja yang menemani masa kecilku dan dia orang yang sangat baik. Tapi seharusnya aku tidak bersikap begitu meskipun aku hanya memiliki kakek seorang.
Namun ... karena aku kembali ke masa lalu, tentunya aku tahu apa yang akan terjadi pada kakek ke depannya. Saat ini, dengan dekorasi kamarku yang berantakan, aku yakin saat ini aku masih kelas 2 SMA. Kakek ... akan meninggal saat aku kelas 3 SMA di akhir semester satu. Kakek meninggal karena ... penyakit yang ia sembunyikan dariku.
Saat itu aku menangis tersedu-sedu di tengah derasnya hujan di hari kematian kakek, tepatnya saat aku merangkul batu nisan kakek. Aku menangis dengan kencang dan menyesali semua perbuatanku pada kakek. Karena sejak dulu aku selalu memperlakukan kakek dengan buruk. Aku selalu tidak mendengarkan perkataan kakek, tidak menuruti permintaannya, tidak membantu disaat dia selalu merasa kesulitan.
Padahal kakek orang yang baik, saat itu yang membuatku membencinya adalah hal umum seorang anak kepada orang tua mereka. Yaitu tidak suka diperintah, kakek selalu memarahiku setiap kali aku pulang dengan keadaan lembam karena habis berkelahi.
Tapi karena saat ini aku kembali ke masa SMA, dengan ingatanku yang kembali sepenuhnya. Mulai sekarang aku akan memperlakukan kakek dengan baik. Meskipun aku sudah tahu kalau kakek tidak akan hidup lebih lama lagi, setidaknya untuk 1 tahun terakhir menjelang kematian kakek, aku bisa memperlakukan kakek dengan baik.
"Tentu saja berangkat ke sekolah ... kakek." Ucapku yang membuat kakek berdiam diri. Wajahnya terlihat terkejut, aku tahu apa perasaan kakek saat ini. Karena sudah lama sekali aku tidak memanggilnya dengan sebutan "kakek", ia pasti terkejut saat aku bilang begitu.
"Nak ... hari ini kamu pasti sedang sakit," ucap kakek yang membuatku sedikit kesal. Padahal sudah dengan susah payah aku mengatakan kata "kakek" kepadanya, tapi dia malah membuatku malu.
"Sudahlah, aku akan segera berangkat," ucapku yang tidak mempedulikan perkataannya dan segera melangkah maju.
"Nak tapi ini hari Minggu." Ucap kakek yang membuatku membatu seketika.
Karena saking semangatnya diriku setelah kembali hidup dari kematianku. Aku jadi lupa untuk melihat hari apa sekarang, hal ini benar-benar mempermalukan diriku sendiri. Alhasil aku kembali lagi ke kamar dan mengganti pakaianku kembali.
Kemudian kakek memanggilku ke meja makan untuk makan bersama. Biasanya jika aku diajak makan bersama pada hari libur, aku selalu menolaknya, dan menunggu kakek selesai makan. Kalau di hari biasa, aku biasanya membungkus makanan di meja makan kemudian, aku membawanya dan dijadikan bekal untuk kumakan di sekolah nanti.
Tapi kali ini kakek ... mari kita makan bersama.
"Kepalamu tidak panas, dan wajahmu tidak pucat," ucap kakekku yang terus memperhatikanku tanpa celah, ini benar-benar membuatku merasa tidak nyaman. Mungkin karena aku tidak terbiasa dengan situasi seperti ini sebelumnya.
"Aku bukan anak kecil kek, ayo makan makanannya." Ucapku yang membuat kakekku tersenyum lega.
Melihat senyumannya saat ini membuatku merasakan dua hal. Yang pertama aku merasa senang dan lega kalau hubungan cucu dan kakeknya kembali menjadi normal. Lalu yang kedua ... aku merasa sakit karena aku sudah tahu kapan kematian kakek. Perasaan ini benar-benar campur aduk dan membuatku bingung.
Setelah selesai makan, aku kembali ke kamarku sementara biasanya kalau tidak salah, di pagi hari seperti ini kakek mengurus kebun kecilnya yang ada di belakang rumah sebelum akhirnya pergi berangkat kerja. Aku langsung terbangun dari kasurku dan segera pergi keluar untuk menemui kakek yang sedang berada di kebun mengurusi tanaman tomat dan cabai.
"Apakah semua tanaman ini sudah diberi pupuk?" ucapku pada kakek dengan tiba-tiba dan mengejutkannya dengan kedatanganku.
"Demand ... ayo kita pergi ke dokter," ucap kakek yang benar-benar membuatku mengerutkan dahiku karena merasa sedikit kesal.
"Astaga kakek! ayolah jangan membuatku merasa kesal, padahal aku sudah berusaha untuk berubah menjadi cucu yang baik." Ucapku yang kemudian tiba-tiba kakek berdiam dan segera memegang kedua pipiku.
Wajahnya ... wajah kakek ... kenapa? kenapa dia terlihat seperti itu?. Dia menunjukkan wajah khawatir padaku, apakah kakek masih benar-benar berpikir kalau aku sakit!?. Ya, memang benar, jika seorang anak yang dahulunya sangat nakal lalu di kemudian hari ia berubah 180 derajat, itu pasti akan membuat orang terdekatnya merasa aneh dan akan bertanya-tanya apa yang terjadi padanya.
Tapi saat ini kakek baru saja mengusap mataku dengan kedua jempolnya. Apa ini!? kenapa wajahku basah? apakah itu karena tangan kakek yang baru saja menyiram tanaman?. Tidak ... air yang ada di wajahku bukan dari kakek... tapi itu adalah air mataku. Tapi sejak kapan? tanpa sadar apakah aku mengeluarkan air mataku?.
"Nak... kenapa kamu menangis?" ucap kakek dengan wajah khawatirnya.
Entah kenapa saat ditanya seperti itu, hatiku mulai terasa sakit. Padahal aku seorang anak yang kuat dan dingin dahulunya, tapi ... saat ini aku benar-benar menjadi orang yang lemah. Rasanya aku ingin mengeluarkan segalanya, tapi aku benar-benar tidak sanggup. Jadi aku hanya bisa menahannya dan tersenyum kepada kakek.
"Tidak apa-apa kakek... sepertinya mataku baru saja kelilipan sesuatu tadi." Ucapku sambil menurunkan tangan kakek.
Kemudian setelah itu kami sama sekali tidak membicarakan apapun dan hanya mengurus kebun kecil ini bersama. Menyiramnya, menyemai, memberi pupuk bersama. Lalu kemudian tiba-tiba aku kepikiran untuk menanam bawang merah di lahan kosong di sebelah tanaman tomat.
Aku segera pergi dan kembali dengan membawa beberapa bawang merah yang terlihat bagus untuk ditanam yang ku ambil dari dapur. Aku masih sibuk mengurusi kebun sementara kakek sudah membereskan peralatan kebun dan bersiap-siap untuk pergi bekerja.
"Nak ... terima kasih banyak." Ucap kakek kepadaku sebelum akhirnya kakek pergi berangkat untuk bekerja.
Kakek bekerja sebagai Helper di suatu pabrik yang tidak cukup besar. Helper adalah pekerjaan kakek di sana, dia bekerja keras seperti memotong besi, mengangkat besi dan sebagainya. Gaji yang diterima kakek lumayan untuk hidup kami berdua, bahkan kami hidup lebih dari cukup hanya dengan mengandalkan pekerjaan kakek.
Sepertinya aku masih lama mengurusi kebun karena aku harus memotong rumput yang menggangu dan harus mengurusi tanah keras yang mengering. Yah, ini lebih baik dari pada diriku yang dulu di saat libur tiba, biasanya aku pergi untuk berkelahi atau hanya tidur di rumah. Benar-benar kehidupanku yang buruk, haha.
"Demand! apa kau sedang di rumah?" teriak seseorang dari depan rumah.
Suaranya benar-benar terdengar sangat familier sekali, aku sudah lama sekali tidak mendengar suara orang ini. Ya, dia adalah sahabatku sekaligus rekan bertarungku, dia adalah Miller. Aku berteriak dari kebun dan menyuruhnya menghampiriku yang sedang sibuk mengurusi tanaman.
"Tumben sekali kau mengurusi hal seperti ini?" ucapnya yang melihatku dengan heran.
"Ya, seperti inilah aku sekarang," ucapku yang membuat Miller berpikir.
"Apa maksudmu ... kau akan berubah dan menjalani kehidupan yang baru?" ucapnya kepadaku.
"Ya ... kalau begitu cepat bantu aku mencabut rumput-rumputnya." Ucapku sambil melemparkan sarung tangan untuknya.
Tapi setelah itu ... Miller tidak merespon sama sekali, bahkan dia tidak menangkap sarung tangan yang kuberikan dan membiarkannya terjatuh ke tanah. Miller, menunjukkan wajah ketidaksukaannya padaku, dia benar-benar terlihat tidak suka padaku.
"Ada apa?" ucapku sambil terus menatap wajahnya, sebelumnya dia sama sekali tidak pernah bereaksi seperti itu padaku. Bahkan dia selalu menuruti semua permintaanku tanpa pernah menolaknya.
"Apa maksudmu kau akan menjalani kehidupan yang normal dan menjadi orang baik?" ucap Miller dengan wajahnya yang dingin.
"Tentu saja, memangnya kenapa?" ucapku yang merasa dia terasa agak berbeda hari ini.
"Sepertinya bukan hanya aku saja ya ... Demand." Ucapnya yang membuatku langsung berpikir ke satu hal.
Aku benar-benar sangat terkejut sekali mendengar ucapannya barusan, aku l
angsung berdiri dan menghadap ke arahnya. Apa yang baru saja ia katakan itu terdengar seperti kalau bukan hanya aku saja yang kembali ke masa lalu. Apakah itu artinya! Miller juga kembali ke masa lalu dengan membawa ingatannya yang sebelumnya!?. Hal ini membuatku bertanya-tanya, bahwa bukan hanya akulah yang kembali ke masa lalu.