Kisah cinta si kembar Winda dan Windi. Mereka sempat mengidamkan pria yang sama. Namun ternyata orang yang mereka idamkan lebih memilih Windi.
Mengetahui Kakanya juga menyukai orang yang sama dengannya, Windi pun mengalah. Ia tidak mau menerima lelaki tersebut karena tidak ingin menyakiti hati kakaknya. Pada akhirnya Winda dan Windi pun tidak berjodoh dengan pria tersebut.
Suatu saat mereka bertemu dengan jodoh masing-masing. Windi menemukan jodohnya terlebih dahulu dibandingkan Kakaknya. Kemudian Winda berjodoh dengan seorang duda yang sempat ia tolak lamarannya.
Pada akhirnya keduanya menjalani kehidupan yang bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sah
Javier sudah membuka pintu kamarnya.
"Kak, tunggu dulu!"
"Apa lagi?"
"Cepat sekali kamu berpaling dariku. Jangan menyakiti wanita lain hanya karena kamu ingin melampiaskan kekecewaanmu padaku."
Javier menyunggingkan senyum.
"Kamu salah besar! Aku minta maaf, jujur selama kita bertunangan aku sama sekali tidak ada rasa sama kamu. Aku berharap rasa itu akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Tapi ternyata sikapmu justru membuatku semakin muak. Dan aku bersyukur kamulah yang menyerah. Jadi dengarkan aku! Aku cinta sama calon istriku. Dan pernikahan ini bukan pelampiasan tapi atas dasar cinta dan untuk menyempurnakan ibadah."
Brak..
Javier pun menutup pintu kamarnya. Ia puas karena sudah meluapkan isi hatinya. Sedangkan Kirana tanpa terasa ia meneteskan air mata.Ia kesal dan marah karena tidak berhasil merayu Javier.
Ummah yang dari tadi memperhatikan mereka dari kejauhan merasa lega karena tidak ada sesuatu yang terjadi di antara mereka. Ia masuk ke kamar mandi untuk shalat Isyak kemudian lanjut istirahat.
Sedangkan Kirana, dengan penyesalan yang mendalam, Kirana kembali ke kamar.
"Ya Allah, beruntung Javier cepat masuk. Ternyata selama ini aku memang sudah salah menilai Kirana. Untung saja Javier tidak berjodoh dengannya." Batin Ummah.
Setelah memastikan Kirana pergi dari depan kamar Javier, Ummah pun kembali ke kamarnya.
"Kok lama, Ummah?"
"Eh iya, maaf bah. Tadi kebelet pipis jadi pipis dulu di bawah." Bohongnya.
Kirana masuk ke kamar. Ia meratapi nasibnya. Bukan tanpa alasan ia kembali mengejar Javier, pasalnya empat hari ini Rocky tidak dapat dihubungi. Ternyata ia pergi ke luar negeri karena diasingkan oleh orang tuanya.Kini ia hanya bisa meratapi nasibnya.
Keesokan harinya.
Javier sudah bersiap-siap dengan pakaiannya. Ia nampak gagah dan tampan. Aura pengantin benar-benar melekat pada dirinya saat ini. Semua keluarga juga sudah bersiap dengan seragam dan make-up natural mereka. Kirana tercengang melihat penampilan Javier yang begitu bersahaja.
"Harapanmu sudah tidak ada lagi, Kirana." Batinnya.
"MasyaAllah, calon pengantin sudah siap. Gagah bener." Ujar Bulek Rahma, adiknya Ummah.
"Iya dong, Bulek."
Mereka sudah siap untuk berangkat. Meski hatinya sedang kecewa, Kirana tetap memutuskan untuk ikut ke acara akad.
Javier masuk ke dalam mobil pengantin yang sudah dihias dengan bucket bungan dan pita. Tomi yang menjadi sopirnya. Javier berdo'a agar perjalanannya ke rumah sang calon istri lancar tanpa halangan.
Di kediaman Windi.
Semua keluarga sudah siap dengan seragamnya. Mereka sedang menunggu kedatangan rombongan pengantin pria. Windi sedang berada di kamarnya. Setelah dimake-up cantik, tangannya dipakaikan henna putih dengan motif yang yang cantik. Winda dan sepupu kembarnya yaitu Nanda dan Nindi mendampinginya di dalam kamar.
Tidak lama kemudian, rombongan calon mempelai pria sampai di. Javier turun dari mobil lalu berjalan didampingi kedua orang tuanya diikuti oleh keluarga dan pengiring dengan membawa seserahan pernikahan. Keluarga Windi menyambut kedatangan mereka dengan suka hati. Kirana terperangah melihat megahnya rumah Windi. Bahkan lebih megah dari rumah Javier. Lagi-lagi ia berasumsi negatif.
"Pantas saja kamu langsung jatuh cinta, karena dia juga sangat kaya dan mungkin dia tidak akan menghabiskan uangmu." Batinnya.
Tidak butuh waktu lama, acara pun segera dimulai. Singkat kata saat ini Javier sedang duduk di kursi menghadap penghulu dan Abi Tristan. Ia didampingi Babah. Kakak Iparnya yang akan menjadi saksi dari pihak Javier. Ada juga Zaki dari pihak keluarga Windi yang akan menjadi saksi.
Kini sudah tiba saatnya Javier menjabat tangan Abi Tristan.
"Saudara Muhammad Javier Dardiri bin Ahmed Dardiri. saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak kandung saya yang bernama Windi Khamisa Fadilah binti Tristan Abdillah dengan mas kawin seratus lima puluh juta rupiah dan sebuah rumah dengan isinya."
"Saya Terima nikah dan Kawinnya Windi Khamisa Fadilah binti Tristan Abdillah dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
"Sah... "
"Sah... "
"Alhamdulillah.... "
Windi meneteskan air mata saat mendengar suara, Javier dengan lantang mengucapkan ijab qabul dengan sekali ucapan.
"Selamat dek, kamu sudah jadi istri." Ujar Winda seraya memeluk kembarannya.
"Mbak, maafkan aku."
"Lha, kok malah minta maaf. Hei, jangan nangis. Ini hari bahagiamu."
"Iya, mbak. Senyum dong." Sahut Nanda.
"Iya, nanti dikira nikah paksa lho kalau nangis." Sahut Nindi.
Windi menyeka air matanya dengan tisu.
"Windi, ayo keluar. Suamimu sudah menunggu." Panggil Tante Ayuni.
"Iya Tante."
Winda pun menuntun Windi keluar dari kamar. Sampai di luar, Tante Ayuni yang mendampinginya.
Dengan senyum manisnya Windi berjalan dengan anggun menuju tempat akad. Javier berdiri dengan sumringah melihat bidadari nya berjalan menuju ke tempatnya.
"Masyaallah, cantik sekali istriku. Semoga akhlakmu secantik parasmu." Pujinya dalam hati.
"Windi ayo cium tangan suamimu, kalian sudah menjadi suami istri. "Ujar Abi Tristan.
Windi pun melakukannya. Javier dengan senang hati mengulurkan tangannya. Rupanya tangan mereka sama-sama dingin. Javier pun membaca do'a kemudian meniupkannya di puncak kepala istrinya. Javier menyerahkan maharnya. Fotografer tak ketinggalan mengambil moment mereka. Setelah itu kedua pengantin duduk di pelaminan minimalis yang sudah disiapkan.
Dari kejauhan Winda menahan tangisnya. Ia bukan sedih karena Windi lebih dulu menikah, akan tetapi ia terharu melihat moment tersebut. Ia berharap suatu saat nanti, ia juga akan menemukan pasangan yang mencintainya dengan tulus.
Sedangkan Kirana hanya bisa gigit jari melihat kebahagiaan mereka.
"Ingat, kamu yang mengakhiri. Jadi jangan salahkan jika sekarang Javier jauh lebih beruntung." Ujar Ibu Kirana.
Kirana tidak menjawab, ia menunduk lesu. Rasanya ia ingin pulang sebelum acara itu berakhir.
Tiba saatnya ramah tamah. Keluarga Abi Tristan sudah menyiapkan prasmanan untuk para tamu. Saat mereka tengah sibuk antri mengambil makanan, kedua pengantin membuka obrolan.
Dengan berhati-hati Javier memegang tangan istrinya lalu menciumnya.
Ada getaran yang semakin bergemuruh. Perasaan bahagia menyelimuti mereka berdua.
"Terima kasih sudah mau menjadi pendampingku." Ujar Javier dengan penuh rasa cinta.
Windi tidak bisa berkata-kata. Kini ia yakin bahwa Javier memang mencintainya. Ia sangat beruntung dicintai oleh seorang Javier.
Setelah selesai makan, keluarga mereka dan para tamu tidak melewatkan moment untuk berfoto bersama pengantin baru. Javier tidak canggung lagi untuk menggandeng tangan Windi. Keponakan Windi berebut ingin foto bersama, pengantin. Terutama Rayyan yang super heboh.
Beberapa pengiring dan tamu undangan sudah meninggalkan tempat acara. Termasuk Kirana dan keluarganya.
Javier berbisik kepada Kanzha.
"Kak, bolehkah aku menetap dulu di sini?"
"Eh eh... jangan ya dek ya, jangan! Bahaya!"
"Ada apa Kanzha?" Tanya Ummah.
"Ummah, masa' Jav... "
Javier segera menutup mulut Kanzha.
"Nggak apa-apa kok, Ummah. Tadi aku hanya tanya Rani. Iya, mana Rani?"
"Sama Omanya." Sahut Kanzha.
"Ya sudah, ayo Javier kita pulang dulu."
Dengan berat hati Javier berpamitan kepada istrinya. Mereka berpisah sementara dan akan bertemu lagi nanti malam di acara resepsi.
Bersambung....
...****************...
semangat menulis dan sukses selalu dengan novel terbaru nya.
apa lagi ini yang udah 4tahun menduda. 😉😉😉😉😉😉