NovelToon NovelToon
Gadis Desa Vs Pewaris Sultan

Gadis Desa Vs Pewaris Sultan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Anak Yatim Piatu / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: I Wayan Adi Sudiatmika

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi hutan, hiduplah Kirana, gadis cantik, cerdas, dan mahir bela diri. Suatu hari, ia menemukan seorang pemuda terluka di tepi sungai dan membawanya ke rumah Kakek Sapto, sang guru silat.


Pemuda itu adalah Satria Nugroho, pewaris keluarga pengusaha ternama di Jakarta yang menjadi target kejahatan. Dalam perawatan Kirana, benih cinta mulai tumbuh di antara mereka. Namun, setelah sembuh, Satria kembali ke Jakarta, meninggalkan kenangan di hati Kirana.


Bertahun-tahun kemudian, Kirana merantau ke Jakarta dan tak disangka bertemu kembali dengan Satria yang kini sudah dijodohkan demi bisnis keluarganya. Akankah mereka bisa memperjuangkan cinta mereka, atau justru takdir berkata lain?


Sebuah kisah takdir, perjuangan, dan cinta yang diuji oleh waktu, hadir dalam novel ini! ❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon I Wayan Adi Sudiatmika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11: Pagi Penuh Kejutan

Sepanjang liburan Kirana tetap bangun pagi sebelum subuh. Kirana tetap membersihkan rumah, memasak lalu berlari ke pondok Kakek Sapto pada saat perkerjaannya sudah selesai. Tubuhnya lelah namun tekad dan semangatnya tidak pernah goyah.

Namun Bibi Tari kerap bersikap sinis kepada Kirana dan tidak pernah melewati kesempatan untuk mencibir. “Dasar anak keras kepala! Nanti juga pulang menangis!”, ucap Bibi Tari menyindir Kirana hampir setiap hari. Walaupun Kirana tidak pernah menangis, namun Bibi Tari tetap menganggap Kirana anak yang manja dan cengeng.

Tapi Kirana hanya tersenyum. “Aku sudah bukan anak yang mudah bersedih sekarang… Aku bukan anak yang mudah menyerah…,” bisik Kirana dalam hatinya dan selalu melanjutkan pekerjaannya tanpa membalas omelan Bibi Tari.

Suatu pagi Kirana bangun lebih agak terlambat dari biasanya. Langit masih gelap dan hanya cahaya redup bulan sabit yang menyinari jendela kamarnya. Ia menarik napas dalam, lalu bergegas ke kamar mandi yang ada di dapur untuk memulai membersihkan muka dan memulai rutinitas pagi.

Namun sesampai Kirana di dapur, dia terkejut menemukan dapur sudah dalam keadaan bersih. Meja makan sudah dibersihkan, bahkan sudah ada nasi goreng hangat yang aromanya memenuhi ruangan dapur. 

Kirana melihat Arif sedang menyapu lantai dengan wajah penuh konsentrasi. “Arif… kamu yang membersihkan dapur dan memasak?” tanya Kirana terkejut.

Arif mengangguk dan wajahnya memerah. “Iya Kak… Aku tahu kakak capek dengan pekerjaan rumah ini. Aku cuma mau bantu sedikit,” ujarnya dengan suara kecil hampir seperti bisikan.

Kirana merasa dadanya hangat. Kirana mendekati Arif dan memeluk Arif dengan erat. “Terima kasih Dik…. Kamu selalu menjadi penyemangat kakak…!” ucapnya dengan suara gemetar menahan haru.

Arif tersenyum kecil dan mencium pipi Kirana. “Aku bersyukur punya kakak yang cantik, rajin, pintar dan baik hati ini… tapi… kadang-kadang galak… ha… ha… ha…,” candanya sambil tertawa kecil.

Mereka tertawa kecil, takut terdengar Bibi Tari dan Rara. Namun tawa mereka seketika berhenti ketika mendengar langkah kaki mendekat. Mereka berdua langsung terdiam seperti anak kecil yang ketahuan sedang berbuat nakal.

“Kirana! Ngapain saja kamu…? Sarapan sudah siap…?” bentak Bibi Tari dengan wajah masamnya seperti biasa.

“Iya Bi… Sudah Bi… Ini Kirana mau lanjut membersihkan rumah Bi…,” jawab Kirana sambil menoleh ke Arif yang ada di sampingnya.

Bibi Tari melirik Arif yang masih memegang sapu. “Kamu lagi ngapain di sini Arif…? Ngapain kamu pegang sapu? Ini kan tugas Kirana…!”

Arif menunduk tapi Kirana melangkah maju mendekati Bibi Tari. “Bibi… Arif cuma mau bantu… Dia tidak salah…”

Bibi Tari mendekat dan matanya menyipit. “Jangan pernah menyuruh Arif! Kamu pikir kamu bisa mengatur rumah ini? Kamu cuma anak yatim piatu yang cuma numpang di rumah ini!” bentak Bibi Tari dengan wajah memerah.

Kirana menggigit bibirnya dengan tangan mengepal. “Kirana tidak bermaksud demikian Bi… Maaf Bi…”

Rara yang terbangun karena mendengar ribut-ribut di dapur, keluar dari kamarnya. Rara mendekati ibunya dan ikut menyela. “Kamu… jangan sok baik. Kamu cuma numpang hidup di sini…!” bentak Rara lagi. “Kamu seenaknya saja pulang pergi dari rumah ini… sore baru pulang… kamu pasti nongkrong di luar… sok cantik sekali kamu…!” tambah Rara menambah panas suasana pagi itu.

Rara mendekati Kirana dengan wajah memerah. Rara menggerakan tangannya seolah akan menampar Kirana. “Kakak…. Jangaaaan….!!!” lerai Arif berusaha menahan tangan Rara.

Rara menatap Arif dengan mata memerah. “Kamu jangan membelanya…!!” bentaknya dengan suara penuh amarah.

Kirana menarik napas dalam-dalam dan mencoba menahan emosinya. “Kak… Kirana tidak bermaksud apa-apa… Arif hanya ingin membantu…,” ujarnya dengan suara tenang meski hatinya bergejolak.

Bibi Tari melangkah maju dan menunjuk Kirana dengan jari telunjuknya. “Kamu jangan sok di sini… Kamu cuma anak manja yang selalu merepotkan keluarga ini!”

Kirana merasa dadanya sesak. Ia tahu pertengkaran ini tidak akan pernah selesai dengan kata-kata. Tapi dia ingat pesan Kakek Sapto. “Kekuatan bukan di otot… tapi di hati…” Kirana menarik napas dalam-dalam dan diam tidak membalas perkataan bibi dan kakak sepupunya. 

Melihat Kirana diam tidak menyahuti kata mereka, membuat Bibi Tari dan Rara kesal. Akhirnya mereka berdua pergi ke kamar masing-masing untuk melanjutkan tidur mereka, karena hari masih terlalu pagi.

Setelah kepergian ibu dan kakaknya, Arif memegang tangan Kirana. “Kak… jangan dengarkan mereka. Kakak sudah baik sekali selama ini. Arif bangga memiliki Kak Kirana…,” bisiknya pelan.

Kirana tersenyum kecil dan kembali memeluk adik sepupunya. “Terima kasih dik… Kamu selalu membuat kakak kuat…”

Mereka berdua kemudian meninggalkan dapur. Arif menuju kamarnya untuk istirahat kembali, sedangkan Kirana pergi ke belakang rumah untuk mencuci pakaian kotor yang menumpuk di sana. Kirana tau bahwa konflik dengan Bibi Tari dan Rara mungkin tidak akan pernah selesai, tetapi dia masih punya Paman Budi dan Arif yang selalu melindunginya, sudah cukup untuk membuatnya tetap bertahan.

Bagaimana kisah selanjutnya...? Ikuti bab selanjutnya...

1
Atik R@hma
pertemuan pertama, 😚😚
Atik R@hma
ok ka,,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!