Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11 - Nafkah 5000
Tari tertawa pecah saat melihat Mila. Itu semua tentu karena perubahan penampilannya.
"Kau mentertawakanku?" timpal Mila.
"Baguslah kalau kau tahu." Tari menarik sudut bibirnya ke atas. "Kau pasti sudah menunggu momen ini sejak lama ya? Kasihan. Dapat bekasku," lanjutnya.
"Eh! Jangan asal bicara ya!" balas Mila yang gelagapan. Mengingat Tari sedang menyindir tentang perasaan khususnya terhadap Abas.
"Ambillah yang kau mau, Mil!" ujar Tari.
"Cukup! Apa tujuan kau kemari?!" tukas Abas.
"Aku tadi mendatangi rumahmu. Tapi rumah kosong. Jadi aku ke sini. Aku hanya ingin membicarakan tentang berkas perceraian kita. Kenalkan ini Pak Andre. Pengacaraku!" sahut Tari.
"Apa yang perlu dibicarakan lagi, hah?!" tanggap Abas.
"Orang bodoh sepertimu mana tahu tentang urusan perceraian di pengadilan. Nih! Tanda tangani ini sebagai tanda setuju." Tari menyerahkan map berisi berkas perceraian pada Abas.
Abas mengambil map yang diberikan Tari. Dia mengambil pulpen dan langsung mendatangani berkas tanpa berpikir lama. Karena keputusan Abas untuk bercerai dengan Tari tentu sudah bulat.
Setelan tanda tangan, Abas mengembalikan berkasnya pada Tari.
"Beri aku lima ribu!" pinta Tari.
Dahi Abas berkerut heran. "Kenapa?" tanyanya.
"Sudah jangan banyak bacot! Mau cepat cerai atau tidak?!" desak Tari.
Abas lantas mengambil dompet dari saku celana. Dia mengambil uang lima ribu rupiah dan segera diberikannya pada Tari.
"Aku terima uangnya sebagai nafkah terakhirmu padaku!" ujar Tari sembari tersenyum meremehkan. Hal serupa juga dilakukan oleh pengacaranya yang sejak tadi berdiri di sebelah.
"Kalau begitu, aku pergi. Selamat memulai hidup baru, Bas!" pamit Tari. Dia dan pengacaranya segera beranjak dari barbershop.
Abas mendengus kasar. Dia menatap Mila yang sejak tadi menyaksikan semuanya.
"Maaf kalau tidak sopan. Tapi sebaiknya kau pergi dari sini. Lagi pula aku tidak sedang membuka lowongan kerja. Bahkan kalau membuka lowongan pun, aku tidak akan sanggup menggaji," ucap Abas gamblang.
"Kau ternyata masih seperti dulu," komentar Mila. Ia mengabaikan pengusiran sopan yang dilakukan Abas.
"Apa maksudmu?" Abas mengernyitkan kening.
"Kau selalu melakukan sesuatu tanpa harus berpikir terlebih dahulu. Apa kau tidak sadar kalau uang nafkah lima ribu tadi adalah penghinaan dari Tari?! Dia menginjak-injak harga dirimu, Bas!" ungkap Mila.
"Kau tidak perlu ikut campur urusanku. Ini urusan pribadiku!" sahut Abas.
"Bas! Kau butuh orang yang cerdas untuk membantumu. Apalagi dari orang seperti Tari," imbuh Mila.
"Aku bisa mengurus diriku. Mungkin sekarang aku membiarkan Tari menginjak-injak harga diriku. Tapi aku pastikan akan membalas semua perbuatannya itu!"
"Membalasnya? Memangnya apa rencanamu?"
"Aku akan membuat usaha yang sukses. Aku akan buat barbershop ini sukses!"
Mila hendak tertawa. Namun berusaha keras ditahannya.
"Sepertinya bukan hanya Tari yang meremehkanku," sindir Abas yang ternyata bisa melihat Mila menahan tawa.
"Maaf, aku tidak bermaksud begitu. Tapi bagaimana sebuah barbershop bisa sukses? Aku tak pernah mendengar sebuah barbershop bisa sukses seperti restoran." Ucapan Mila kali ini benar-benar menohok. Hingga membuat Abas terdiam dalam beberapa saat.
Tetapi Abas segera berucap, "Aku akan memikirkannya. Lagian aku punya keahlian lain selain mencukur!"
"Benarkah? Apa?" tanya Mila penasaran.
"Memijat!" jawab Abas percaya diri. Padahal dia belum bisa membuktikan sepenuhnya kalau keahlian dari neneknya itu sudah dirinya kuasai.
Mila kali ini tidak bisa menahan tawa. Dia tertawa pecah sambil memegangi perut.
Abas geram. Dia kali ini memaksa Mila pergi dari barbershopnya.
ingat entar tambah parah Lo bas....,