seorang gadis yang berusia 19 tahun terpaksa menjadi pengantin pengganti demi membalas Budi. tumbuh tanpa kedua orang tua dan sering di tindas oleh tante dan juga anak tantenya. membuat Aara tumbuh menjadi gadis yang tahan banting dan tangguh.
Author mau kasih tau ya. di Novel ini. ada dua cerita di dalamnya. Satu berada di ke 118 bab dengan Judul PELANGI SETELAH HUJAN. (genrenya pernikahan kilat) kisah (Bima & Ayuna)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Kau! Berani kau!" Teriak Rossa. Tapi saat dia melihat Aggam di punggung Aara yang baru tiba dari kantor. Rossa langsung menjatuhkan dirinya dengan sengaja dan pura pura menangis di lantai.
"Ada apa ini" tanya Aggam membantu Rossa berdiri
"Hiks... Istri mu menampar dan menolakku ke lantai." bohong Rossa sambil memegangi pipinya agar dramanya lebih terlihat nyata lagi.
Wajah Aggam berubah menyeramkan dan menatap Aara. Apa lagi hatinya masih di bumbuhi kemarahan yang masih dia bawah dari toko tadi, karna ucapan ustadz Sulaiman yang ingin melamar Aara.
"Katakan, apa benar kau menyakiti Rossa!" Sentak Aggam pada Aara.
Aara menggeleng "Tidak, aku tidak menyakitinya" jawab Aara melihat ke arah Rossa.
"Dia bohong sayang, tadi dia menamparku dan mendorongku ke lantai, istri mu ini pembohong" drama Rossa semangkin memojokkan Aara
Aggam mendekati Aara. "Katakan, apa benar yang di katakan oleh Rossa." Kata Aggam yang menatap Aara seperti ingin menerkamnya
"Tidak. Aku ti----
Plakkkk
Ucapan Aara terhenti karna Aggam menamparnya dengan sangat keras sehinggah membuat bibir Aara pecah dan oleng ke belakang. Cadar putih Aara langsung berubah merah di bahagian mulutnya karna darah dari bibir munggil Aara mengalir membasahi cadar berwarna putih yang dia gunakan.
Rossa tersenyum puas melihat Aara yang terluka akibat sandiwaranya. Berani ingin melawan ku, itu akibatnya, baru tahu rasa kau perempuan kampung. Batin Rossa.
Aara memegang pipinya lalu menatap kedua bola mata Aggam yang menatapnya. Aara menahan sekuat tenaga agar air matanya tidak jatuh di hadapan Aggam.
Setelah itu Aara langsung melangkah masuk ke dalam Kamarnya di belakang villa. Aggam masih terdiam di tempatnya. Entah mengapa hatinya terasa sedikit terusik melihat tatapan Aara padanya tadi, apa lagi darah di cadar Aara sangat terlihat jelas dan sangat banyak.
"Sayang..." panggil Rossa memeluk lengan Aggam yang masih berdiam di tempatnya.
Aggam langsung tersadar dan melihat ke arah Rossa" kau tidak apa apa..." Tanya Aggam memegang pipi Rossa.
"Tidak, aku tidak apa-apa." tersenyum manis pada Aggam.
"Ayo kita masuk." ujar Aggam mengajak Rossa masuk ke dalam
Aggam dan Rossa naik ke atas di lantai dua kamar Aggam.
,,,,,,,,
Di kamar Aara, Aara membuka cadarnya di depan kaca dan melihat bibir munggilnya yang becah akibat tamparan suaminya. perlahan air mata yang dari tadi Aara tahan akhirnya jatuh mengalir di kedua pipinya.
Hiks hiks hiks tubuh Aara terguncang karna menangis. Aara benar benar sakit atas semua perlakuan Aggam padanya.
"Bunda ayah.... Aara merindui kalian... " Hiks hiks hiks tangis Aara pecah.
dia menangis sejadi jadinya.
"Ya Rohman... kenapa ini sangat menyakitkan.. laki-laki yang seharusnya menjaga dan melindungi ku, tapi malah dia lah yang menyakitiku..." gumam Aara berbicara pada sang penguasa alam semesta.
Tiba-tiba azan berkumandang Aara membuka pakaiannya lalu masuk ke dalam kamar mandi membersihkan tubuhnya lalu melaksanakan solat magrib.
,,,,,,,,,
Di rumah paman Aara Dimas.
"Ma.. aku lapar ma... kenapa mama tidak masak sih... " kata Fadillah pada mamanya
"Apa kata mu. kalau kau lapar ya sana masak... kenapa menyuruh mama lagi..." Kesal Difa karna Fadillah tidak mahu melakukan pekerjaan apa pun di rumah untuk membantunya. Semenjak Aara sudah menikah dia yang melakukan semua pekerjaan yang biasanya Aara yang kerjakan. dan Fadillah tidak sama sekali membantunya.
"Mama tahu kan aku tidak bisa masak.." Kata Fadillah juga kesal sama mamanya.
"Belajar Fadilah jika kau tidak pintar masak, mama tidak bisa sering memasak untuk mu, lagi pula kau sudah dewasa. Ini juga semua gara gara kamu kan... Seandainya kamu tidak melakukan hal terkutuk itu, kamu sudah hidup enak menikah dengan Aggam." Oceh Difa pada putrinya
"Apaan sih!, di suruh masak saja ocehan mama udah kemana mana... Bikin kesal saja. Ya sudah aku minta uang saja mahu makan di luar" Fadillah menengadahkan tangannya meminta uang pada mamanya.
"Mama tidak memiliki uang.. Papamukan belum gajian, Bagaimana sih"
"Huffff ngeselin..... "
"Tapi bukankah seharusnya Aara sudah gajian ya?" ujar Difa pada Fadilah.
"Benar juga tu ma, besok kita ke tokonya saja minta uangnya." tersenyum senang
Difa mengangguk lalu tersenyum pada putrinya.