Monika (23), seorang aktris multitalenta dengan karier gemilang, harus menghadapi akhir hidupnya secara tragis, kepleset di kamar mandi! Namun, bukannya menuju alam baka, ia justru terbangun di tubuh seorang wanita asing, dalam satu ranjang dengan pria tampan yang tidak dikenalnya.
Saat matanya menyapu ruangan, ia segera menyadari bahwa dunia di sekitarnya bukanlah era modern yang penuh teknologi. Ia terjebak di masa lalu, tepatnya tahun 1990! Sebelum sempat memahami situasinya, penduduk desa menerobos masuk dan menuduhnya melakukan dosa besar: kumpul kebo!
Lebih parahnya lagi, tunangan asli pemilik tubuh ini datang dengan amarah membara, menuntut pertanggungjawaban. Monika yang dikenal mulut tajam dan suka tawuran harus mencari cara untuk keluar dari kekacauan ini. Bagaimana ia bisa bertahan di masa lalu? Dan siapa sebenarnya pria tampan yang terbangun bersamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kaki Lin Momo Berdarah
Xie Wen yang berdiri di depan mulai gelagapan saat David berbicara lebih lanjut. Wajahnya yang tadi penuh percaya diri kini berubah kaku. Ia hanya bisa mengangguk-angguk tanpa tahu harus menjawab apa.
David mengernyitkan dahi dan menoleh ke teman-temannya, seolah bertanya apakah mereka memahami situasi ini. Salah satu dari mereka, pria tinggi dengan rambut pirang, mencoba berbicara dalam bahasa lain, tetapi Xie Wen semakin kebingungan.
Wu Yuan yang melihat itu mulai cemas. Ia baru saja memuji Xie Wen habis-habisan, tetapi sekarang wanita itu tampak seperti anak sekolah yang lupa materi ujian.
"Kau kenapa diam saja, Xie Wen? Jawablah!" desak Wu Yuan.
Xie Wen menelan ludah. "Aku... Aku tidak mengerti apa yang dia katakan."
Mendengar itu, beberapa pekerja pabrik mulai tertawa pelan. Bisik-bisik terdengar di antara mereka.
"Sombong sekali tadi, tapi ternyata hanya tahu sepatah dua kata."
"Katanya pernah belajar di luar negeri? Bohong, kan?"
Lin Momo yang sejak tadi menahan tawa akhirnya tak bisa menahan diri lagi. Ia tertawa kecil sambil melipat tangan di dada.
"Apa aku yang harus maju sekarang?" katanya, menoleh ke Yan Zhi dengan ekspresi jahil.
Yan Zhi yang masih sedikit terkejut dengan kemampuan Lin Momo hanya bisa mengangguk. "Silakan."
"Kau percaya padaku?" tanya Lin Momo penasaran.
"Tentu saja, aku percaya pada istriku. Kalau bukan aku yang percaya padamu. Siapa lagi." jawab Yan Zhi dengan tegas.
"Wah So sweet..." ucap Lin Momo tersenyum sambil kedua telapak tangannya berada di kedua pipi Yan Zhi.
Yan Zhi bersemu merah kedua pipinya. Mana di depan banyak orang lagi kan.
Lin Momo melangkah maju, berdiri di antara tamu-tamu asing dan Xie Wen yang masih tampak kebingungan. Ia tersenyum sopan lalu mulai berbicara dengan David dalam bahasa Italia.
"Selamat datang di pabrik kami, Mr. David. Terima kasih sudah datang ke sini. Apakah Anda ingin langsung melihat proses produksi?"
Mata David melebar. "Anda bisa berbahasa Italia?" tanyanya dalam bahasa yang sama.
Lin Momo tersenyum. "Tentu saja."
Teman David yang berasal dari Jerman, seorang pria berambut pendek dan berkacamata, berbicara dengan bahasa Jerman. "Anda juga bisa bahasa Jerman?" tanyanya ragu.
Lin Momo langsung beralih ke bahasa Jerman. "Tentu. Jika Anda ingin bertanya sesuatu tentang pabrik ini, silakan."
Sekarang semua orang terdiam. Para pekerja pabrik, Wu Yuan, Xie Wen, dan bahkan Yan Zhi menatap Lin Momo seakan melihat keajaiban.
Yan Zhi dalam hati semakin terpesona. "Istriku ini luar biasa! Aku mendapatkan keberuntungan besar bisa menikah dengannya."
Teman David lainnya, seorang pria berambut hitam dengan mata sipit, berbicara dalam bahasa Prancis. "Apakah Anda juga mengerti bahasa saya?"
Lin Momo mengangguk sambil tersenyum. "Ya, saya juga bisa berbicara dalam bahasa Prancis."
David tertawa. "Luar biasa! Saya tidak menyangka ada seseorang di sini yang bisa berbicara dalam begitu banyak bahasa."
Wu Yuan dan Xie Wen tampak semakin malu. Xie Wen yang tadi berlagak sok pintar kini hanya bisa diam dengan wajah merah padam.
Wu Yuan mencoba menutupi rasa malunya dengan berkata, "Hanya kebetulan saja. Mungkin dia hanya menghafal beberapa kalimat."
Mendengar itu, Lin Momo menatap Wu Yuan dan berkata dalam bahasa Inggris dengan lancar, "Apakah Anda masih ingin menguji saya?"
Wu Yuan tidak mengerti apa yang dikatakan Lin Momo, tetapi beberapa pekerja pabrik tertawa keras karna Wu Yuan tak bisa membalas.
"Ayo, ayo! Kita lanjutkan pertemuan ini," kata Yan Zhi, menyelamatkan situasi.
"Momo, bisakah kau memandu mereka untuk melihat pabrik?" tanya Yan Zhi.
"Tentu," jawab Lin Momo dengan percaya diri.
Mereka semua mulai berjalan masuk ke dalam pabrik. Lin Momo menjelaskan setiap bagian dengan detail, bagaimana sepatu dibuat dari bahan mentah hingga menjadi produk akhir. Ia menerjemahkan kata-kata Yan Zhi dengan sempurna, membuat para tamu terkesan.
Saat mereka sampai di bagian produksi, David bertanya, "Apakah kalian juga memproduksi sepatu olahraga?"
Lin Momo menerjemahkan pertanyaan itu ke dalam bahasa Mandarin dan Yan Zhi menjawab, "Ya, kami juga memproduksi sepatu olahraga, tetapi saat ini fokus utama kami adalah sepatu kulit formal."
Lin Momo menerjemahkan kembali jawaban itu, dan David tampak puas.
Setelah melihat seluruh pabrik, mereka semua menuju ruang pertemuan untuk membahas kerja sama lebih lanjut.
David berbicara, "Kami sangat terkesan dengan pabrik ini. Kualitasnya bagus, dan proses produksinya juga efisien."
Lin Momo menerjemahkan kata-kata David, membuat semua orang di dalam ruangan tersenyum bangga.
David melanjutkan, "Kami ingin menjalin kerja sama dengan perusahaan ini. Kontrak kerja sama sudah kami siapkan, dan jika kalian setuju, kita bisa menandatanganinya sekarang."
Yan Zhi mengangguk penuh semangat. "Tentu saja! Ini adalah kesempatan yang luar biasa bagi kami."
Setelah melalui beberapa pembicaraan lebih lanjut dan pemeriksaan detail kontrak, akhirnya kedua belah pihak menandatangani perjanjian kerja sama. Semua orang di dalam ruangan bertepuk tangan, merayakan keberhasilan ini.
Setelah para tamu asing pergi, Yan Zhi menoleh ke Lin Momo dan menatapnya penuh kekaguman.
"Kau benar-benar luar biasa, Momo. Aku tidak tahu harus berkata apa lagi."
Lin Momo tersenyum nakal. "Nah, sekarang kau tahu betapa beruntungnya kau menikah denganku."
Yan Zhi tertawa. "Iya, aku benar-benar sangat beruntung."
Sementara itu, Wu Yuan hanya bisa diam dengan wajah masam, sadar bahwa ia telah dipermalukan oleh Lin Momo yang jauh lebih hebat dari yang ia kira.
Xie Wen berdiri di sudut ruangan dengan tatapan penuh iri. Ia mengepalkan tangan, merasa tak terima dengan penghinaan yang baru saja ia alami.
Lin Momo, wanita yang sebelumnya ia remehkan, ternyata begitu luar biasa. Ia fasih berbicara berbagai bahasa dan mampu menjelaskan seluk-beluk pabrik dengan sempurna, membuat para tamu asing terkesan.
Kenapa orang seperti dia bisa mendapatkan pujian? Kenapa semua orang memandangnya tinggi? pikir Xie Wen dengan wajah masam.
Tiba-tiba, matanya melirik rak sepatu para pekerja. Ia melihat sepasang sepatu milik Lin Momo di sana. Sebuah ide licik melintas di benaknya. Dengan cepat, ia merogoh sakunya dan mengeluarkan paku kayu kecil. Tanpa ragu, ia memasukkan paku itu ke dalam sepatu Lin Momo, memastikan ujung tajamnya mengarah ke atas.
Xie Wen menyeringai puas. Aku ingin melihat bagaimana kau tetap berlagak tenang setelah ini!
Setelah menyelesaikan semua selesai, Lin Momo mengajak Yan Zhi yang masih sibuk membereskan beberapa dokumen di meja untuk pulang.
"Yan Zhi, ayo pulang," ajak Lin Momo dengan senyum lembut.
"Hmm, sebentar. Aku hampir selesai," jawab Yan Zhi tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas di tangannya.
Lin Momo pun berjalan ke rak sepatu. Ia mengambil sepatu miliknya dan mulai memakainya. Namun, begitu ia memasukkan kakinya ke dalam sepatu, rasa sakit luar biasa langsung menusuk telapak kakinya.
"Akhh!!"
Teriakan Lin Momo menggema di dalam ruangan, membuat semua orang yang masih berada di dalam pabrik menoleh ke arahnya.
Yan Zhi yang mendengar suara istrinya langsung menoleh kaget. Tanpa berpikir panjang, ia melempar dokumen yang sedang dipegangnya dan berlari ke arah Lin Momo.
"Momo!! Apa yang terjadi?!" tanyanya panik.
Lin Momo terduduk di lantai dengan ekspresi menahan sakit. Wajahnya sedikit pucat, dan tangannya mencengkeram kakinya yang kini berdarah. Darah segar menetes ke lantai dari luka di telapak kakinya.
Yan Zhi membelalakkan mata, jantungnya berdegup kencang melihat pemandangan itu. Dengan cepat, ia berlutut di hadapan Lin Momo, matanya penuh kecemasan.
"Kakimu berdarah! Kenapa bisa begini?!" suaranya sedikit bergetar.
Lin Momo mencoba tersenyum meski menahan rasa sakit. "Aku... sepertinya menginjak sebuah paku."
Namun, Yan Zhi tak peduli dengan jawaban itu. Ia langsung mengangkat Lin Momo dalam gendongan bridal style tanpa memedulikan tatapan orang-orang di sekitarnya.
"Kita harus segera mengobati lukamu!"
Lin Momo kaget dengan tindakan suaminya, tetapi ia tidak menolak. Ia bisa merasakan betapa paniknya Yan Zhi.
"Yan Zhi... ini hanya luka kecil. Aku baik-baik saja," ujar Lin Momo pelan.
Yan Zhi menatapnya tajam. "Luka kecil? Kau berdarah begini dan masih bilang itu hanya luka kecil?!"
Saat itu juga, Zhou Qie, berlari mendekat setelah mendengar keributan.
"Ada apa?" tanyanya.
Yan Zhi menoleh dengan ekspresi marah. "Cari tahu siapa yang melakukan ini! Tidak mungkin ada paku di dalam sepatu Momo tanpa alasan!"
Zhou Qie langsung mengangguk. "Baik, Saya akan menyelidikinya!"
Yan Zhi segera membawa Lin Momo keluar dari pabrik. Para karyawan menatap mereka ada yang kagum ada yang iri ada pula yang sedih.
Tapi ada satu orang yang senang bercampur khawatir melihat pemandangan ini.
---
Terus support dengan :
✅ Klik tombol 'Like'
✅ Tinggalkan komentar kalian
✅ Support novel othor, klik tombol vote ya
✅ Bintang 5 untuk rating karya
Terima Kasih support nya, semoga kita semua sehat selalu. 🙏🏻
Jangan lupa baca novel othor lainnya, link ada dibawah ini.
mau ketemu menantu dan mertua teh drama aja 🤦🏼
akhirnya timbul kesalah pahaman kan kasian momo kena impeknya kecewa aja ma yang zie 😏laki g tegas
gassskeun...
lanjut..
tinggal siap2 menunggu ibu mertua datang aja mo..