DASAR MANDUL!
6 tahun sudah, Hanabi Lyxia harus mendengarkan kalimat tak menyenangkan itu dikarenakan ia belum bisa memberikan keturunan.
Kalimat sumbang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Meskipun begitu, Hana merasa beruntung karena ia memiliki suami yang selalu dapat menenangkan hatinya. Setia, lembut bertutur kata dan siap membela saat ia di bully mertuanya.
Namun, siapa sangka? Ombak besar tiba-tiba menerjang biduk rumah tangga nya. Membuat Hana harus melewati seluruh tekanan dengan air mata.
Hana berusaha bangkit untuk mengembalikan harga dirinya yang kerap dikatai mandul.
Dapatkah wanita itu membuktikan bahwa ia bukanlah seorang wanita mandul?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ATM28
"Saya Damar Satiyo, menerima tuduhan perselingkuhan dan perzinahan yang disebutkan, Pak Hakim. Namun, tidak dengan perkara kekerasan verbal dan juga pemerasan, semua itu tidak benar. Saya selaku tergugat, menolak mentah-mentah perceraian ini!" Suara Damar lantang dan penuh rasa percaya diri, demi memancing emosi sang istri.
Pria itu menolak gugatan cerai yang dilayangkan padanya.
"Jangan mempersulit jalan perceraian ini, Damar ...!" bentak Hana tak kalah lantang, emosinya meledak begitu saja.
"Turunkan nada suaramu, Hana! Aku masih suami mu! Istri macam apa yang berani meninggikan suaranya di depan orang lain?! Apa kamu gak lelah menjadi istri yang durhaka?!" Damar tersenyum puas saat berhasil memancing emosi sang istri.
"Durhaka kata mu? Tak puas mengkhianati aku, sekarang kau ingin memfitnah ku, Damar?" lirih Hana.
"Fitnah apa sih, Mbak? Mbak itu memang durhaka, bukan sama suami mu aja, Mbak. Bahkan sama ayah dan ibu mu!" Mayang mulai bercuit bagai burung di kursi belakang.
Hana memutar malas bola matanya, lalu menoleh ke belakang, menatap Mayang tajam.
"Ibu? Ibu tiri yang mendapatkan ayah ku dengan cara merebut suami dari sahabatnya? Ibu yang itu yang kau maksud, Mayang?" Hana tersenyum mengejek.
"Pak Hakim, semoga Bapak tidak kaget mendengar cara bicara putri saya. Putri saya tercinta ini memiliki jenis penyakit yang sedikit aneh. Dia acapkali berbohong setiap kali berbicara." Kemala menoleh pada Mayang. "Apa nama penyakit Mbak mu itu, Nak?"
"Mythomania, Mbak saya ini tidak bisa mengendalikan keinginannya untuk berbohong, Pak Hakim. Bahkan Mbak saya ini sudah tidak bisa membedakan mana khayalan dan mana fakta. Mbak Hana selalu mengatakan bahwa ibu saya merupakan ibu tiri yang sudah merebut ayah kami dari ibu kandungnya, padahal faktanya ibu saya merupakan ibu kandung Mbak Hana juga," jelas Mayang dengan mimik sedih.
"Itu benar, Pak Hakim. Sudah berapa kali saya selaku sang ayah ingin membawanya berobat ke psikiater. Namun, Hana selalu kabur, hingga akhirnya kondisi anak saya jadi separah ini," timpal Fatur.
Damar tersenyum puas melihat akting anggota keluarga Hana.
'Tak sia-sia aku membayar mahal keluarga mata duitan ini untuk mendukung ku. Cih, aku tidak akan pernah melepaskan mu Hanabi!' batin Damar.
Para Hakim saling beradu pandang, lalu menatap Damar.
"Apa itu benar, Pak Damar?" Tanya Pak Hakim dengan sorot mata menyelidik.
Yang di tanya, lekas menghela napas panjang, wajahnya dibuat sedih sedemikian rupa.
"Itu benar, Pak Hakim. Dan ... untuk perkara perselingkuhan dan perzinahan, ceritanya sedikit rumit. Sebenarnya, saya tidak berselingkuh dan berzinah, melainkan Ibu saya dan keluarga Hanabi menjodohkan saya dengan wanita bernama Tuti. Yang tak lain tak bukan, merupakan sepupu dari Hana sendiri. Saya dan Tuti menikah, beberapa minggu yang lalu. Saya pun sebenarnya berat hati untuk menikah lagi, tapi, saya juga butuh keturunan, Pak Hakim. Dan, Hana tidak bisa memberikan saya keturunan," ujar Damar.
"Apakah saat itu, Bu Hana menyetujui?" Pak Hakim menelisik dengan tatapan.
"Awalnya, Hana menyetujui, tapi, setelah beberapa minggu istri saya kembali berhalusinasi. Hana beranggapan saya berselingkuh dan berzinah, saya tak dapat menyanggah hal itu. Jika istri saya tercinta ini terluka serta terguncang akibat pernikahan itu, hingga menyebabkan dia kembali berhalusinasi dan menuduh saya yang tidak-tidak. Saya akan menerima semua tuduhan itu, saya ikhlas. Namun, untuk gugatan cerai? Mohon maaf, saya tidak akan menyetujui hal itu."
Hakim menghela napas panjang, lalu melepaskan kaca mata dan meletakkannya di atas meja. Pria bermata teduh itu menatap Hana yang sejak tadi mematung.
"Bagaimana saudari penggugat? Apakah ada yang ingin anda sampaikan?" tanya Hakim, pria itu kembali memakai kacamata nya.
"Silahkan untuk tergugat bersama antek-antek nya yang bicara lebih dahulu, Pak Hakim. Saya mohon izin untuk berbicara paling akhir," jawab Hana datar.
Hakim mengangguk, dan memanggil nama Jumiah sebagai saksi. Pria berambut putih itu menanyakan seputar perjodohan dan pernikahan kedua Damar.
"Pak Hakim, saya tidak akan menjodohkan Damar dengan wanita lain jika Hana bisa memberikan saya cucu. Sebagai menantu, sebenarnya Hana itu paket komplit, Pak Hakim. Dia cantik, rajin, pintar memasak dan juga cerdas. Namun, semua itu tidak ada gunanya jika dia mand-, maksud saya ... semua itu tidak ada gunanya jika dia tidak mampu memberikan keturunan untuk anak saya. Itulah sebabnya saya menjodohkan Damar dengan wanita lain, dan sekarang keinginan kami sudah terlaksana kan. Istri kedua Damar tengah mengandung cucu saya, Pak Hakim."
Sontak Hana tergelak mendengar penjelasan sang mertua.
'Mengandung cucu nya? Akh, benar-benar kalimat menggelikan.' batin Hana jijik.
"Hey Mandul! Kau mentertawakan aku? Hah?!" Jumiah tak terima Hanabi menertawai nya.
"Ibu!" tegur Damar saat sang Ibu kembali melakukan kekerasan verbal pada sang istri.
TOK!
TOK!
TOK!
"Harap tenang!" Hakim memberi peringatan dengan tiga ketukan palu, lalu menatap Hana.
"Bagaimana pihak penggugat, apakah sudah ada yang ingin anda sampaikan?" tanya sang Hakim.
Hana mengangguk, ditatapnya Damar dan Tuti dengan ekspresi datar. Sungguh ia jijik harus bertemu dua manusia yang sudah mengkhianati nya. Lekas Hana berdiri dan menghempas semua rasa sakit yang bercokol di dada.
"Saya Hanabi Lyxia, dengan ini menyatakan apa yang dikatakan oleh Damar beserta antek-antek nya adalah kebohongan belaka. Saya tidak sakit, saya bersedia untuk dibawa ke psikiater jika memang diperlukan untuk bukti persidangan saat ini ataupun yang akan datang. Dan saya juga dapat membuktikan bahwa perjodohan itu tidak pernah ada. Perkara yang saya adu-kan, semua benar adanya. Saya Hanabi Lyxia, menyatakan mampu membuktikan perselingkuhan suami saya, Damar Satiyo bersama sepupu saya Tuti Pantura. Bukti yang saya miliki sangat lengkap, juga disertai oleh para saksi yang akan menjunjung tinggi kejujuran, bukan saksi yang menjunjung tinggi NOMINAL BAYARAN."
*
*
*