Aqilla adalah satu satunya anak perempuan dari pasangan teguh dan Miranti. Tapi meskipun perempuan semata wayang tidak membuat ia menjadi anak kesayangan. Aqilla tidak terlalu pintar dibandingkan dengan Abang dan adikanya yang membuat ia di benci oleh sang ibu. selain itu ibunya juga memiliki trauma di masa lalu yang semakin membuat nya benci kepada Aqilla. akan kan suatu hari nanti Aqilla bisa meluluhkan hati sang ibu dan sembuh dari trauma nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Aqilla menggerakkan tubuhnya yang terasa remuk. matanya memicing karena cahaya lampu yang masih terang. Aqilla memegangi kepalanya yang masih sedikit sakit. Dia belum menyadari keadaan nya sekarang.
"Astaga..apa yang sudah terjadi. kenapa aku seperti ini," Aqilla panik ketika menyadari tubuhnya yang tak berbalut busana. Matanya melotot melihat keadaan kamarnya yang berantakan dengan bekas cairan orgasme di mana-mana.
"Aww....shhh. Sakit... gak...gak mungkin. Siapa yang udah tega ngelakuin ini ke aku. AKHHHHHH....!!!!" aqilla meraung.
"Gak mungkin. Kenapa hidup ku seperti ini. Apa kurang puas kalian melihat aku menderita. Dan sekarang dengan bejatnya tega merampas satu-satunya harta berharga aku. Bunuh aja aku sekalian....akkkhh..." Aqilla kembali berteriak histeris.
Air matanya mengalir dengan derasnya saat ia menyadari jika dirinya sudah di perkaos oleh seseorang. Dia merasakan perih dan sakit yang amat luar biasa di area sensitifnya.
"Tuhan...bahkan untuk menjaga kehormatan ku saja aku tidak bisa. Siapa pelakunya....apa salahku tuhan.." suara Aqilla bergetar hebat.
ia menarik selimutnya dan menutupi seluruh tubuhnya. Tangannya meremas kuat rambutnya yang sudah acak-acakan. Mata Aqilla sudah sembab, dia merasa hancur berantakan.
Aqilla menghentikan tangisannya. Dia termenung sebentar berusaha mengingat apa yang sudah terjadi. Namun nihil, semakin ia paksa kepalanya makin terasa ingin meledak.
"Pa, ma...aku gak bisa jaga diri aku sendiri. Aku mau ikut papa aja...gak ada gunanya lagi aku di dunia pa..." Isak Aqilla.
Aqilla kembali terdiam. Saat ini pikiran nya sudah hancur berantakan. Dia menarik laci nakas dan mencari pisau silet yang ia simpan di sana.
Tangannya gemetar memegang pisau, ia arahkan pisau itu tepat di urat nadinya. Aqilla ingin menyudahi hidup nya, mau mengadu pada Miranti pun rasanya percuma. Dia sudah lelah, di tambah lagi dengan kehormatan nya yang sudah di renggut paksa entah oleh siapa.
"jangan sayang. Kamu harus kuat.. jangan mati sia-sia. Kamu sudah janji sama papa kalau kamu akan selalu ada di samping mama"
Aqilla langsung tersadar. matanya bergerak kesana-kemari mencari asal suara itu. itu seperti suara Teguh. Terdengar jelas di telinganya.
"PAPA!!! PA...aku mau ikut papa aja...aku gak kuat. aku mau mati aja pah. Udah gak ada gunanya aku hidup. Bahkan jika saat ini aku mengadu sama mama. Aku yakin seratus persen dia gak percaya sama aku pah," monolog Aqilla. Cairan bening itu tak henti-henti mengalir dari sudut matanya.
Aqilla melemparkan pisau yang dipegangnya tadi. Dia menjambak rambut nya sendiri dengan kasar. Memukuli seluruh tubuhnya. Aqilla merasa hina, dia sudah kotor. tubuhnya sudah di nodai oleh lelaki yang entah dari mana bisa masuk ke kamarnya.
"Akhhh...gila kamu Aqilla. Bodoh, dasar perempuan bodoh. Bagaimana bisa kamu gak inget sedikitpun wajah lelaki itu. Perempuan bodoh kamu Aqilla...menjaga kehormatan saja kamu tidak bisa," umpatnya pada diri sendiri.
Aqilla berjalan gontai ke kamar mandi. Mengutip pakaian yang atasannya sudah di robek Adnan. Aqilla mengunci rapat pintu kamar dan toilet nya. Takut jika lelaki itu kembali ke kamarnya.
Mengguyur tubuhnya di bawah dinginnya air shower. Aqilla meringkuk memeluk tubuhnya. Air matanya berderai bersamaan dengan guyuran shower yang membasahi tubuhnya. Dia menggosok seluruh badannya dengan kasar hingga lecet dan kemerahan.
Sekuat apa pun dia membersihkan dirinya. itu tidak akan dapat merubah takdirnya yang sudah tidak perawan lagi.
Tak sampai di situ dia beralih ke bathtub. Menenggelamkan tubuhnya ke dalam bathtub besar yang terisi penuh.
Aqilla putus asa, tak ada gunanya lagi dia hidup. Sesuatu yang seharusnya dia jaga,kini sudah hilang. Dan itu karena kebodohannya sendiri yang tak hati-hati.
Semakin lama,tubuh Aqilla hampir hilang di balik air yang dingin itu. Matanya terpejam menikmati Kematian yang mungkin akan menjemput nya. Nafas Aqilla mulai tak stabil.
Tubuh Aqilla terlonjak,muncul kembali ke permukaan. Dia menyandarkan kepalanya di tepi bathtub. Sesekali terbatuk karena air yang sudah masuk ke alat pernapasan nya.
Tidak. Dia tidak boleh mati dalam keadaan konyol seperti ini. Dia belum merasakan kasih sayang Miranti. Dia juga belum membuat Miranti dan ayahnya bersatu kembali.Dia juga belum membahagiakan Miranti. Masih banyak yang harus di lakukan nya di dunia sebelum dia benar-benar pergi selamanya.
Aqilla mengeringkan tubuhnya dan keluar toilet dengan mengenakan handuk kimononya. Berjalan gontai menuju lemari dan mulai mengganti handuknya dengan baju tidur panjang.
"Ma,pa, maaf aku udah buat kalian menyesal punya anak kayak aku. Aku ingin pergi, tapi aku juga butuh kasih sayang kalian. Maaf, jika aku belum membanggakan dan sekarang aku sudah menambah beban kalian,"lirih Aqilla.
Aqilla menarik sprei dan selimut yang telah kotor terkena cairan bekas penyatuan dirinya dan Adnan tadi. matanya yang sembab kembali basah. bulir bening itu kian deras membasahi pipinya.
Aqilla terisak. Dengan sekuat tenaga dia berusaha mengingat secuil kejadian yang menimpa nya. Tapi tetap tidak bisa.
"Akkhhh..." Aqilla kembali meraung. Melempar semua benda yang ada di dekat nya.
Kamarnya sudah berserakan seperti kapal pecah. serpihan kaca dan buku-buku berserakan di lantai. Aqilla terduduk memeluk tubuh nya sendiri. Isakan kecil kembali keluar dari mulutnya.
Setelah di rasa tenang Aqilla kembali ke meja belajar nya yang berada di dekat jendela.Dia menatap bintang yang kini meredup. Langit yang gelap dan hawa dingin yang menusuk kulit. Menjadi saksi bisu, hancurnya Aqilla saat ini Aqilla berjalan tertatih menuju kasurnya. Rasa perih yang menjalar di area sensitifnya itu masih sangat terasa.
Dengan perlahan dia merebahkan tubuhnya. Mulai menyelami alam mimpi yang membuat lupa akan masalah nya.
"Aqilla sayang, jangan pernah menyerah buat mama kamu berubah yaa. Papa yakin, suatu saat pasti mama kamu akan sangat menyayangimu. yang menimpamu sekarang adalah cobaan dari tuhan. Itu artinya kamu kuat dan bisa menghadapi semuanya dengan bijak. Orang yang ngelakuin itu ke kamu adalah orang terdekat kamu sendiri. Dan dia akan mendapatkan balasan nya nanti.,"
"papa yakin seratus persen,kamu akan menjadi orang sukses di masa depan. Berhenti nyalahin diri kamu sendiri. Kamu hebat nak, bisa bertahan sejauh ini. Jangan lupa untuk melibatkan tuhan juga ya. Papa sayang kamu selamanya,"
Deq.
Aqilla tersentak dari tidur nya. Ia mengucek mata dan melirik jam weker yang terletak di atas nakas. Waktu baru menunjukkan pukul tiga pagi.
Nafas Aqilla terengah. Belum sepenuhnya percaya dengan mimpinya itu. Teguh,papa tirinya itu hadir di mimpinya. Selama ini dia belum pernah memimpikan sosok pria hebat itu.
Dan kini tanpa di minta teguh datang menasihati nya. semuanya seolah nyata. Aqilla mengambil pigura foto yang terisi gambar Teguh. Memeluknya erat dengan mata yang berkaca-kaca.
"Makasih pah udah dateng ke mimpi aku. Aku akan ingat pesan papa. Aku sayang sama papa. makasih udah terima aku jadi anak papa," lirih Aqilla sambil terisak.
"Tapi aku gak janji pa. Aku gak tau apa aku bisa menjalani hari-hari ku seperti biasanya. Aku masih bisa terima perlakuan kasar mama. Tapi masa depan ku sudah di renggut pa. Hidup ku sudah hancur,"
" kenapa semesta senang sekali menyaksikan kesengsaraan ku pah. Bahkan aku sendiri jijik dengan tubuh ku sekarang. Aku ternodai pah, aku kotor." Aqilla terisak memeluk pigura foto almarhum Teguh.
Dirinya turun dari atas kasur. Memilih untuk duduk di lantai yang dingin. Aqilla menekuk lututnya sampai dada, sambil memegang pigura foto. Dia menyandarkan kepala nya di pinggiran kasur. Matanya terpejam, menikmati rasa sakit di tubuh nya.
Berbagai prasangka buruk terlintas di benak Aqilla. Bagaimana jika ia hamil, karena banyak sekali cairan kental itu masuk ke aren sensitif nya. Siapa ayah dari anak itu nanti. Apa anak itu akan bernasib sama dengan dirinya kelak.
penulis nya siapa
editor nya siapa
jumlah halaman nya berapa
tokoh utama nya apa
tempat tinggal nya dimana
memiliki keinginan apa
menghadapi kendala apa.