NovelToon NovelToon
Kala Cinta Menggoda

Kala Cinta Menggoda

Status: tamat
Genre:Komedi / Tamat / Cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:11.7M
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

Putri Kirana

Terbiasa hidup dalam kesederhanaan dan menjadi tulang punggung keluarga, membuatnya menjadi sosok gadis yang mandiri dan dewasa. Tak ada waktu untuk cinta. Ia harus fokus membantu ibu. Ada tiga adiknya yang masih sekolah dan butuh perhatiannya.

"Put, aku gak bisa menunggumu tanpa kepastian." Satu persatu pria yang menyukainya menyerah karena Puput tidak jua membuka hati. Hingga hadirnya sosok pria yang perlahan merubah hari dan suasana hati. Kesal, benci, sebal, dan entah rasa apa lagi yang hinggap.

Rama Adyatama

Ia gamang untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan mengingat sikap tunangannya yang manja dan childish. Sangat jauh dari kriteria calon istri yang didambakannya. Menjadi mantap untuk mengakhiri hubungan usai bertemu gadis cuek yang membuat hati dan pikirannya terpaut. Dan ia akan berjuang untuk menyentuh hati gadis itu.

Kala Cinta Menggoda

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Mingkem, Teh!

Puput berkacak pinggang di depan kaca. Menatap pantulan wajahnya yang masam dan cemberut. Ketiga adiknya benar-benar rese terus-terusan menggodanya. Ami yang keukeuh mengira Rama adalah pacarnya hanya karena bawa banyak oleh-oleh. Zaky yang sengaja main gitar duet dengan Aul bernyanyi lagu Cinta Luar Biasa - miliknya Andmesh Kamaleng. Sengaja memainkannya di depan pintu kamar. Kan membuat hatinya kesal ingin membekap semua mulut adiknya itu dengan lakban. Huft.

Ibu menatap kedatangan Puput yang mengenakan piyama bergambar Minion. Bergabung dudul di ruang makan. Meja makan yang penuh dengan buah tangan dari Rama dan Cia. Sampai-sampai tadi makan bersama harus pindah lesehan di karpet.

"Teh, ini bolu sebagian kasih tetangga ya, kan banyak." Ibu meminta pendapat.

"Boleh. Terserah Ibu aja---" Puput membawa satu buah naga ke dapur untuk dipotong-potong. Kembali lagi dengan membawa mangkok berisi potongan buah tersebut. Salah saru buah dari sang tamu.

"Ibu ngobrol apa saja sama Pak Rama?" Puput menoleh dulu ke kiri dan ke kanan. Memastikan tidak ada adiknya yang mendengar. Bisa-bisa di cie-ciein lagi nantinya.

"Rama bilang baru tahu jika Teteh rekan kerjanya di RPA." Ibu tetap fokus memotong-motong bolu gulung. Beralih memotong bolu pisang yang harum legit.

"Hah?? Dia bilang apa? Rekan kerja?" Puput jelas terkejut dengan mulut menganga. Potongan buah naga yang sudah ditusuk dengan garpu, urung dimasukkan ke mulut.

Ibu mendesah. Menghentikan sejenak dari kegiatannya. "Teh, yang anggun dong jadi perempuan. Jangan tiap kaget mulut calangap (menganga) gitu---" ujarnya sambil geleng-geleng kepala.

Membuat Puput spontan mengatupkan mulutnya.

"Cantik-cantik kok-----"

"Ah udah Ibu, jangan dilanjutin!" Puput memotong ucapan sang ibu. Sudah hafal dengan terusannya.

"Cantik-cantik kok tidur suka ileran, kalo kaget suka mangap. Hi hi hi----" Tahu-tahu si bungsu Ami datang dan melanjutkan ucapan Ibu. Buru-buru bersembunyi di belakang Ibu melihat kakaknya memelototkan mata sambil mengangkat garpu.

"Ami sana dulu sama Teh Aul. Teteh mau ngobrol sama Ibu!" Puput mengusir Ami. Tidak mau percakapan soal Rama dikuping adiknya itu.

"Iya-iya--- Aku cuma mau ngambil donat kok!." Ami berlalu setelah mencomot satu donat madu yang selalu di claim sebagai makanan kesukaannya.

"Bu, Param itu bukan rekan kerja tapi boss Teteh. Owner RPA dia, Bu. Ke Ciamis hanya nengok cabang. Selama 2 tahun teteh kerja di sana, baru kali ini bertemu pemiliknya." Jelas Puput.

Ibu mendongak dengan mata membelalak. "Masa sih teh?!" tanyanya belum yakin.

"Namanya Rama, Teh. Bukan Param," lanjutnya mengoreksi kebiasaan anaknya yang suka menyingkat nama orang.

"Masa Teteh bohong atuh, Bu."

"Itu Param singkatan dari Pak Rama. Biar simpel aja nyebutnya." Puput acuh saja lihat ibunya geleng-geleng kepala. Lanjut menyuapkan potongan buah naga ke mulutnya.

Ibu kini berubah tersenyum lebar dengan wajah semringah. "Bener-bener boss yang low profile. Udah ganteng, belum nikah pula." Tangan ibu menopang dagu dengan pandangan menerawang sambil senyum-senyum.

"Bu, plis deh kalau mau nikah lagi jangan sama berondong. Teteh malu. Entar dikira orang dia bukan suami Ibu tapi mantu Ibu." Puput menolak dengan sewot.

Ibu menegakkan duduknya saking terkejut dengan pemikiran Puput. "Kira-kira atuh Teteh.....lagian siapa yang mau nikah lagi. Ibu do'ain biar Rama jadi jodoh Teteh."

"Ahh...Teteh ngantuk. Tidur ah---" Puput melesat pergi dengan cepat ke kamarnya. Meninggalkan Ibu yang menghela nafas panjang. Selalu begitu respon si sulung setiap membahas soal jodoh. Tapi sebagai seorang Ibu yang menyayangi semua anaknya, ada do'a yang tak luput selalu dilangitkan di sepertiga malam.

...***...

Pagi menjelang. Puput sudah siap berangkat kerja dengan motor yang sudah dipanaskan. Zaky sudah lebih dulu berangkat sekolah dengan motor supra X peninggalan Ayah. Aul libur kuliah dan membantu Ibu membungkus aneka tumisan yang akan dijemput Ceu Nining sebentar lagi.

"Teh, tunggu. Hampir lupa ini---" Ibu menyusul ke depan dengan menenteng goodie bag warna merah muda. Menahan Puput yang siap melajukan motornya. "Ini nitip jambu merah buat Cia. Titipin ke Rama ya!" sambil menyerahkan goodie bag berisi jambu merah itu ke tangan Puput.

"Ih Ibu.....gak mau ah, malu. Mereka mampu beli, Bu. Nanti dikira menghinakan." Puput menolak dengan tegas.

"Ya kan ini beda. Kemarin Cia seneng banget makan jambu sampe manjat sendiri, makan di atas. Nolak mau dipetikin Zaky juga."

"Hahh....masa?!" Puput menganga kaget. Ibunya semalam tidak cerita soal itu.

"Mingkem, Teh....mingkem!"

Puput mengerucutkan bibir. Lagi-lagi ditegur Ibu. Terpaksa memasukkan goodie bag itu ke bagasi bawah joknya. Padahal ia malu memberikannya pada sang boss. Masa iya memberi jambu merah. Bagaimana jika nanti malah ditertawakan? Ini juga Ibu kenapa pakai goodie bag warna pink? Puput ingin protes tapi Ibunya sudah masuk ke dalam dan menutup pintu.

Tiba di parkiran motor khusus karyawan. Sudah ada Via berdiri menunggu dengan tangan berlipat di dada. Mereka memang datang beriringan jalan. Sempat say hallo saat berhenti di lampu merah.

"Put, sejak kapan main rahasia-rahasiaan?!" Via ujug-ujug menodongnya dengan pertanyaan introgasi.

"Rahasia apa?! Gak ngerti deh pagi-pagi dah sewot." Puput menautkan kedua alis. Berjalan santai menuju pintu masuk jalan belakang. Dan Via segera mensejajarinya.

"Ih Siput, kau anggap aku apa?!" Via mulai jengkel dengan sikap santai sahabatnya itu.

"Bakpia. Bakpia pathok khas Jogja. Eh salah, ini mah khas Banyumas." Puput terkikik.

"Ihhhh Siput. Serius tau. Kamu jadian sama Pak Rama, kan?! Kenapa gak bilang-bilang?! Jahara hmpph---"

Puput terjengit kaget. Segera membekap mulut Via dengan panik. Ia khawatir ucapan Via yang terus nyerocos didengar karyawan lain yang berpapasan. Segera membawanya ke sisi tembok.

"Siapa yang ngegosip kayak gitu?! Puput menatap tajam.

"Ck, bukan gosip kale. Ini fakta. Aul ngirim foto tadi pagi. Foto Pak Rama lagi bersama Ibu di ruang tamu. Hayoh jangan ngelak kamu ya!"

"ASTAGA AUL!" Puput menggeram kesal. Dihentakkannya kaki kanan ke lantai dengan keras. Melampiaskan kekesalannya.

"Kamu bilang dong....aku tuh kecewa taunya dari orang lain." Via masih saja sewot.

"Put, aku tuh bakal ngedukung kalau kamu jadian sama Param. Berarti do'aku terkabul kan, Put."

"Eh tapi, Put. Secepat itukah kalian jatuh cinta? Kok Bisa? Eh bisa jadi sih. Cinta pada pandangan pertama ya, Put."

Puput memijat pelipisnya. Pusing. Satu lagi orang yang pengen ia lakban mulutnya. Mulut Via yang terus nyerocos.

"Nanti deh aku jelasin jam ishoma. Sekarang waktunya kerja!" Tegas Puput sambil menggandeng lengan Via menaiki tangga lantai dua.

"Janji ya! Kepo akut nih aku."

Aroma parfum mahal tercium oleh hidung Puput dan Via. Membuat keduanya berhenti di tengah tangga. Kompak saling pandang, kompak pula menoleh ke arah belakang.

Dua sosok pria tampan di belakang mereka ikut pula berhenti dengan kening mengkerut.

"Eh, met pagi Pak. Silakan duluan!" Via tersenyum ramah menyapa Rama dan Damar. Menyikut Puput yang juga tersenyum menganggukkan kepala agar bergeser ke tepi.

"Pagi juga, Novia." Rama menjawab dengan membaca name tag dengan tali terkalung di leher.

"Pagi, Putri." Rama menyapa dengan mengulas senyum manis ke arah Puput. Tanpa perlu melihat name tag. Sudah hafal sampai ke profil lengkapnya.

"Pagi, Pak Rama, Pak Damar. Silakan naik duluan!" Puput memberi ruang jalan dengan terus memepetkan tubuh ke tembok.

"Kalian dulu dong! Kan kalian lebih dulu naik." Rama bergeming di tangga tempatnya berdiri.

Tak ingin menawarkan jalan kedua kali, Puput segera menarik tangan Via dengan langkah cepat. Karena sang boss memerintahkan untuk berjalan lebih dulu. Ia abaikan colekan jari Via di telapak tangannya. Tahu, sahabatnya itu sedang menggodanya.

Baru 15 menit duduk di tempatnya, ponsel Puput yang disimpan di meja bergetar. Nomer yang tidak dikenalnya. Dan ia abaikan. Panggilan kedua juga dari nomer yang sama. Diabaikannya lagi. Pikirnya kalau orang serius pasti akan ada susulan chat memperkenalkan diri.

Fokusnya menyalakan layar komputer untuk memulai mengerjakan tugasnya. Tapi kini beralih telepon di mejanya yang berdering. Dengan sigap mengapit gagang telepon di sela telinga dan bahu karena ia sedang menata berkas di meja.

"Assalamu'alaikum, Pak Hendra---"

"Ini Rama!"

"Tadi saya telpon ke hape kamu dua kali tidak diangkat. Tolong disave!"

"Saya akan sering menghubungi kamu lewat hape."

"Puput, ke ruangan saya sekarang!"

Sepanjang mendengarkan suara di sebrang sana, mulut Puput menganga. Kaget. Mengira Pak Hendra yang menghubunginya karena sudah biasa dipanggil untuk membahas laporan keuangan. Ternyata sang owner yang menghubunginya. Telepon sudah terputus tanpa sempat memberi sahutan. Terkesima.

"Mingkem, Teh...mingkem."

Suara Ibu tadi pagi terngiang lagi. Puput mengatupkan bibir. Sungguh susah merubah kebiasaan jeleknya itu.

Aku dipanggil Param. Ada apa lagi?

1
Ervina Rasyid
kak biarkan aku jatuh cinta kok gak ada ya di noveltoon apa ganti judul /Grimace/
Purnawati Ipung
Luar biasa
Bungatiem
prinsip GW barang yang udah dipake orang harus dibuang jijik 🤮
Bungatiem
baca episode ini tangan suamiku juga aktif bergerilya 😂
minah
bagusss banget dah ah ni novel kalo dikasih nilai nih nilainya 10000/100
Enny Ernawati
bagus
Desi Hari Wijaya
mbakkkk....cerita aul ama panji g da ???
Adib Abdulloh
nyes
murtinah salam
bagus bgt crtanya seperti di kehidupan nyata semangat thor
Nathaaaa
Luar biasa
Adib Abdulloh
mantap thoor,
Adib Abdulloh
nuhun thoor, hhhh, maaf dak ngerti artinya
Siti Arbainah
acil.. klo bhasa banjarnya kalsel artinya bibi atau tante
Siti Arbainah
pdhal mau duluan di panggil Allah krna tkut rahasianya kebongkar dluan ya kan.
Dyah Rachmawati
Luar biasa
***bulan****
Kecewa
***bulan****
Buruk
Nike Sulistiani
Luar biasa
yulia rachmawati
aku nge fans banget sm ami 😂, untuk ke 3 kali nya aku baca novel teh nia yg ini, gara gara ami nih 😂🤣
Nurhartiningsih
bca 1novel ttg ami.kok jadi ketagihan.aku suka.novel dg cerita ringan.konfliknya jg TDK berlebihan.jadi ketagihan buat baca novel2 yg lain
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!