Choki Zakaria atau yang biasa dipanggil 'Jack', adalah ketua geng motor yang ditakuti di kotanya mendadak harus menikah dengan Annisa Meizani karena kesalahpahaman dari para warga.
Annisa, seorang gadis muslimah dengan niqob yang menutupi sebagian wajahnya ini harus ikhlas menerima sikap cuek Jack yang mengira wajahnya buruk rupa.
Sikap Jack berubah setelah tau wajah Annisa yang sebenarnya. Bahkan ketua Genk motor itu menjadi pria penurut dan manja di hadapan istrinya.
Akankah niat Jack untuk bertobat mulus tanpa hambatan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#21. Usaha Choki Membayar Tagihan Rumah Sakit.
"Bang Jack yakin. Ini ponsel kan seharga matic satu," ucap salah satu anak buah Choki yang bernama Rudi.
"Itu gak masalah. Setengah harga pun tak apalah. Sore ini, istriku harus keluar dari rumah sakit," jelas Choki.
Pemuda itu terpaksa harus merelakan ponsel kesayangannya. Semua demi tanggung jawabnya terhadap Nadia.
"Bang, si merah di bawa. Keadaannya sangat berantakan," terang Rudi.
"Biarlah Rud. Aku tidak memikirkan itu sekarang," jawab Choki.
"Bang Jack. Kenapa Abang bingung masalah biaya rumah sakit? Bukankah, uang simpanan Abang banyak di bank?" cecar anak buah lainnya yang bernama Agung. Postur tubuhnya tinggi besar.
"Semua kartu gue di blokir papa. Harta gue satu-satunya cuma ponsel itu," terang Choki.
Hanya kepada kumpulannya inilah dirinya bisa berbagi dan jujur apa adanya. Bahkan selama ini mereka ada di sisinya bukan karena keadaan Choki orang kaya. Tetapi, karena kebanyakan dari mereka memiliki nasib yang hampir sama meski dengan latar belakang yang berbeda.
"Sabar ya Bang." Rudi menepuk bahu Choki berharap dapat memberi semangat pada kawannya ini. Sosok yang selalu ada untuk para anggotanya. Kala senang maupun susah.
Meskipun, terkadang ada beberapa anggota yang mencari masalah. Akan tetapi, Choki tak pernah menghukum mereka dengan kekerasan. Choki tau sebagian anggotanya berasal dari kondisi ekonomi kelas bawah.
Maka Choki sebisa mungkin akan mencari solusi setelah ia memecahkan akar permasalahannya terlebih dulu.
"Bang Jack tunggu sebentar. Biar saya sama Agung yang jalan," ucap Rudi.
"Thanks Bro!"
"Iya, Bang."
Di depan markas, Rudi justru memanggil kawan-kawannya yang lain.
"Men, kita gak akan bisa secepatnya jual nih hape. Karena harganya mahal banget. Kecuali kalo di bawa langsung ke gerainya di mall City Plaza."
"Mall tempat anak-anak orang kaya itu nongkrong maksud Lo, Rud?"
"Iya, Men. Sementara itu, Bang Jack butuh duit cepet."
"Jadi menurut Lo, gimana sih?" tanya Agung bingung.
"Kita kumpulin duit yang ada tambahin pake uang kas," jelas Rudi.
"Bener juga ide Lo. Kapan lagi kita bisa bantuin bang Jack. Sementara, bang Jack udah sering banget bantuin kita semua," ucap Agung.
"Ya udah, gercep dah! Kumpulin duitnya sekarang. Biar nanti gue jualin hapenya lewat online aja," kata Rudi lagi.
Di perkumpulan atau komunitas itu, Rudi memang merupakan perpanjangan tangan dari ketua mereka yang tak lain adalah Choki alias Jack.
Beberapa menit kemudian, uang telah terkumpul. Rudi memasukkannya kedalam amplop tanpa di hitung terlebih dulu. Ia pikir, uang itu pasti lebih dari cukup. Karena, jumlah uang kas mereka saja ada sekitar lima jutaan.
"Bang Jack. Jual ponsel kan gak langsung laki ya. Jadi, ini pake aja dulu. Gak seberapa tapi, semoga aja cukup," ucap Rudi seraya menyodorkan sebuah amplot coklat ke atas pangkuan Choki.
"Eh, apa-apaan ini! Gue gak mau pake uang kas. Gue juga gak mau pake sumbangan dari duit kalian," tolak Choki seraya langsung berdiri dari duduknya.
Dia datang kesini karena ingin menemui para anak buahnya untuk mencari solusi, bukan untuk menyusahkan mereka.
"Gapapa, Bang. Pake aja. Kan emang itu gunanya uang kas. Buat keadaan yang memang di butuhkan oleh anggota. Terus uang sumbangan yang kita kumpulin itu mah kagak seberapa, dibanding apa yang udah Bang Jack berikan kepada kita semua selama lima tahun ini," ucap Rudi lagi, seraya mengepalkan amplop tersebut ke dalam genggaman tangan Choki.
"Terima, Bang. Kasian istri Bang Jack pasti lagi nungguin di rumah sakit," timpal Agung.
"Makasihh buat kalian semua. Maaf, karena kejadian tempo hari sempat membuat genk kita berantakan. Jaga diri lu semua. Mungkin, gue gak bakal bisa terlalu sering nongkrong lagi di sini," terang Choki.
"Kami ngerti, Bang. Sampe sekarang si Bopeng udah kagak ad kabarnya lagi. Mungkin, dia--"
"Ya, Papa itu berdarah dingin," sambung Choki yang paham apa maksud dari Rudi.
"Tapi, bukan berarti anggotanya diem aja. Maka itu lu semua harus tetap waspada. Hindari gesekan dengan mereka maupun, Genk motor lainnya," tegas Choki lagi.
Dirinya tak mau jika ketidakberadaannya ditempat ini akan di manfaatkan oleh komunitas lainnya untuk menjatuhkan Genk motor Speed yang lumayan dipandang ini.
"Kita ngerti. Bang Jack, tenang aja," ucap Rudi meyakinkan Choki dengan kembali menepuk bahu sang ketua.
"Selama gue gak ad, lu yang urus Rud. Gue yakin lu bisa," ucap Choki sebelum dirinya pergi.
"Oke," jawab Rudi singkat dengan menaikkan satu sudut bibirnya ke atas.
"Bang Jack. Biar Agung anterin!"
Choki pun kembali kerumah sakit dengan di bonceng oleh salah satu anak buahnya.
Sesampainya di rumah sakit, Choki langsung berlari ke pusat administrasi.
Di kamar perawatan, Annisa hanya bisa berjalan mondar-mandir sambil mendekap ponsel di dadanya.
Mau menghubungi Choki pun ia tak tau nomer ponsel pemuda yang merupakan suami dadakannya itu.
Tetapi, menunggu tanpa kabar begini nyatanya membuat hati Annisa menjadi tidak tenang.
"Kamu kemana, Zakaria. Apa kamu meninggalkan Annisa sekarang? Apa kamu pada akhirnya mendengar pendapat kedua orang tuamu?" gumam Annisa yang mulai tak tenang. Hingga, kedua bibirnya bergerak pelan demi melafadzkan istighfar.
"Alam nasroh laka sodrok," bisik Annisa. Gadis itu terbiasa membaca suroh tersebut di kala hatinya dilanda kecemasan.
"Annisa ikhlas ya Allah. Jika memang Zakaria meninggalkan Annisa sekarang. Annisa ridho akan ketentuan apapun dari-MU," gumam gadis itu seraya menitikkan air matanya.
Ikhlas bukan berarti tak boleh menangis.
Karena mengeluarkan air mata adalah salah satu hal yang bisa meluruhkan dosa-dosa kita selain juga menenangkan hati.
Annisa menggendong tasnya dan menyeret langkahnya yang masih lemas itu keluar kamar. Hingga seorang suster menghampirinya.
"Maaf, Mbaknya mau kemana?"
"Ah, suster. Saya mau ke bagian administrasi, untuk mengurus kepulangan saya hari ini," jelas Annisa.
"Oh, pulang ya hari ini. Baik saya antar ya," tawar suster tersebut seraya membawakan barang-barang Annisa.
"Mau pake kursi roda?" tanya suster itu lagi ramah.
"Gak usah Sus, saya kuat jalan insyaallah," jawab Annisa.
Tak lama mereka sampai di tempat yang di maksud.
Betapa kagetnya Annisa ketika manik matanya menangkap sosok yang ia kira telah pergi meninggalkannya tanpa pamit.
Choki, terlihat menghitung uang yang ia keluarkan dari amplop tepat didepan kasir.
Air mata haru itu kembali menetes dari kedua mata indah Annisa. Ia merasa bersalah karena telah sempat berpikiran jelek tentang sosok pemuda yang nyatanya adalah suaminya.
Sosok yang harusnya ia beri kepercayaan penuh. Sosok yang harus hormati.
"Alhamdulillah, masih sisa dua juta tujuh ratus," batin Choki.
Meskipun, baru kali ini pemuda tersebut hitung-hitungan dengan uang. Karena sebelumnya, ia hanya tau mengeluarkan saja tanpa tau ada berapa jumlah saldo dalam simpanannya.
"Bisa buat modal, dan bayar kontrakan bulan depan," gumam Choki seraya berbalik.
Akan tetapi, langkah kagetnya dia ketika di belakangnya terdapat sosok yang sangat ia khawatirkan keadaannya.
"Annisa!" panggil Choki kaget.
"Bang Zakaria," lirih Annisa seraya menghambur untuk memeluk Choki.
...Bersambung ...
Jazakillah khairan author
👍👍👍👍👍
ana uhibbuki fillah untuk perempuan