Genre : TimeTravel, Action, Adventure
Mo Lian. Seorang Kultivator terkuat di Alam Semesta.
Saat ia hendak naik ke Alam Selestial, Dao menolaknya karena di dalam hatinya terdapat penyesalan besar. Akhirnya pun Dao mengirimkannya kembali ke masa sekolahnya saat berusia 18 tahun.
"Kali ini aku harus berkultivasi secara perlahan sembari membalaskan semua dendam yang ada! Hingga tidak lagi meninggalkan penyesalan maupun rasa bersalah, yang mana dapat membangun iblis hati!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaKertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26 : Membunuh Setengah Wu-Dan
"Kakak ..." Mo Fefei memeluk Mo Lian lebih erat saat mendengar suara itu, tubuhnya juga sedikit bergetar ketakutan dengan wajah yang sedikit menghitam seperti bertemu sesuatu yang sangat mengerikan.
"Tidak apa." Mo Lian mengusap lembut rambut Adiknya, kemudian mencoba melepaskan pelukannya secara perlahan.
Boom!
Pintu gudang yang terbuat dari baja terlepas begitu saja, hingga membuat suatu dentuman keras di dalam ruangan. Saat pintu itu terlepas, dari luar ruangan terlihat pria tua berambut putih, memiliki jenggot putih yang dicukur rapi, dan mengenakan pakaian tradisional China berwarna cokelat.
"Hahaha! Anak muda, kau mungkin hebat karena berhasil mengalahkan mereka dan bertahan hidup dari tembakan peluru. Tapi dengan adanya aku, kau akan mati!" Pria tua itu menyeringai lebar dengan aura kultivasi yang keluar dari dalam tubuhnya.
Mo Lian hanya diam tak membalas perkataan pria tua gila di depannya. Bahkan ekspresi wajahnya pun tidak berubah sama sekali, dan hanya menatap datar pria tua itu.
Pria tua itu menyeringai lebar saat melihat Mo Lian tidak bereaksi. "Apa kau ketakutan? Sehingga tidak berani menjawab?"
Mo Lian mendengus dingin. "Heh! Apa yang perlu ku takutkan dari pria tua yang sebentar lagi menemui ajalnya," jawabnya melangkah maju meninggalkan Mo Fefei berdiri di kejauhan.
Wajah pria tua itu mengeras dengan urat-urat lehernya terlihat jelas, serta di matanya menampilkan api kemarahan yang kuat. "Beraninya kau!"
Pria tua ia menghilang dari tempatnya berdiri, ia menarik tangan kanannya ke belakang, kemudian memukulkannya keras pada wajah Mo Lian dengan tinju yang telah diselimuti energi kuat bercahaya ungu.
Untuk orang biasa memang gerakan ini sangatlah cepat, seperti orang yang dapat berpindah tempat. Namun bagi Mo Lian ini sangatlah lambat, bahkan jika musuhnya berada satu tingkat diatasnya, ia masih dapat melihat pergerakan orang itu dengan jelas.
Dengan sedikit gerakan, Mo Lian memiringkan kepalanya ke kanan, menghindari pukulan yang dilancarkan oleh pria tua bernama Lu Hu Jin. Mo Lian memukulkan tinjunya dari bawah ke atas, mengarah pada persendian antara lengan bawah dan lengan atas.
Dari dalam lengan Lu Hu Jin terdengar suara retakan kasar, menandakan bahwa tulangnya telah patah hanya karena pukulan ringan dari Mo Lian yang tanpa menggunakan energi spiritual. Dan jika dilihat lebih saksama, lengan Lu Hu Jin menekuk ke arah yang berlawanan.
"Ugh!" Lu Hu Jin menahan rasa sakitnya di lengannya dengan cara mengigit bibir bawahnya. Ia tak berharap jika pemuda yang dilawannya sangat licin seperti belut yang mudah menghindar, namun kekuatannya bagaikan badak yang sangat kuat.
Tidak berhenti disitu saja, Mo Lian memukulkan tinjunya pada dada Lu Hu Jin. Hingga terdengar kembali suara retakan kasar yang cukup banyak, menandakan bahwa beberapa tulang rusuk Lu Hu Jin telah patah
Lu Hu Jin terlempar beberapa puluh meter ke belakang, namun masih dapat mempertahankan posisi berdirinya. Ia menatap tajam ke arah Mo Lian. "Baji***n! Fisikmu memang keras, namun apa tubuh fisikmu dapat menahan teknik terkuat—" Belum sempat menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba ia merasakan rasa sakit di perutnya, membuat tubuhnya kaku dan tidak dapat melanjutkan persiapan serangan.
"Apakah kau pikir aku akan membiarkannya!?" Secara tiba-tiba Mo Lian telah muncul tepat di depan Lu Hu Jin dengan tinjunya mengenai perut lawannya. Membuat organ dalam dari pria tua itu hancur.
Meski Mo Lian hanya menggunakan kekuatan fisik tanpa energi spiritual. Namun ini sudah cukup untuk menghadapi Pejuang ditingkat Wu-Zong, bahkan jika harus berhadapan dengan lawan ditingkat yang sama pun ia tetap bisa mengalahkannya hanya dengan kekuatan fisik.
Bagaimanapun Mo Lian mempraktekkan Teknik Budidaya Sutra Dewa, sehingga kekuatan fisiknya terus meningkat seiring dengan menembus tingkatan baru. Berbeda halnya dengan para pembudidaya lainnya yang harus menjalani latihan tambahan untuk meningkatkan kekuatan fisik mereka.
"Ugh! Urgh..." Lu Hu Jin memuntahkan seteguk darah segar dari dalam mulutnya karena lambungnya telah hancur.
Lu Hu Jin yang terkena pukulan Mo Lian sendiri tidak lagi terlempar jauh, itu dikarenakan setelah Mo Lian memukul. Dengan cepat ia menangkap lengan Lu Hu Jin agar tidak menyusahkan dirinya untuk mengejar kembali.
Saat Lu Hu Jin tertunduk menahan rasa sakit. Mo Lian memukulkan tinjunya kembali pada dagu Lu Hu Jin, membuat kepalanya tegak lurus secara paksa.
Mo Lian menghilang dari hadapan Lu Hu Jin, kini ia telah tiba tepat di belakangnya dengan tangan terkepal siap memukul.
Bam!
Pukulan Mo Lian mengenai tepat bagian tulang belakang Lu Hu Jin, dan sekali lagi terdengar suara retakan kasar. Entah sudah berapa banyak Mo Lian mematahkan tulang-tulang lawannya, ia bisa saja membunuh orang ini dengan cepat, namun itu sangat ringan bagi orang yang telah mencelakai Adiknya.
Mo Lian ingin menyiksa habis-habisan orang ini, hingga orang itu lebih memilih untuk mati.
Lu Hu Jin kembali melesat kencang bagaikan peluru yang ditembakkan dari senapan. Tiba-tiba lajunya terhenti saat wajahnya telah dicengkeram oleh tangan, ya, tangan itu adalah tangan Mo Lian yang entah dari kapan sudah tiba terlebih dahulu di depan Lu Hu Jin.
Mo Lian membanting kuat kepala Lu Hu Jin ke tanah. Membuat lubang dalam dengan radius beberapa meter, serta retakan besar berbentuk seperti jaring laba-laba.
Tidak cukup disitu saja, Mo Lian menerbangkan pukulannya pada tubuh Lu Hu Jin. Ia mematahkan seluruh tulang yang memang masih bisa dipatahkan, hingga beberapa saat kemudian, darah segar mengalir melalui pori-pori kulit Lu Hu Jin.
"Bu- Bunuh saja ... aku. Tapi ... Masterku akan membalaskan ... dendam ... ini. Dia ... berada ditingkat Wu-Dan ..." Lu Hu Jin terkapar di permukaan tanah tanpa bisa bergerak, bahkan untuk berbicara pun sudah sangat kesulitan.
Mo Lian menendang kepala Lu Hu Jin. "Apakah lagi nge-trend untuk mengancam seseorang dengan membawa nama orang lain?" ucapnya kembali memukul tubuh Lu Hu Jin hingga tewas karena tidak kuat menahan rasa sakit.
Namun Lu Hu Jin mati bukan karena Mo Lian, itu karena dirinya membunuh dirinya sendiri dengan metode paling menyakitkan di dunia. Yaitu, mengigit lidahnya sendiri hingga kehilangan nyawa.
Mo Lian menegakkan tubuhnya, ia berbalik menghampiri Mo Fefei yang masih terpukul mengenai apa yang baru saja dilihatnya.
"Apakah Fefei merasa takut melihat Kakak yang sekarang?" tanya Mo Lian melihat tubuhnya sendiri yang dipenuhi dengan bercak darah.
Mo Fefei tersentak kaget, kemudian menggelengkan kepalanya pelan. Ia berjalan menghampiri Mo Lian kemudian memeluknya erat. "Tidak. Kakak, terimakasih."
Mungkin jika dilihat oleh khalayak umum, mereka semua pasti akan mengira jika Mo Lian dan Mo Fefei adalah sepasang kekasih karena melihat kedekatan keduanya. Tapi bagi mereka berdua ini adalah hal yang wajar, karena dari kecil Mo Lian selalu menjaga Adiknya saat ibu mereka sedang bekerja. Saat Mo Fefei menangis karena mendapat hinaan tidak memiliki seorang ayah, Mo Lian selalu memeluknya dan mengusap kepala Mo Fefei.
Hal ini terus berlanjut hingga keduanya memasuki sekolah menengah pertama. Dan untuk sekolah menengah atas, pada saat itu Mo Lian terlalu fokus mengejar cinta Xia Fei. Hingga akhirnya membuat nyawa Adiknya menghilang di depan matanya. Namun setelah kelahirannya kembali, ia tidak ingin lagi menjalin hubungan asmara, ia hanya ingin melindungi keluarga kecilnya.
"Ayo kita pulang," ucap Mo Lian masih dengan mengusap lembut rambut Adiknya.
Mo Fefei mengangguk kecil, kemudian melepaskan pelukannya dari Kakaknya. Ia berbalik ke tempat di mana ia terikat untuk mengambil tasnya.
Sedangkan untuk Mo Lian, ia kembali menghampiri Lu Hu Jin yang telah tewas. Mo Lian mengalirkan energi spiritual pada lima jarinya, membentuk pisau tipis berwarna biru transparan. Kemudian ia mengibaskan tangannya ke arah leher Lu Hu Jin.
Mo Lian memasukkan kepala Lu Hu Jin ke dalam karung yang diambilnya dari gudang. "Keluarga Fang! Aku ada hadiah khusus untuk kalian!"
Setelah menyelesaikan tugasnya, Mo Lian keluar dari dalam gudang. Ia melepaskan sejumlah besar energi spiritual pada telapak tangannya, kemudian mengubah energi spiritual itu menjadi kobaran api yang besar, lalu melemparkannya ke arah gudang kosong.
Seketika gudang kosong yang tidak terpakai lagi terbakar, dengan nyala api yang membumbung tinggi ke langit dan asap berwarna hitam terlihat jelas dalam radius beberapa ratus meter jauhnya.
Mo Lian dan Mo Fefei pergi meninggalkan gudang setelah ia berganti pakaian olahraga untuk meninggalkan jejak pertarungan pada tubuhnya. Keduanya pergi ke saluran air yang tidak jauh dari posisi mereka saat ini, untuk membasuh tubuh serta bau amis yang menyengat yang disebabkan oleh darah. Lalu berjalan menuju tempat mereka tinggal dengan santainya seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
...
***
*Bersambung...
rehat dulu author