Kisah ini menceritakan tentang perantauan ku ke Kalimantan dan bertemu dengan seseorang perempuan yang ternyata perempuan itu menganut ilmu hitam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amak Tanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
Tiba-tiba terdengar suara air keran mengalir dari dalam toilet yang ada di dapur mes. Bagas, Samsul dan Risa pun saling pandang.
"Sul coba cek" ucap Bagas
"Iya gas" Samsul pun beranjak dari tempat duduknya lalu ia memeriksa ke toilet, dan benar saja bahwa keran air sudah dalam keadaan menyala. Samsul pun bergegas mematikan keran airnya. Setelah mematikan keran Samsul pun kembali ke ke meja makan dan melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda.
"Kok bisa keran tiba-tiba nyala ya" ucap Risa yang sudah bergidik ngeri.
"Udah abaikan saja, selesaikan sarapannya biar cepat berangkat" ucap Samsul yang sudah menyelesaikan sarapannya. Begitu pula dengan Bagas, sedangkan Nina masih melanjutkan sarapannya.
"Tungguin dong pak Bagas, sul tungguin ya" ucap risa memohon.
"Yasudah cepetan" ucap Samsul dan kembali duduk di kursi meja makan. Sedangkan Bagas lagi mengambil air minum. Setelah minum Bagas pun memutuskan untuk segera keluar dari dapur mes.
"Eh gas sama-sama ya perginya" ucap Samsul melihat Bagas yang sudah hendak menuju pintu keluar.
"Iya sul, aku tunggu diluar" jawab Bagas dan terus berjalan keluar. Tibanya diluar Bagas pun duduk-duduk didepan mes sembari menunggu Samsul. Hingga beberapa saat kemudian Risa dan Samsul pun keluar dari dapur mes.
"Ayok gas, berangkat" ucap Samsul
"Ayok sul" jawab Bagas, lalu mereka pun mengambil motornya masing-masing dan langsung berangkat ke pabrik.
Setelah tiga puluh menit berlalu tibalah mereka di pabrik, dan mereka pun memarkirkan motornya di parkiran. Setelah ia mereka masuk ke dalam pabrik dan menuju ke ruangan masing-masing. Setibanya Bagas di ruangannya ia pun masuk dan langsung melanjutkan pekerjaannya. Ia menyalakan komputernya lalu memeriksa beberapa pekerjaannya yang kemarin lalu melanjutkan mengerjakan pekerjaan baru. Hingga tak lama kemudian Bagas samar-samar mendengar suara seseorang memanggil namanya.
"Bagas... Bagas....Bagas" suara orang tersebut memanggil nama Bagas makin lama makin hilang. Bagas pun celingukan mencari sumber suara dan ia pun memeriksa keluar ruangan setelah ia membuka pintu ia tidak menemukan siapa-siapa diluar sana. Ia pun kembali menutup pintu dan melanjutkan aktifitasnya. Hingga sekitar pukul sembilan pagi Nina datang membawakan kopi untuk Bagas.
"Permisi mas Bagas, ini kopinya" ucap Nina sembari meletakkan kopinya di atas meja Bagas.
"Iya Nin terimakasih ya" ucap Bagas.
"Ee... Mas Bagas, nanti siang ada yang mau aku omongin" ucap Nina lagi.
"Ngomongin apa Nin?" Tanya Bagas.
"Nanti aja mas tunggu makan siang" jawab Nina
"Baiklah Nin, nanti kamu tungguin aku ya" ucap Bagas.
"Iya mas, kalau begitu aku permisi dulu ya" ucap Nina
"Iya Nin" jawab Bagas, Nina pun meninggalkan ruangan Bagas.
Setelah kepergian Nina Bagas tampak berpikir hal apa yang mau Nina omongin dengannya.
"Apa Nina cemburu sama Risa" batin Bagas "ah tapi itu tidak mungkin, kan aku selalu menghindar dari Risa" lanjut Bagas membatin. "Ah sudahlah nanti juga bakalan tahu" gumam Bagas sembari menyeruput kopinya. Bagas pun melanjutkan mengerjakan beberapa laporan sembari menunggu jam makan siang. Hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang, Bagas pun membereskan mejanya lalu ia keluar dari ruangannya menuju dapur, di dapur tampak Nina sudah menunggu Bagas.
"Ayok Nin" ucap Bagas
"Ayok mas" jawab Nina, lalu mereka pun menuju ke kantin, namun sebelum mereka turun dari tangga terdengar suara seseorang memanggil nama Bagas dan Nina.
"Gas, Nina" ucap orang tersebut. Bagas dan Nina pun menoleh kebelakang dan tampak Samsul berjalan ke arah mereka.
"Kalian nggak nungguin aku ya" ucap Samsul sedikit kesal, sembari mereka melanjutkan perjalanannya menuju kantin
"Ini sul Nina mau ngomong empat mata sama aku katanya" jawab Bagas
"Ooh berarti aku ganggu ya" tanya Samsul tanpa rasa bersalah.
"Menurut kamu?" Tanya Bagas
"Enggak kok sul, nggak apa-apa mas ada Samsul pun nggak apa-apa, asal jangan ada si Risa" jawab Nina
"Nah gitu dong, masa sama sepupu main rahasia-rahasiaan" ucap Samsul sembari tersenyum mengejek Bagas.
"Yasudah iya nggak apa-apa" jawab Bagas ketus.
Setibanya mereka di kantin, mereka pun mengambil makanan lalu mencari meja yang kosong, setelah dapat mereka pun duduk, baru saja mereka hendak menikmati makanan mereka dihentikan oleh kedatangan Risa yang tiba-tiba duduk di kursi kosong yang ada di meja mereka.
"Ikut ya" ucap Risa lalu meletakkan makanannya, yang membuat Nina jadi bete.
"Maaf Ris, ini saya sama Bagas mau ngebahas sesuatu jadi kali kamu nyari meja lain aja" ucap Samsul yang menyadari bahwa Nina sudah kesal dengan Risa.
"Lho nggak apa-apa bahas aja aku cuma ikut makan disini aja" jawab Risa sembari menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Tapi Ris, ini urusan pribadi nggak boleh ada yang dengar, mohon pengertiannya" ucap samsul dengan lembut.
"Santai aja nggak ember kok aku, lagian Nina juga ikut" jawab Risa lagi
"Iya ini urusan pribadi banget Ris, nggak boleh ada yang dengar kecuali Nina" ucap Samsul lagi.
"Kok gitu sih sul, pilih kasih nggak mau pindah ah" jawab Risa dengan nada dibuat-buat semanja mungkin.
"Buk Risa saya mohon pengertiannya" ucap Bagas datar, Risa pun sedikit menciut.
"Saya beneran diusir nih?" Tanya Risa tidak percaya.
"Bukan mengusir Bu Risa, tapi kami lagi mau membicarakan hal yang menjadi privasi kami" ucap Bagas lagi.
"Baiklah maaf mengganggu" jawab Risa lalu meninggal meja mereka. Risa pun mencari meja kosong namun hanya tersisa meja paling pojok dan agak jauh dari meja Bagas, setelah kepergian Risa Nina pun memulai obrolannya dengan Bagas.
"Mas Bagas serius tidak dengan hubungan kita?" tanya Nina
"Kok kamu nanyanya gitu Nin?" Bagas balik bertanya.
"Mas Bagas jawab aja jangan nanya balik" ucap Nina sambil memanyunkan bibirnya. Bagas pun hanya garuk-garuk kepalanya sambil nyengir.
"Serius tidak?" Tanya Nina lagi
"Ya serius lah Nin" jawab Bagas, sedangkan Samsul asik memakan makanannya dan mendengarkan apa yang dua sejoli itu omongin.
"Mas Bagas, bapak sama ibuku mau bertemu dengan mas Bagas, mereka mau ngomongin hubungan kita, mas Bagas siap?" Tanya Nina lagi
"Ee...e... Kapan Nin" tanya Bagas.
"Ya kalau mas Bagas siap secepatnya" jawab Nina lagi
"S...siap Nin, siap" ucap Bagas sedikit terbata-bata.
"Mas Bagas serius?" Tanya Nina
"Serius Nin, kapan?" Tanya Bagas
"Nanti aku tanyain ke bapak sama ibuk lagi mas, yang penting mas Bagas udah siap" ucap Nina
"Iya Nin kapan pun aku siap" jawab Bagas mantap.
"Yasudah lanjutkan makan nya" ucap Nina sembari menyuap makanan ke mulutnya. Bagas dan Nina pun lanjut makan, sedangkan Samsul sudah selesai dan hanya memperhatikan mereka berdua.
"Kalian serius ini udah mau nikah aja?" Tanya Samsul
"Iya nggak tahu sul, tergantung bapak sama ibuk" jawab Nina
"Kenapa nggak nungguin aku nikah duluan sih" ucap Samsul
"Kalau nungguin kamu nggak bakal nikah-nikah kami sul" ledek Bagas
"Sembarangan kamu gas" ucap Samsul
"Pacar aja nggak punya kamu sul" ucap Nina menimpali
"Belum Nin, sebentar lagi" jawab Samsul.
"Mana?" Tanya Nina
"Belum kelihatan aja Nin" jawab Samsul
"Itu artinya nggak ada" jawab Bagas. Mereka pun terkekeh.
Di meja lain tampak Risa sedang marah, ia menggenggam sendok dengan sangat kuat. Ia begitu kesal karena mereka bisa tertawa bersama sedangkan dirinya tidak diperbolehkan ikut duduk dengan mereka.
"Awas aja kamu Nina, dasar OB nggak tahu diri" batin Risa.
Setelah selesai makan siang Bagas, Samsul dan Nina pun memutuskan untuk kembali ke pabrik. Tak lupa Samsul pun mengajak Risa meskipun hanya sekedar basa basi saja.
"Ris, udah selesai kah, ayok" ucap Samsul
"Iya sul duluan aja" jawab Risa dengan senyuman terpaksa.
"Yasudah duluan ya" ucap Samsul, dan hanya di balas senyuman dari Nina.
Mereka pun membayar makanannya lalu kembali ke pabrik.
BERSAMBUNG.....
***
di tungguin