Apa jadi nya, jika hidup mu yang datar dan membosankan tiba-tiba berubah berwarna. Semua itu, karena kehadiran orang baru.
Alin yang sudah lama di tinggal Mama nya sedari kecil, menjadi anak yang murung dan pendiam. Hingga tiba suatu hari, sang Papa membawa Ibu Tiri untuk nya.
Bagaimana kah sikap Ibu Tiri, yang selalu di anggap kejam oleh orang-orang?
Akan kah Alin setuju memiliki Mama baru?
Jawaban nya ada di novel ini.
Selamat membaca... 😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Ponsel Aslan berbunyi. Aisyah lupa untuk mengecek ponsel suami nya itu. Karena terlalu sibuk mengurus semua nya, ia malah melupakan klien Aslan.
Sesuai dugaan nya, berita tentang gudang milik Aslan yang terbakar, ternyata sudah terdengar kemana-mana. Padahal Aslan tidak memiliki perusahaan yang besar, dan jarang menjadi sorotan.
Keluarga nya Jarwo memang benar-benar ingin membuat Aslan kehilangan segalanya. Tapi sayang, semua itu malah berbalik pada nya.
Dalam sekejap, ia kehilangan segala hal dalam hidupnya. Harta, tahta dan wanita.
Angel dan Mama nya, memilih kabur dari pada harus hidup susah dengan Papa nya yang terancam bangkrut.
Seluruh usaha milik Jarwo, kini menjadi sorotan. Bahkan saat kasus kebakaran di gudang milik Aslan pun, ia ikut terbawa.
Sungguh kali ini, Orang tua Angel telah berurusan dengan orang yang salah.
"Halo,,"
"Halo Pak Aslan, bagaimana ini. Seminggu lagi saya harus sudah menerima kain yang sudah saya pesan."
"Maaf, saya istri nya. Pak Aslan sedang tidak sehat. Saya yang akan mengatur semua nya. Jadi, apa yang anda khawatir kan?"
"Bukan begitu. Saya mendengar jika gudang utama terbakar. Bagaimana dengan kain yang telah saya bayar."
"Bisa kita bertemu? Supaya anda bisa percaya pada saya."
"Baiklah. Kita bertemu di kafe Xx."
"Baik."
Setelah panggilan berakhir, Aisyah pun menghubungi salah satu teman penjahit nya. Ia mana mengerti tentang kain dan bisnis seperti itu.
Untung nya Calista bisa di ajak saat itu. Calista tidak mungkin menolak Aisyah. Aisyah begitu royal ketika membayar nya. Entah sebanyak apa kepingan koin milik nya. Calista pun penasaran.
Mereka tiba di kafe yang tidak lama kemudian. Aisyah datang hanya berdua saja dengan Calista.
"Selamat datang Bu Aisyah, apa anda datang dengan seorang asisten?" Ucap seorang Pria sambil berjabat tangan dengan Calista.
"Maaf, saya bukan Bu Aisyah. Saya lah yang asisten nya di sini." Ucap Calista.
"Ehem,,, maafkan saya. Saya tidak bermaksud.."
"Tidak apa. Kita lanjutkan saja apa yang menjadi rencana kita tadi."
"Tapi, apa benar anda istri nya Pak Aslan? Maaf saya hanya memastikan saja. Pak Aslan sangat tampan dan,,"
"Apa karena bentuk wajah dan tubuh ku? Anda bukan orang pertama yang mengatakan hal itu. Jadi, kita di sini mau saling curhat apa mau bicara tentang bisnis?"
"Maaf, maaf Bu Aisyah."
"Dari tadi anda terus meminta maaf. Saya sampai muak."
"Eh, maaf kan saya sekali lagi. Jadi begini, gudang milik Pak Aslan saya dengar telah terbakar. Tidak ada yang tersisa dari sana. Bagaimana ini? Sedangkan seminggu lagi, saya harus mengirimkan Kain-kain itu ke pabrik."
"Hanya itu saja? Itu gampang. Anda tinggal memilih kain baru milik kami. Dan kami akan mengusahakan nya untuk anda. Bagaimana?"
"Tapi, saya sudah suka dengan kain.."
"Calista, bawa kain-kain itu agar ia bisa melihat nya."
Aisyah langsung memotong pembicaraan itu dan Calista memperlihatkan Kain-kain yang ia buat sendiri.
Pria itu langsung melongo melihat kain-kain yang sangat bagus dan indah. Bahan nya benar-benar sempurna.
"Cantik dan indah. Tapi, kami tidak memiliki banyak uang lagi untuk membayar."
"Anda pilih saja. Kekurangan nya biar saya yang tanggung. Tapi ingat, anda harus tahu diri. Ambil lah kain yang satu tingkat lebih mahal."
"Baiklah Bu Aisyah. Saya ambil kain ini. Tapi, dalam waktu satu minggu, apa bisa?"
"Apa yang membuat mu ragu. Apa suami ku selama ini pernah mengecewakan kalian?"
"Tidak. Tapi,,"
"Tidak ada tapi, tapi. Tunggu saja satu minggu lagi. Kami akan segera mengirimkan kain-kain indah ini ke pabrik pakaian milik mu. Bagaimana?"
"Baiklah. Aku setuju. Aku akan menunggu satu minggu lagi. Lalu, bagaimana jika kalian tidak sanggup menepati janji?" Tanya Pria itu.
"Aku akan kembali bertanya, Apa yang akan kalian berikan jika kami mampu menyiapkan nya?"
Pria itu hampir tersedak ludah nya sendiri. Bagaimana tidak, Aisyah bukan lawan bicara yang baik. Ia bertanya, malah di tanya balik. Pria itu lebih baik diam saja. Aisyah bukan wanita yang mudah.
" Hmm,, pantas saja Pak Aslan memilih anda sebagai istri. Kita memang tidak boleh melihat seseorang dari luar nya saja, ya."
Aisyah hanya tersenyum. Mereka saling berjabat tangan dan pergi masuk ke dalam mobil masing-masing.
"Al, kamu gi-la. Satu minggu kita harus menyiapkan kain sebanyak itu?"
"Bukan kita. Tapi kamu saja."
"Al, tapi kita butuh banyak waktu."
"Tolong lah Calista, suami ku butuh kita."
Citt.....
"Suami? Kau sudah menikah? Aku tak tahu harus berkata apa Al."
"Kau diam dan bekerja saja. Aku tidak menyuruh mu untuk berkata-kata. Biarkan author yang mengarang kata-kata nya untuk para pembaca setia."
"Al, apa anak-anak sudah tahu?"
"Hanya dokter Frans dan Bonita."
"Dokter Frans? Pantas saja dia tetap diam. Bukan kah dia menyukai mu sejak dulu. Sejak kau ditemukan dalam keadaan han-cur beberapa tahun yang lalu."
"Lalu, aku harus apa? Aku hanya menganggap nya teman ku. Kalau kau mau, untuk mu saja, Cal."
"Kau benar-benar tidak waras."
"Aku sudah seperti ini sejak dulu. Kecuali kau baru mengenal ku beberapa hari saja."
Huft,,
Calista menarik nafas nya berat. Mereka saat ini masih belum jalan. Calista terpaksa berhenti daripada di buat serangan jantung mendadak oleh Aisyah.
"Kamu mau tetap di sini, atau jalan?"
"Memang nya kamu mau ke mana lagi?"
"Tidak ada. Jika kau tidak mau menyetir, biar aku saja."
"No. Aku tidak mau ma-ti muda. Kau gi-la saat ngebut."
"Ya sudah kalau tidak mau. Aku mau tidur dulu sebentar. Bangun kan aku jika kita sudah sampai di toko milik mu."
Aisyah pun memejamkan mata nya sesaat. Ia terlalu lelah. Dari semalam ia terus bekerja tanpa henti.
Istirahat beberapa menit saja, sudah cukup untuk diri nya. Ia pun mulai di bawa ke alam mimpi.
Lagi-lagi mimpi buruk. Aisyah di bawa ke suatu tempat yang ia sendiri tidak tahu itu dimana.
Tangan nya teri-kat. Mulut nya pun tidak bisa bicara karena di sumpal oleh sesuatu. Banyak alat-alat medis di sekitar nya. Ia bahkan merasakan rasa sa-kit yang belum pernah ia rasakan sebelum nya.
Samar Aisyah juga mendengar tangisan seorang Pria. Ia tidak bisa melihat siapa Pria itu. Ada sesuatu yang membuat kepala nya tetap tegak. Aisyah tidak bisa apa-apa di sana.
Lalu tidak lama kemudian, ia berteriak sekuat tenaga. Ia menangis dan meronta-ronta. Ada sesuatu yang sangat menyakitkan yang ia rasakan saat itu.
"Jangan,, jangan bawa dia. Aku mohon. Jangaaaaannnnnn!"