seorang CEO cantik, seksi, dan galak, yang terjebak dalam dinamika dunia kerja dan cinta. Dia harus menghadapi tantangan dari mantan suaminya, mantan pacar Tanier, dan berbagai karakter wanita seksi lainnya yang muncul dalam hidupnya. Tanier, karyawan Lieka yang tampan, sabar, dan kocak, berjuang untuk memenangkan hati Lieka dan membantu perusahaan mereka bertahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanier alfaruq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8: Ketegangan Meningkat
Keesokan harinya, suasana di kantor semakin menegangkan. Lieka merasa seolah-olah Maya semakin mendekat, berusaha untuk menggoyahkan hubungannya dengan Tanier. Setiap kali mereka bertemu, Maya selalu menemukan cara untuk memanfaatkan kesempatan, menciptakan situasi di mana Tanier seolah-olah bergantung padanya.
Lieka berusaha keras untuk tetap fokus pada pekerjaannya, tetapi bayangan Maya yang terus-menerus berusaha menarik perhatian Tanier selalu menghantuinya. Hari itu, mereka menghadapi presentasi penting di hadapan dewan direksi, dan semua orang di kantor merasa cemas.
Saat mereka berada di ruang rapat, Maya berdiri di samping Tanier, bersikap manis dan ceria. "Tan, kau pasti siap untuk presentasi ini, kan? Kita sudah bekerja keras untuk ini," ujarnya dengan senyum menawan.
Lieka menatap keduanya dengan tatapan tajam. "Kita semua siap. Tanier telah melakukan pekerjaan luar biasa dalam menyiapkan materi ini," ucap Lieka, berusaha mengalihkan perhatian dari Maya.
Di tengah presentasi, Maya mengambil kesempatan untuk menunjukkan beberapa slide dengan gaya flamboyan, berusaha mencuri perhatian Tanier dan dewan direksi. Lieka merasa seolah-olah semua kerja kerasnya terancam oleh sikap Maya yang manipulatif.
Setelah presentasi selesai dan mendapatkan pujian, Tanier dan Lieka berjalan keluar dari ruang rapat. "Bagaimana menurutmu, Tan? Apakah kita berhasil?" tanya Lieka, berusaha mencari kepastian.
“Ya, kita berhasil! Presentasi kita mendapat respons positif,” jawab Tanier dengan senyum lebar. Namun, ketika mereka berdua berjalan kembali ke kantor, Maya mengejar mereka.
“Hey, selamat atas presentasinya! Kalian berdua luar biasa,” kata Maya, suara manisnya membuat Lieka merasa tidak nyaman.
“Terima kasih, Maya,” jawab Tanier, tetapi matanya tidak dapat menahan rasa ragu. Lieka dapat merasakan ketidakpastian Tanier, dan hatinya bergetar.
Setelah beberapa jam yang menegangkan, Tanier dan Lieka memutuskan untuk istirahat sejenak di taman kecil di belakang gedung kantor. Mereka duduk di bangku, dan Lieka mencoba menyingkirkan semua pikiran negatifnya.
“Tan, kita perlu bicara,” ungkap Lieka dengan serius. “Aku merasa Maya semakin berusaha untuk mengganggu kita. Dia tidak hanya mencoba mendapatkan perhatianmu, tetapi juga berusaha untuk merusak reputasiku.”
Tanier terlihat berpikir sejenak. “Aku tahu. Tapi aku tidak ingin kau merasa tidak nyaman. Aku akan membicarakan ini dengan atasan kita. Kita perlu membatasi interaksi dengan Maya.”
Lieka mengangguk, merasa sedikit lega. “Aku hanya ingin kita bisa fokus pada hubungan kita tanpa ada gangguan.”
Namun, saat mereka berdiskusi, Maya muncul lagi, kali ini dengan senyuman penuh tantangan. “Tan, kau sedang merencanakan sesuatu yang menarik, ya?” tanyanya, seolah tahu bahwa mereka sedang berbicara tentangnya.
“Tidak ada yang perlu kau khawatirkan, Maya,” jawab Tanier tegas. “Kami hanya berbicara tentang proyek yang sedang kami kerjakan.”
Maya tertawa sinis, “Oh, aku tahu bahwa aku akan selalu menjadi bagian dari proyek ini. Jangan khawatir, Tan. Aku akan membantumu setiap langkah.”
Lieka bisa merasakan ketegangan di udara. Dia menatap Tanier, dan dia tahu bahwa dia harus berjuang untuk hubungannya. “Maya, aku rasa kita semua harus bersikap profesional. Kita di sini untuk bekerja, bukan untuk bermain-main,” ungkap Lieka dengan nada tegas.
Maya tersenyum, tetapi di balik senyumnya, ada keangkuhan. “Tentu saja, Lieka. Tetapi jika ada yang membutuhkan bantuan, aku akan selalu siap. Kita adalah tim, kan?”
Lieka merasa marah dan terjebak dalam situasi ini. “Tim seharusnya saling mendukung, bukan saling menjatuhkan,” jawabnya dengan nada yang sedikit lebih keras.
Setelah Maya pergi, Tanier menatap Lieka dengan penuh perhatian. “Aku tidak ingin kau merasa tertekan. Kita akan mencari solusi untuk ini, aku janji.”
Lieka merasa tersentuh dengan perhatian Tanier, tetapi rasa cemburunya tetap ada. Dia tahu bahwa dia harus lebih berani untuk menghadapi tantangan ini.
Malam harinya, saat mereka pergi ke rumah Tanier untuk menyiapkan presentasi lain, suasana berubah lebih intim. Mereka duduk berdua di sofa, dan Tanier menatap Lieka. “Kau tahu, aku mencintaimu, Lieka. Tidak ada yang bisa mengubah itu,” katanya dengan tulus.
Lieka tersenyum, tetapi saat pikirannya kembali pada Maya, senyumnya memudar. “Aku tahu, Tan. Tapi aku hanya takut kehilanganmu.”
Tanier menggenggam tangan Lieka. “Kita harus menghadapi semua ini bersama. Kita bisa mengatasi apa pun jika kita bersatu.”
Setelah percakapan yang penuh emosi di rumah Tanier, Lieka merasa sedikit lebih tenang. Namun, dia tahu bahwa tantangan yang dihadapi masih jauh dari selesai. Maya tampaknya semakin agresif, dan kehadirannya di kantor semakin menambah tekanan bagi hubungan mereka.
Keesokan harinya, Lieka memutuskan untuk menghadiri rapat strategis di mana mereka akan mendiskusikan proyek baru yang sangat penting bagi perusahaan. Dia bertekad untuk menunjukkan kepada semua orang bahwa dia adalah pemimpin yang mampu, meskipun ada ancaman yang mengintai dari masa lalu dan dari Maya.
Selama rapat, Tanier duduk di samping Lieka, memberikan dukungan moral yang sangat dibutuhkan. Dia melihat bagaimana Maya berusaha menarik perhatian semua orang dengan pandangannya yang glamor dan komentar cerdas. “Saya rasa kita perlu mempertimbangkan beberapa inovasi baru untuk menarik lebih banyak klien,” kata Maya, memanfaatkan setiap kesempatan untuk bersinar di depan dewan.
Lieka menahan napasnya. Dia tahu bahwa Maya berusaha menyingkirkan semua orang, termasuk dirinya. Setelah beberapa saat, Lieka mengangkat tangan, bersiap untuk berbicara. “Saya setuju dengan ide inovasi, tetapi kita juga perlu memperhatikan kebutuhan klien yang sudah ada. Kesetiaan mereka adalah kunci kesuksesan jangka panjang kita,” ungkap Lieka dengan percaya diri.
Dewan mendengarkan dengan seksama. Mereka mulai mengangguk, menunjukkan dukungan untuk pendapat Lieka. Maya terlihat sedikit kesal tetapi segera mengubah ekspresi wajahnya menjadi senyuman. “Tentu saja, kita tidak bisa melupakan klien lama kita. Tetapi bagaimana jika kita menciptakan sesuatu yang baru untuk menarik perhatian mereka?”
Rapat berlanjut dengan ketegangan yang semakin meningkat, dan Tanier bisa merasakan gelombang emosi antara Lieka dan Maya. Setelah rapat selesai, Lieka mengambil napas dalam-dalam, merasa lelah namun puas. “Kita berhasil,” kata Tanier, memberinya semangat.
“Tapi Maya akan terus berusaha menjatuhkan kita,” jawab Lieka. Dia menyadari bahwa meskipun mereka berhasil di rapat, tantangan dari Maya masih akan ada.
Setelah seharian bekerja keras, Tanier mengundang Lieka untuk makan malam di sebuah restoran kecil yang tenang. “Ayo kita bersantai sebentar. Kita sudah bekerja keras dan pantas mendapatkan waktu untuk diri sendiri,” kata Tanier sambil tersenyum.
Mereka duduk di sebuah meja di sudut restoran, di mana suasananya romantis dan intim. Lieka merasa lega bisa berada jauh dari tekanan kantor, tetapi pikirannya terus kembali pada Maya.
“Tan, apakah kamu pernah merasa tertekan dengan semua ini? Dengan Maya, dan semua tekanan di kantor?” tanya Lieka, mencoba membagikan kekhawatirannya.
“Kadang-kadang, tetapi aku percaya kita bisa mengatasinya. Kita adalah tim, dan aku tidak akan membiarkan siapa pun merusak hubungan kita,” jawab Tanier dengan tulus.
Selama makan malam, mereka berbagi tawa dan kenangan indah. Tanier membuat Lieka merasa dicintai dan dihargai, yang sedikit meredakan ketegangan yang ada. Namun, saat mereka kembali ke mobil, Lieka melihat sosok Maya berdiri di luar gedung, berbicara dengan seseorang.
“Tan, lihat! Itu Maya,” ungkap Lieka dengan nada cemas. Tanier mengikuti arah tatapannya dan mengernyitkan dahi.
“Maya lagi? Kenapa dia di sini?” jawab Tanier, merasa khawatir. Dia tidak ingin menghadapi Maya malam ini.
Maya melihat ke arah mereka dan segera menghampiri. “Oh, beruntung sekali bertemu kalian di sini! Tan, aku perlu berbicara denganmu tentang proyek baru kita,” katanya, menatap Tanier dengan senyuman yang terlalu manis.
Lieka merasakan kemarahan menjalar di tubuhnya. Dia tidak ingin Tanier terjebak dalam permainan Maya. “Tan, mari kita pergi. Kita sudah makan malam, dan sepertinya dia hanya mencari perhatian,” ungkap Lieka dengan ketidakpuasan.
“Lieka, tunggu…” Tanier mulai berbicara, tetapi Maya menginterupsi. “Oh, come on! Kita hanya perlu mendiskusikan beberapa hal penting. Kenapa kau begitu cemburu, Lieka? Ini hanya bisnis,” ujarnya dengan nada menantang.
Lieka merasakan darahnya mendidih. “Ini bukan hanya bisnis, Maya. Ini tentang hubungan kita,” balas Lieka dengan tegas.
“Mengapa kau harus bersikap seperti itu? Kita semua di sini untuk bekerja sama,” jawab Maya, senyum tidak pernah pudar dari wajahnya.
Lieka merasa terjebak dalam situasi yang tidak adil. Dia berbalik kepada Tanier. “Tan, kita tidak perlu ini. Mari kita pergi saja,” desaknya.
Setelah beberapa detik tegang, Tanier akhirnya mengangguk. “Baiklah, kita akan pergi,” ujarnya dengan suara mantap. Dia menarik tangan Lieka, dan mereka meninggalkan Maya yang tampak kecewa dan marah di belakang.
Setelah kembali ke apartemen Tanier, keduanya duduk di sofa dalam keheningan. “Aku tidak suka bagaimana Maya memperlakukanmu,” ucap Tanier, memecah keheningan.
“Aku tidak suka juga. Aku merasa dia berusaha memisahkan kita,” jawab Lieka, menghela napas. “Tetapi aku juga merasa aku harus berjuang lebih keras untuk hubungan kita.”
Tanier menatapnya dengan penuh perhatian. “Kita akan menghadapi semua ini bersama, Lieka. Aku tidak akan membiarkan siapapun merusak apa yang kita miliki,” katanya, menaruh tangan di pipi Lieka, menatap matanya.
Mereka saling mendekat, dan Tanier memberikan ciuman lembut pada Lieka. Saat bibir mereka bersentuhan, ketegangan yang mengganggu seakan menghilang. Ciuman mereka semakin dalam, mengisi ruang di antara mereka dengan gairah yang terpendam.
Lieka merasakan semua keraguan dan ketegangan dari hari-hari sebelumnya lenyap saat mereka terjebak dalam momen intim itu. Tanier menariknya lebih dekat, membiarkan semua masalah sejenak terlupakan.