Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Babak belur
Brian dan Viona berjalan beriringan menuju ke tempat parkir mobil.
"Brian, apa benar yang kamu bilang tadi kalau mas Bara memintamu untuk membujuk aku biar aku mencabut gugatan cerai...?" tanya Viona.
"Iya...'' jawab Brian.
"Tapi kamu nggak ngomong langsung sama aku tadi..." sahut Viona.
"Memangnya kalau aku ngomong , kak Viona mau membatalkan gugatan cerai ...?" tanya Brian sambil menoleh ke arah Viona.
"Nggak sih..." jawab Viona.
"Ya udah nggak usah dipikirkan...." sahut Brian sambil menggandeng pundak Viona.
"Masuk kak..." ucap Brian membuka pintu mobil. Viona pun naik ke mobil Brian dan Brian menutup pintunya. Kemudian Brian mengitari mobil untuk naik ke jok kemudi.
Tapi tiba- tiba langkahnya dihentikan oleh Fathur yang baru saja keluar dari restauran.
"Brian..." panggil Fathur. Brian pun menoleh ke sumber suara.
"Mas Fathur... Kak Bianca mana...?" tanya Brian.
"Kakakmu lagi ke toilet. Biasalah dia lagi hamil tua jadi beser ,bentar- bentar kebelet pipis..." jawab Fathur.
"Eh Brian, kamu mau nganterin Viona pulang...?" tanya Fathur dan Brian pun mengangguk.
"Kamu tahu tempat tinggalnya dia sekarang di mana...?" tanya Brian.
"Nggak, ini baru aku mau nganter dia. Tadi kami langsung ketemuan di restauran, kak Viona naik taksi..." jawab Brian bohong. Bukannya apa, dia tidak mau keluarganya tahu tempat tinggal Viona.
"Kamu ada hubungan apa sih sama Viona...?" tanya Fathur.
"Hubunganku sama kak Viona itu ya antara adik ipar dan kakak ipar saja. Memangnya hubungan apa lagi..." sahut Brian.
"Kakak kamu curiga tuh disangkanya kamu punya hubungan khusus dengan Viona..." ucap Fathur.
"Memangnya nggak boleh kalau misal aku punya hubungan khusus dengan kak Viona...?" tanya Brian.
"Ya nggak boleh lah ... gila aja, Viona itu kan kakak iparmu..." jawab Fathur. Brian hanya tersenyum sinis pada sang kakak ipar.
Sementara itu Viona dari dalam mobil memperhatikan Brian dan Fathur yang entah sedang ngobrol tentang apa di depan mobil Brian. Sepertinya serius sekali.
"Tapi aku percaya sih kalau kamu memang nggak ada hubungan khusus dengan Viona. Soalnya kamu itu kan jomblo sama seperti Angga. Kamu hanya dekat dengan Angga saja, tidak pernah dekat dengan perempuan..." ucap Fathur sambil tersenyum penuh arti.
Brian pun mengerutkan keningnya tidak mengerti apa maksud dari perkataan Fathur. Tapi dia tidak ingin menanggapi soal itu. Baginya itu tidaklah penting.
"Brian, Viona itu memang cantik sih, cantik sekali malah..." ucap Fathur. Brian hanya melirik saja pada Fathur.
"Bodoh aja Bara selingkuhi perempuan secantik Viona dengan alasan Viona nggak bisa hamil...." sambung Fathur.
"Kalau menurutku sih bukan Viona yang nggak bisa hamil, tapi Bara yang nggak bisa bikin Viona hamil. Coba kalau bikin anaknya sama aku, sekali bikin aja sudah langsung hamil dia. Aku jadi penasaran pengin merasakan gimana rasanya tubuh Viona, pasti nikmat sekali...." ucap Fathur.
"Kurang ajar kamu mas Fathur...!"
"Bugghkk...Bugghkk...!" Brian menonjok wajah Fathur beberapa kali. Brian begitu emosi mendengar kata- kata Fathur yang menurutnya sangat merendahkan Viona. Brian tentu saja tidak bisa terima soal itu.
"Brian...!" seru Viona dari dalam mobil lalu membuka pintu mobil dan segera turun.
"Sekali lagi mas Fathur bicara seperti itu. Akan aku hajar mas Fathur sampai babak belur...." ucap Brian penuh emosi.
"Kenapa kamu marah...? Apa jangan- jangan kamu suka pada Viona tapi kamu tidak mau mengakuinya...?'' tanya Fathur sambil terkekeh.
"Okelah kalau begitu Brian , kita berlomba saja , siapa yang lebih dulu akan menikmati tubuh Viona...!" ucap Fathur sambil tertawa.
"Brengsek kamu mas, ingat mas..kak Bianca sedang hamil....!" teriak Brian.
"Bughkk...bughk...." Brian kembali menonjok Fathur. Kali ini dia menonjok bagian perut sebanyak dua kali hingga Fathur jatuh tersungkur ke tanah.
"Brian..! Hentikan...! " teriak Viona menghampiri Brian dan menarik tangan Brian agar berhenti memukul Fathur.
"Brian...! Apa yang kamu lakukan..!" teriak Bianca yang sudah kembali dari toilet dan akan menghampiri sang suami. Tapi dia terkejut karena sang suami sedang dihajar oleh Brian.
"Brian..! Apa kamu sudah tidak waras...! Bisa- bisanya kamu memukuli kakak iparmu sendiri hah...!" seru Bianca.
"Plak..plak..." Bianca menampar kedua pipi Brian dengan sangat keras. Brian pun hanya diam sambil memegangi pipinya yang terasa panas. Sementara itu Fathur yang jatuh terduduk meringis karena pipinya sudah membiru dan perutnya terasa sakit akibat tinju dari Brian.
"Kenapa kamu memukuli mas Fathur hah..! Apa salah dia sama kamu..! Dasar adik kurang ajar...!" seru Bianca sambil mendorong tubuh Brian.
Lalu Bianca membantu Fathur berdiri.
"Sayang kamu nggak papa...?" tanya Bianca sedih dan khawatir melihat kondisi sang suami.
"Nggak papa sayang..." jawab Fathur sambil memegangi wajahnya yang babak belur. Sementara Brian menatap wajah Fathur dengan penuh emosi.
"Kamu benar- benar keterlaluan Brian...! Awas saja ya, aku akan adukan perbuatan kamu sama papah, biar kamu tahu rasa nanti...!" teriak Bianca sambil menunjuk wajah Brian.
"Ayo sayang kita pulang..." ucap Bianca sambil menuntun Fathur ke mobilnya. Sebelum meninggalkan Brian dan Viona, Fathur sempat menoleh ke arah Brian dan tersenyum miring seolah- oleh mengejek Brian. Brian pun hanya bisa mengepalkan kedua tangannya sambil menatap tajam pada sang kakak iparnya tersebut.
"Brian... Kamu kenapa sih, kok tiba- tiba kamu memukuli mas Fathur...? Mas Fathur ngomong apa sama kamu sampai kamu marah seperti itu...?" tanya Viona penasaran sekaligus kesal dengan Brian. Brian pun lalu menoleh ke arah Viona yang berdiri di sampingnya.
Brian hanya diam saja sambil menatap intens wajah Viona tanpa menjawab pertanyaan Viona.
"Brian, kamu dengar nggak sih , aku tanya sama kamu kenapa kamu memukul mas Fathur sampai babak belur...?" tanya Viona semakin kesal.
"Aku marah sama dia kak...." jawab Brian dingin.
"Iya, tapi marah kenapa..? Apa yang bikin kamu marah...? Dia ngomong apa sama kamu...?" tanya Viona.
"Dia ngomong hal yang bikin kuping aku panas kak...." jawab Brian.
"Iya, tapi tentang apa...?" tanya Viona semakin kesal karena Brian tidak menjawab dengan jelas.
"Sudahlah kak, tidak usah dibahas lagi. Lebih baik kita pulang saja..." jawab Brian sambil menarik pelan tangan Viona dan menuntunnya masuk ke dalam mobil. Viona pun berdecak kesal karena pertanyaannya tidak dijawab dengan jelas oleh Brian.
Brian melajukan kendaraannya menuju apartemennya. Di perjalanan mereka hanya saling diam. Brian masih dengan wajah penuh amarah, sedangkan Viona masih dengan rasa penasaran apa yang dikatakan oleh Fathur pada Brian hingga dia marah dan memukuli Fathur.
Tak lama kemudian mereka pun sampai di apartemen milik Brian. Brian lalu duduk di sofa sambil menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa. Viona lalu mengambil air putih untuk Brian.
"Minumlah Brian..." ucap Viona mengulurkan gelas berisi air putih pada Brian.
Brian lalu meneguk air putih sampai tandas.
"Brian..." ucap Viona.
"Hem..." jawab Brian sambil menoleh pada Viona yang sudah duduk di sampingnya.
"Bagaimana kalau Bianca beneran mengadukan pada papah apa yang kamu lakukan pada Fathur...? Papah pasti akan marah sama kamu Brian, aku takut..." ucap Viona merasa khawatir.
"Kakak nggak usah takut kalaupun papah marah, papah marahnya sama aku bukan sama kak Viona...." jawab Brian sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Viona.
"Tapi aku nggak mau kamu dimarahi sama papah..." ucap Viona sedih.
Brian pun tersenyum melihat ada kekhawatiran Viona yang ditunjukan untuknya.
"Semua akan baik- baik saja, kakak tidak usah mengkhawatirkan soal aku...." ucap Brian lalu menarik tubuh Viona ke dalam pelukannya.
Tiba- tiba ponsel Brian berdering. Brian mengurai pelukannya, dan mengangkat telpon yang ternyata dari nyonya Rika.
"Hallo mah..." ucap Brian.
"Kamu di mana Brian...!" terdengar suara nyonya Rika yang terdengar emosi.
"Brian di rumah teman mah..." jawab Brian.
"Cepet pulang sekarang...!" seru mama Rika langsung mematikan sambungan telponnya secara sepihak.
"Brian, mamah ngomong apa sama kamu...?" tanya Viona mulai merasa cemas.
"Mamah menyuruhku pulang sekarang kak..." jawab Brian.
"Tuh kan, pasti Bianca sudah mengadu ke mamah dan papah soal kejadian tadi Brian. Mama sama papa pasti marah sama kamu Brian..." Viona terlihat sangat khawatir, sementara Brian hanya terlihat santai saja.
"Kakak kenapa sih, sampai khawatir seperti itu. Santai aja kali kak, kalau nanti papa sama mama marah , ya udah biarin aja, aku sudah biasa di marahi sama mereka, kakak tenang aja..." ucap Brian sambil tersenyum dan mengusap kepala Viona.
"Ih kamu ini gimana sih, aku ini khawatir sama kamu Brian, tapi kamu malah santai- santai aja kayak gitu..." ucap Viona kesal. Brian pun tertawa, menurutnya Viona terlihat lucu jika sedang kesal.
"Makasih ya kak, sudah khawatir sama aku..." ucap Brian sambil tersenyum dan menggenggam tangan Viona.
"Aku pulang dulu ya. Kakak nggak usah berfikir macam- macam. Kakak lebih baik istirahat saja..." lanjut Brian.
"Hati- hatinya pulangnya..." ucap Viona begitu berat melepas Brian akan pulang ke rumahnya.
Brian pun lalu pergi meninggalkan Viona untuk pulang ke rumahnya. Sementara itu hati Viona masih diselimuti rasa khawatir akan Brian.
Bersambung...
sukur-sukur kalau kamu hamil anak laki2 yg diinginkan mereka 😏😌
Wah kayaknya Viona hamil nih...