NovelToon NovelToon
Dosa Yang Kucintai

Dosa Yang Kucintai

Status: tamat
Genre:Misteri / Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:22.7k
Nilai: 5
Nama Author: 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒

"Aku mencintainya, tapi akulah alasan kehancurannya. Bisakah ia tetap mencintaiku setelah tahu akulah penghancurnya?"

Hania, pewaris tunggal keluarga kaya, tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Meskipun seluruh sumber daya dan koneksi dikerahkan untuk mencarinya, Hania tetap tak ditemukan. Tidak ada yang tahu, ia menyamar sebagai perawat sederhana untuk merawat Ziyo, seorang pria buta dan lumpuh yang terjebak dalam bayang-bayang masa lalunya.

Di tengah kebersamaan, cinta diam-diam tumbuh di hati mereka. Namun, Hania menyimpan rahasia besar yang tak termaafkan, ia adalah alasan Ziyo kehilangan penglihatannya dan kemampuannya untuk berjalan. Saat kebenaran terungkap, apakah cinta mampu mengalahkan rasa benci? Ataukah Ziyo akan membalas dendam pada wanita yang telah menghancurkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5. Jarak

Setelah Clara pergi, Rita kembali ke sisi tempat tidur Ziyo. Ia menatap Ziyo yang terbaring diam, tubuhnya tampak tak bergerak, tapi pikirannya penuh dengan kekacauan. Suara Rita memenuhi ruangan, meresap ke dalam benaknya, setiap kata membekas seperti luka baru.

Rita menggenggam tangannya erat, jemarinya yang hangat menyentuh kulitnya yang dingin. “Maafkan Clara... maafkan dia, Ziyo... Dia tidak tahu apa yang dia lakukan,” bisiknya penuh iba.

Di dalam hati, Ziyo ingin tertawa pahit. "Dia tahu, Tante. Clara tahu persis apa yang dia lakukan. Dia hanya tak peduli." Namun, bibirnya tetap terkatup rapat, tak ada kata yang keluar, hanya kebisuan yang menemaninya.

Rita kembali berbicara, suaranya bergetar menahan air mata. “Kamu sudah terlalu banyak berkorban untuk kami... untuk Clara... Tante bahkan tidak tahu bagaimana cara kami membalas semuanya.”

Kata-kata itu membuat hati Ziyo semakin perih. "Pengorbanan? Itu bukan karena Clara, Tante. Itu semua karena Anda dan Om, yang selalu memperlakukan saya seperti anak sendiri." Dia memejamkan mata lebih erat, berusaha mengusir rasa sakit yang menyusup ke setiap sudut jiwanya.

Ia tak pernah benar-benar mencintai Clara sejak awal. Pertunangan itu hanyalah bentuk rasa terima kasihnya kepada orang tua Clara, terutama Rita, yang selalu menganggapnya bagian dari keluarga. Ketika ibunya tiada, Rita adalah sosok ibu yang hadir mengisi kekosongan itu. Tapi sekarang, semua pengorbanannya terasa sia-sia.

"Clara tak pernah memintaku. Dan aku pun tak pernah meminta Clara. Semua ini hanyalah permainan takdir yang kejam."

Air mata Rita menetes ke punggung tangannya, menciptakan kehangatan yang kontras dengan dinginnya hatinya saat ini. “Ziyo, Tante tidak akan pernah bisa membalas semua yang sudah kamu lakukan. Tapi tolong... bertahanlah. Jangan menyerah.”

Ziyo ingin menjawab, ingin memberitahu Rita bahwa ia mendengar semuanya, bahwa ia tahu ketulusannya lebih nyata daripada apa pun yang pernah Clara berikan. Tapi ia tetap diam.

Kata-kata terakhir Rita sebelum ia terisak kecil, "Kamu pantas mendapatkan yang terbaik, Ziyo," menggema di telinganya.

"Yang terbaik?" pikir Ziyo, pahit. "Aku bahkan tak tahu apa itu lagi."

Namun, di balik semua luka yang menganga, satu hal tetap jelas: cinta Clara mungkin hanya semu, tapi kasih tulus Rita adalah satu-satunya hal yang memberinya alasan untuk tetap bertahan.

***

Sementara itu, Clara melangkah cepat di lorong rumah sakit, sepatu hak tingginya berderap keras, memantul di dinding putih yang sunyi. Wajahnya menyiratkan kejengkelan, tetapi ada jejak kebimbangan yang samar di matanya. Ia mengeluarkan ponselnya, mengetik pesan dengan cepat.

"Bryan, aku ingin bertemu. Aku butuh bicara denganmu."

Setelah pesan terkirim, Clara berhenti di dekat jendela besar yang menghadap taman rumah sakit. Matanya menatap kosong ke luar. Kata-kata ibunya terus berputar di kepalanya.

"Dia sudah banyak berkorban untuk keluarga kita."

Clara menghela napas panjang, lalu menggeleng keras. "Tidak, ini bukan salahku. Dia yang terlalu menuntut. Dia yang membuatku merasa terkungkung. Ini bukan hidup yang kuinginkan."

***

Diva berjalan masuk ke ruangan Ziyo dengan langkah ringan, wajahnya tampak lelah namun tetap berusaha tersenyum ketika melihat Rita duduk di samping ranjang. Tadi, saat Rita dan Clara datang, ia meninggalkan Ziyo untuk mengisi perutnya.

“Oh, Nyonya Rita. Anda di sini?" tanya Diva dengan nada hangat, meskipun ada sedikit keletihan yang tersirat.

Rita bangkit dari kursinya, memberikan senyum tipis. “Tentu, bagaimana pun Ziyo adalah tunangan Clara. Saya harus memastikan keadaannya.”

Diva berjalan ke sisi ranjang Ziyo, menatap pria muda itu dengan sorot mata yang sulit diterjemahkan. Ia lalu menoleh ke Rita. “Ziyo masih belum sadar, tapi dokter bilang kondisinya sudah stabil. Saya harap dia segera membaik.”

Rita mengangguk kecil, menatap Ziyo sejenak sebelum kembali memandang Diva. “Iya, saya sudah mendengarnya dari dokter.”

Diva menghela napas. “Saya sudah di sini sejak malam kecelakaan. Rasanya... sulit membayangkan dia melalui ini semua sendirian.”

Rita mengangkat alis sedikit, menatap Diva dengan tatapan penuh perhatian. “Itu pasti berat. Tapi, terima kasih sudah merawatnya."

"Ini sudah menjadi tanggung jawab saya," sahut Diva terlihat sedih menatap Ziyo.

Sejenak, ada keheningan di antara mereka, hanya suara detak monitor dan napas teratur Ziyo yang terdengar. Diva akhirnya memecah keheningan, memandang Rita dengan lembut. “Ngomong-ngomong, saya tidak melihat Clara ada di sini. Di mana dia?”

Wajah Rita berubah sedikit canggung, tapi ia segera menguasai diri. “Clara... baru saja pergi. Dia merasa lelah dan... ingin pulang lebih dulu.”

Diva mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan ekspresi di wajahnya. “Ah, begitu. Ziyo pasti ingin melihatnya begitu dia sadar nanti.”

Rita tersenyum kaku. “Ya, tentu saja.”

Diva menatap Rita sejenak, lalu berkata dengan suara yang lebih lembut, “Terima kasih, Nyonya Rita, sudah menyempatkan waktu untuk datang. Saya tahu ini bukan situasi yang mudah untuk siapa pun.”

Rita balas menatap Diva, menyadari nada tulus yang disampaikan wanita itu meskipun hubungan mereka tak pernah benar-benar akrab. “Tidak masalah. Saya hanya ingin memastikan Ziyo baik-baik saja.”

Diva tersenyum, kali ini lebih tulus. “Saya benar-benar menghargai itu. Ziyo pasti juga begitu, meskipun dia belum sadar.”

Setelah percakapan singkat itu, keheningan kembali menyelimuti ruangan. Diva tetap di sisi Ziyo, menatap wajahnya yang tenang meski penuh luka. Sementara Rita berdiri dengan sedikit canggung, merasa seperti tamu di tempat yang tadinya terasa akrab baginya.

Mata Diva yang berbingkai rapi menatap wajah Ziyo yang sebagian tertutup perban. “Kasihan sekali anak ini,” katanya pelan, tangannya terulur seolah ingin menyentuh tangan Ziyo, tapi kemudian ia menariknya kembali.

Rita mengamati gerakan itu, tapi tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya mengangguk kecil. “Dia kuat. Saya yakin dia akan melewati ini.”

Diva mengangguk pelan, lalu mengambil kursi dan duduk di sisi ranjang. Ada jeda hening sebelum ia berbicara lagi. “Zian sangat khawatir pada kakaknya. Tapi saya tak bisa membawanya ke sini. Dia masih terlalu kecil untuk melihat Ziyo dalam keadaan seperti ini.”

Rita mengangguk lagi, kali ini sedikit lebih tegas. “Itu keputusan yang bijak," ujarnya kembali duduk.

Ada jeda lagi, lalu Diva berkata dengan nada hati-hati, “Nyonya Rita... saya tahu saya tidak pernah bisa menggantikan posisi ibu Ziyo. Tapi saya selalu berusaha yang terbaik untuknya.”

Rita menoleh, tatapannya lurus ke mata Diva. “Tentu saja, saya tidak pernah meragukan usaha Anda, Nyonya Diva. Tapi Ziyo anak yang cukup mandiri. Dia tahu bagaimana menjaga dirinya sendiri.”

Senyum kecil muncul di wajah Diva, tapi kali ini ada sesuatu yang samar, entah luka atau kepedihan yang terpendam. “Terkadang saya berharap dia tidak terlalu mandiri. Sulit mendekatinya. Saya hanya ingin... diterima sebagai bagian dari hidupnya.”

Rita diam sejenak, memandang Ziyo yang terbaring tanpa bergerak. “Ziyo mungkin bukan tipe anak yang mudah membuka diri. Tapi saya yakin, di dalam hatinya, dia tahu siapa yang peduli padanya.”

Ziyo yang mendengar percakapan itu hanya bisa berdiam diri, meskipun batinnya bergolak. "Diterima? Aku sudah mencoba, Tante Diva. Tapi ada sesuatu yang menghalangi. Bukan karena aku membencimu, tapi karena aku tidak tahu bagaimana caranya."

Diva menundukkan kepalanya, jari-jarinya meremas ujung bajunya. “Saya mengerti... mungkin saya butuh lebih banyak waktu.”

Rita tidak menanggapi, hanya mengangguk tipis. Ia tahu bahwa hubungannya dengan Diva memang tidak pernah benar-benar akrab. Ada jarak yang sulit dijembatani, meski mereka saling berusaha menjaga sopan santun.

Rita akhirnya beranjak dari duduknya, merapikan gaunnya, lalu mengambil tasnya di atas nakas. “Saya harus pergi. Ada pekerjaan yang harus saya selesaikan. Tapi tolong, Nyonya Diva, kabari saya jika ada perkembangan tentang Ziyo.”

Diva mengangguk. “Tentu.”

Rita melangkah pergi, tapi sebelum keluar, ia berhenti sejenak, menoleh ke arah Ziyo. “Cepat sembuh, Ziyo. Kami semua menunggumu.”

Diva menatap Rita yang menghilang di balik pintu. Senyuman samar tersungging di bibirnya, seolah memikirkan sesuatu. ‘Clara…’ gumamnya nyaris tak terdengar.

...🍁💦🍁 ...

.

To be continued

1
kaylla salsabella
wuhhaaaaa ......kan ...kan udah tamat ...... terimakasih atas karya mu kak Nana 🥰🥰🥰.... tetep semangat berkarya kak 🥰🥰🥰🥰
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
Dwi Winarni Wina
Akhirnya tamat juga kisah ziyo dan hania mereka menikah hidup bahagia.....
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
terima kasih semua baguslah karya kak Nana ini
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Terima kasih kembali, KK 🤗🙏🙏🙏
total 1 replies
Dwi Winarni Wina
kisah ziyo dan hania dah tamat thank ya thor...
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Aamiin.🤗🙏🙏
Dwi Winarni Wina: sukses ya kak dan sehat sll....
total 3 replies
Dwi Winarni Wina
Zian kakaknya anggap km adik walaupun mama diva jahat...
Tinggal bersama kakak ziyo dan hania...
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ditunggu karya berikutnya kak anna
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
karya yang sarat dengan pelajaran. Terima kasih banyak
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Sama-sama Kak 🤗🙏🙏🙏
total 1 replies
Erchapram
Terima kasih atas karya yang luar biasa ini.
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Sama-sama, Kak 🤗🙏🙏🙏
total 1 replies
Sinar FauzIan Rustin
tetap semangat Thor,, sehat selalu,, dan terus lah berkarya..
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏
total 1 replies
abimasta
trimakasih thor sudah menyuguhkan cerita yang bagus,sukses di karya selanjutnya
abimasta: sama sama thor
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Aamiin. Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏
total 2 replies
kaylla salsabella
terus nasibnya Brian gimana ya kak Nana
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Masih menjalani hukumannya, Kak.
total 1 replies
kaylla salsabella
seperti nya si zion mau tamat ya kak Nana
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ziyo & hania menikah. akhirnya ya
naifa Al Adlin
bentar lg tamat y kak
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Iya, Kak.
total 1 replies
abimasta
akhirnya zigo dan hania bersatu
abimasta
biasanya kalau rilis yang baru ada yang mau end ya thor
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Iya, Kak.🤗
abimasta: sepertinya dosa yang kucintai ya thor
total 3 replies
Dek Sri
sepertinya seru, aku mampir thor
Dek Sri: sama2
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Makasih, Kak 🤗🙏🙏
total 2 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
aku bakal mampir pakai akun lain ya.
Dwi Winarni Wina
Bagus bryan apa yg kamu lakukan sudah bener dan menebus kesalahannya membongkar kejahatan diva....
Diva dilaporkan ke polisi...
Dwi Winarni Wina
Bryan sangat menyesal telah menyakiti dan menyia2kan hania sangat tulus mencintainya menyesal sudah terlambat Bryan....
Demi ambisimu ingin menguasai perusahaan Clara tega selingkuh dengan Clara...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!