Malam itu petir mengaum keras di langit, suara gemuruhnya bergema. Angin mengamuk, langit menangis, meneteskan air dengan deras. Alam seolah memberi pertanda, akan datang suatu bencana yang mengancam sebuah keluarga.
Clara seorang ibu beranak satu menjadi korban ghibah dan fitnah. Sampai mati pun Clara akan ingat pelaku yang sudah melecehkannya.
Akankah kebenaran akan terungkap?
Siapa dalang di balik tragedi berdarah ini?
Ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Korban Ella
Dilara akhirnya terbangun dari tidurnya. Sungguh Dilara sekarang merasa kebingungan, Dilara tersesat. Sosok yang merasuki Dilara keluar dari tubuhnya. Dilara duduk di bawah pohon, mencoba mengingat terakhir kali dirinya berada di rumah lamanya.
Dan bagaimana dirinya bisa berada di dalam hutan gelap. Dilara benar-benar tersesat. Dilara mencari jalan keluar dari hutan itu. Dilara terus berjalan di dalam kegelapan. Dilara berhati-hati melangkahkan kaki karena jalanan licin akibat hujan.
Tidak jauh dari tempatnya, Dilara melihat cahaya kecil yang berterbangan. Dilara mengumpulkan keberanian, dia mengikuti cahaya kunang-kunang. Dilara terus berjalan dan langkahnya terhenti saat menemui persimpangan jalan. Belok kanan, belok kiri atau kah menyerong ke kanan.
"Kunang-kunang, tolong aku tersesat. Hanya kalian yang menjadi teman sekaligus penerang ku. Tolong tunjukkan jalan mana yang harus ku tuju?"
Sekumpulan kunang-kunang itu seolah mengerti dengan pertanyaan Dilara. Kunang-kunang itu berpencar dan meninggalkan Dilara sendirian. Dilara kembali dalam kegelapan. Cahaya rembulan redup karena tertutupi awan hitam. Dilara kembali terduduk pasrah di rerumputan yang basah.
Kunang-kunang itu kembali berkumpul di depan Dilara. Dan mereka terbang melayang di depan persimpangan. Kunang-kunang itu berbelok ke arah kiri jalan. Dilara langsung berdiri dan sedikit berlari mengikuti cahaya kunang-kunang.
Dilara samar-samar mendengar suara deru kendaraan. Dilara yakin tidak jauh lagi ada jalan raya di depan sana. Dilara berlari mendahului kunang-kunang mengikuti jalan. Dan benar, di depan sana Dilara melihat jalan raya. Dan di seberang jalan raya ada sebuah masjid besar.
"Kunang-kunang, terima kasih banyak, terima kasih, terima kasih," Dilara berkali-kali membungkukkan badannya ke arah kunang-kunang.
Kunang-kunang itu perlahan menghilang dari pandangan. Dilara berbalik badan, hati-hati menyeberangi jalan. Dilara menuju masjid. Dilara memasuki halaman masjid. Dilara melihat banyak sekali jama'ah wanita di teras masjid.
"Permisi, mereka kenapa ya?" tanya Dilara.
"Mereka semua tadi kesurupan makhluk ghaib," jawab gadis yang seumuran dengan Dilara.
"Maaf, ini di mana ya? Saya tersesat." tanya Dilara.
"Ini Desa Rambutan. Tunggu bentar." Gadis itu mengambil ponselnya. Dia memperhatikan ponselnya dan melirik ke arah Dilara.
"Iya, betul, ini kamu. Kenalkan namaku Mira. Pakai ini dulu," Mira meminjamkan mukenanya.
Dilara memakai mukena yang dipinjamkan Mira kepadanya.
"Ayo kita masuk ke dalam," Mira menarik tangan Dilara yang masih kebingungan.
Mira dan Dilara masuk ke dalam masjid. Di sana ada Bobby, Zehan, Salman, Dira sedang duduk bersama para jama'ah masjid. Dan Dilara tidak melihat Salma.
"Dila,"
Dilara menoleh ke arah kirinya. Salma berkumpul dengan jama'ah wanita dan menghampirinya.
"Assalamualaikum, maaf, permisi. Apa dia yang kalian cari," Mira berdiri di samping Dilara.
"Wa'alaikum salam, benar ini Dilara saudara kami," jawab Salman.
"Alhamdulillah," ucap semua jama'ah masjid.
Dilara, Dira, Salma, Salman, Zehan dan Bobby disambut dengan hangat. Mereka makan bersama di dalam masjid.
Dari cerita yang Dilara dengar, ternyata mereka baru saja diikuti setan. Dan setan-setan itu berasal dari tempat pemakaman umum yang memang terkenal kuat aroma horornya. Biasanya setan-setan itu dipakai para dukun untuk mengirimkan santet.
Mengapa mereka semua dikejar. Karena satu anak dari setan-setan itu ada di dalam mobil. Dan setan-setan itu marah karena Bobby meminta bantuan, mereka menyerang para jama'ah masjid dan terjadilah kesurupan massal. Tapi setelah melihat Dilara, Pak Ustaz yakin setan yang ikut dengan Dilara sudah tidak ada lagi. Pak Ustaz harap setan itu kembali ke tempat asalnya.
Dilara yang masih dalam keadaan kebingungan bertanya kepada Salman, waktu setan-setan itu mengganggu mereka, Dilara berada di mana. Salman menjawab saat itu Dilara kerasukan. Dan pada saat mereka tiba di masjid, Dilara terbang menghilang.
Karena hari sudah larut malam, dan demi keselamatan mereka semua. Pak Ustaz mengundang Dilara dan yang lain untuk beristirahat di tempat mereka. Di belakang masjid ada sebuah rumah dengan beberapa kamar di dalamnya. Dan akhirnya Dilara, Salma, Salman, Zehan, Dira dan Bobby beristirahat dan tidur dengan tenang di rumah Pak Ustaz.
Keesokan paginya, setelah sholat subuh, sarapan, Bobby dan semua berpamitan dan berterima kasih kepada Pak Ustaz dan keluarga atas kebaikan mereka. Bobby memberikan kartu namanya, jika nanti ke kota D, Pak Ustad bisa menghubunginya.
Mereka semua kembali ke Kota D. Sosok gadis yang merasuki Dilara kemarin malam tersenyum dan duduk manis di dalam mobil di samping Dira yang tertidur pulas. Dia akan menikmati hari ini selama beberapa jam ke depan bersama Dilara.
...----------------...
Setibanya di kota D, Dilara, Salma dan Salman kembali melanjutkan aktivitas mereka di kampus. Walaupun sebenarnya mereka masih kelelahan karena perjalanan mereka yang diwarnai dengan drama horor. Mereka harus ke kampus karena tugas kuliah yang menumpuk.
Dilara duduk di taman kampus. Sekujur tubuhnya terasa remuk, kepalanya sakit. Dilara tidak bisa menahan rasa kantuk yang saat ini menyerangnya. Dilara perlahan menutup matanya.
Dan sosok gadis itu masuk ke dalam tubuh Dilara. Dia membuka mata, menggerakkan kedua tangannya. Dia berdiri dan berjalan mengelilingi kampus. Dia menatap pantulan wajah Dilara di kaca mobil yang parkir di halaman kampus.
Sungguh beruntung kamu Dilara, wajahmu cantik, banyak yang suka, batinnya.
Tiba-tiba jendela mobil tempat Dilara bercermin turun, Dilara bertatapan dengan yang punya mobil. Mata Dilara membuka lebar, alisnya terangkat ke atas dan melengkung. Yang punya mobil keluar dan berdiri di depan Dilara.
"Sok kecakepan lu!" Ella mendorong pundak Dilara.
Semua mata memandang mereka. Dilara tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dilara pura-pura terjatuh. Dan memegang pundaknya. Dilara menundukkan kepalanya. Ella memandangi sekitar, semua yang ada di parkiran kampus memandang sinis ke arah Ella.
"Dila, kamu tidak apa?" beberapa dari mereka membantu Dilara berdiri.
"Ella, lu ya. Sudah menyebar fitnah, sekarang lu nyerang Dilara. Apa sih mau lu!"
"Gue! Eh Vira, ngapain gue nyerang dia. Yang ada dia pura-pura jatuh sendiri. Jangan ketipu wajah polosnya!" Ella berteriak di depan wajah Vira.
"Ella, puas lu! Dulu lu fitnah gue. Gue di bully, dikurung di kamar mandi, setiap hari gue merasakan neraka di dalam sekolah. Gue diam, karena lue sering ancam gue nyebar foto-foto gue dengan pria-pria yang gue sama sekali tidak kenal. Dan tahu kah kalian, Ella menjebak gue. Dia memberikan obat tidur di minuman gue. Dan dia bersama teman-temannya ....," Dilara menangis.
"Gue, gak pernah. Bohong lu! Kalian jangan percaya!" Ella terpancing emosi.
"Ella, lu jahat, gue gak akan lupa. Sampai mati gue gak akan lupa!"
AAAAAAAAAA!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...