"Pokoknya bulan depan harus cerai!”
Ben Derrick menghela nafas berat mendengar permintaan istrinya yang selalu labil dalam membuat keputusan, permintaan yang ujungnya selalu dibatalkan oleh wanita itu sendiri.
"Saya tidak pernah memaksa kamu dari dulu, asal jangan buat saya kena marah kakakmu itu"
"Ya ya ya... Ingetin aja, aku suka lupa soalnya"
Tapi meski kekeuh ingin berpisah, Keymira tak pernah bisa menolak sentuhan suaminya.
"Malem ini aku ada gaya baru, mas mau aku pakai baju dinas apa?" tanya Key usai membahas perceraian beberapa detik yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asisten Dingin
Hari Jumat menjadi kebanggaan seorang Jennie karena pada hari tersebut hawa-hawa weekend sudah menyelimuti ibu anak satu itu.
Jennie melangkah dengan gembira memasuki perusahaan, pancaran kebahagiaan menyeruak sampai beberapa pegawai terlihat keheranan, sebab begitu melihat Jennie aura akhir bulan selalu melekat pada wanita itu.
"P-pagi Bu" sapa salah satu pegawai bagian pemasaran.
"Pagi juga!" Jawab Jennie tersenyum sambil terus berjalan menuju ke arah lift.
Sesampainya di lantai atas dia melihat ruangan asisten yang terbuka, Jennie memandang bingung, tak biasanya asisten Ben datang sepagi ini, apalagi membiarkan pintu terbuka dengan lebar.
"Emang ada rapat ya hari ini? Perasaan kemarin udah beres semua deh!" Gumam Jennie.
Ia mengedikkan bahu, tak mau ambil pusing Jennie pun kembali melangkah menuju meja sekertaris. Menyimpan tas dan membuka laptop untuk melihat jadwal hari ini.
"Selamat pagi...."
"Ya, selamat pagi ju--" Jennie yang mendongak seketika mematung tatkala mendapati seseorang yang tak dikenal berdiri di hadapannya.
Saat itu juga Jennie pun bangkit dari kursi, dia menatap lelaki jangkung ini dari atas sampai bawah dan kembali lagi ke atas, otaknya bertanya-tanya siapa sosok tersebut.
"Siapa ya?"
"Perkenalkan saya Zeroun, asisten baru Tuan Ben Derrick"
"WHATTTTT???!!!" Teriakan Jennie yang nyaring memantul disana, Zeroun yang mendengarnya agak tersentak karena Jennie yang tiba-tiba berteriak tanpa alasan yang jelas.
"Sejak kapan Ben ganti asisten?!! Kenapa gue gak tau!"
Jennie memijat keningnya mengetahui informasi yang sangat menggemparkan, padahal setiap hari bertemu tetapi tidak ada kabar yang sampai kepadanya jika asisten Ben akan digantikan tepat hari ini.
"Dasar asisten gila! Emangnya gue ini dia anggap apa sih, batu?!! Diem-diem pergi tanpa pamit" Hardik Jennie mengacuhkan pria di depannya yang sedang mengajak berbicara.
Zeroun yang mendengar makian itu cukup tak menyangka kalau wanita ini sangat berani dalam mengatai seniornya, bahkan menyebut bos mereka langsung dengan nama.
"Maaf, sepertinya anda tidak tau kalau beliau akan resmi berpamitan sore ini"
"Berarti dia bakal tetep dateng kesini untuk yang terakhir kalinya?"
"Betul, beliau juga masih harus mengajarkan saya beberapa hal"
"Bagus deh, berarti dia masih anggep gue rekan kerjanya!" sahut Jennie bernafas lega.
Suasana pun hening kembali, Jennie baru sadar jika sedari tadi dia mendumel di depan asisten baru Ben Derrick, bahkan Jennie lupa siapa namanya.
"Ahh maaf, gue jadi asik ngomong sendiri tadi. Siapa tadi nama Lo? Ze.... Ze.... Zerfan ya?"
"Zeroun, nona"
"Ah iya! Zeroun, salam kenal Zeroun" balas Jennie kikuk.
"Dan anda...."
"Jennie, gue sekertaris nya Ben"
"Tuan Ben maksud anda?" Tanya Zeroun.
"Iya, Ben Derrick, bos kita. Kebetulan gue temen sekolah dia, jadi kita emang udah deket banget, jangan kaget ya kalau gue lancang begini ngomongnya" ucap Jennie terkikik.
Zeroun bergumam sambil mengangguk-anggukan kepala, pantas panggilan Jennie sangat akrab rupanya sudah menjadi teman dari jaman sekolah.
"Lo lagi ngapain tadi? Lagi beres-beres ya?"
"Iya, saya sedang memisahkan beberapa berkas. Ada yang bisa saya bantu?"
"Oh, gak usah! Gak ada yang penting-penting amat, kok"
Zeroun kembali mengangguk, tak ada pertanyaan lagi dari pria itu, membuat Jennie canggung sendiri, sebab Zeroun tak beranjak sedikitpun dari mejanya.
"Btw, Lo pindahan dari kantor mana?"
"Grid Corp, Nona"
"Ohh....Grid Corp" sahut Jennie padahal dia tak tau perusahaan apa itu, sok-sok an saja supaya terlihat keren sedikit.
"Kenapa pindah?"
"Dipecat"
"W-wha--ups! Emm... Maksud gue k-kenapa bisa dipecat?" Buru-buru mengkoreksi kalimat yang hendak keluar.
"Ada kasus korupsi di perusahaan itu, saya membongkarnya sehingga saya harus dikeluarkan secara tidak hormat" jawab Ben bercerita point intinya saja.
Jennie ber oh ria mendengar alasan tersebut, berarti Zeroun dipecat bukan karena melakukan kesalahan melainkan menyelamatkan perusahaan dari tindakan kriminal orang-orang disana.
"Gapapa jangan sedih, orang jujur disayang Tuhan. Semoga Lo betah deh kerja disini, gue juga anak baru kok, baru kerja enam bulanan, kalau Lo butuh bantuan kasih tau gue aja"
Zeroun mengiyakan niat baik Jennie, untuk saat ini Jennie teman pertamanya di kantor. "Terimakasih"
"Kalian sudah berkenalan rupanya" seru seseorang membelah percakapan kedua insan disana.
Sontak Zeroun berbalik begitu mendengar suara Ben Derrick yang tidak tau muncul sejak kapan, dia langsung menunduk hormat seraya memberi salam.
"Selamat pagi, Tuan"
"Pagi, kau datang dari jam berapa Zeroun?"
"Enam, Tuan"
"Rajin sekali, sudah sarapan?"
"Sudah, Tuan"
Jennie yang mendengar itu mendelik sebal. "Perhatian banget sama asisten baru, sekertaris nya gak sekalian ditanyain juga?"
Ben menoleh sekilas kemudian beralih lagi pada Zeroun.
"Ikut ke ruangan ku, ada beberapa tugas untukmu"
"Baik, Tuan"
Zeroun mengekori Ben Derrick ke ruangannya meninggalkan Jennie yang diacuhkan begitu saja.
"Sialan!" Maki Jennie.
Sedangkan di dalam ruangan Ben menyodorkan tumpukkan berkas yang sudah dia tanda tangani Minggu ini, pekerjaan pertama yang Ben berikan untuk Zeroun.
"Tolong kamu arsipkan berkas-berkas ini, setelah itu kirim ke divisinya masing-masing, jangan lupa cek kembali, jika ada berkas yang belum saya tandatangani simpan lagi di meja saya"
"Baik, ada lagi Tuan?"
"Nanti siang ikut saya bertemu klien di luar, siapkan apa saja yang perlu dibawa, jika masih bingung tanyakan pada Jennie"
"Baik Tuan"
"Ada yang mau ditanyakan?" tanya Ben.
"Saya rasa cukup"
Zeroun mengambil tumpukan berkas tersebut, tak banyak menurutnya, Zeroun sudah terbiasa melakukan hal ini, bukan tugas yang sulit baginya.
"Saya permisi, Tuan"
Zeroun pergi meninggalkan ruangan Presdir, ia berpapasan dengan Jennie lagi, wanita itu baru selesai menyeduh kopi dari pantry.
"Kerjaan?"
"Iya, Nona"
"Ck, jangan panggil gue Nona. Panggil Jennie aja, toh kayaknya umur kita gak beda jauh kan?"
"Sepertinya begitu"
"Mau kopi?" Tawar Jennie mengangkat gelas ditangannya.
"Silahkan, saya sudah minum satu cangkir sejam yang lalu"
Jennie memperhatikan Zeroun yang sepertinya punya kepribadian yang kaku, tidak menarik dan membosankan. Ketika ditanya pria itu selalu menjawab singkat, bahkan tidak tersenyum sama sekali. Dingin tetapi tidak kejam.
"Ya udah, selamat bekerja di hari pertama"
Zeroun pun permisi menuju ruangan pribadinya.
Jennie masih memandang punggung lelaki tersebut sampai benar-benar menghilang, barulah dia masuk ke ruangan Ben Derrick.
"Lo kok gak bilang ada asisten baru?" cecarnya begitu masuk.
"Ini juga mendadak, gue kira Lo udah pernah ketemu dia kemarin"
"Mana ada, tadi gue kaget banget udah ada dia di depan meja. Gue kira setan taunya pegawai baru" imbuh Jennie.
"Mulai sekarang dia bakal jadi asisten gue, gue harap selain bisa kerja sama gue, dia juga bisa kerja sama Lo"
"Hmm... Gue gak tau apa gue bisa kerja bareng dia, soalnya gue liat-liat gak asik banget orangnya, kelebihan yang gue dapet sih ya itu.... Dia ganteng!"
Masa sih kamu belum jatuh cinta kepada Ben?
lanjuuuttt kaka authoorr