Pindah sekolah dua kali akibat dikeluarkan karena mengungkap kasus yang tersembunyi. Lima remaja dari kota terpaksa pindah dan tinggal di desa untuk mencari seseorang yang telah hilang belasan tahun.
Berawal dari rasa penasaran tentang adanya kabar duka, tetapi tak ada yang mengucapkan belasungkawa. Membuat lima remaja kota itu merasa ada yang tidak terungkap.
Akhir dari setiap pencarian yang mereka selesaikan selalu berujung dikeluarkan dari sekolah, hingga di sekolah lain pun mengalami hal serupa.
Lantas, siapakah para remaja tersebut? Apa saja yang akan mereka telusuri dalam sebuah jurnal Pencari Jejak Misteri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Pulang
Selepas sarapan serta melanjutkan perjalanan, akhirnya mereka semua berhasil pulang sampai ke rumah dengan selamat.
"Satu bulan sebelum masa belajar selesai, mengapa sudah kembali?" tanya Mbah Sudirjo yang sedang datang ke rumah Ratu.
"An-nu i-ni, Mbah —"
"Ada beberapa kejadian yang ... Yah, cukup membuat kita semua memutuskan untuk pulang." jawab Reyza mewakili Ratu yang tak bisa menjawab.
Sudirjo tertawa kecil kepada para cucu dan teman cucunya. "Kalau ada masalah itu harus diselesaikan, jangan ditinggal pergi sendirian. Nanti masalah itu akan dendam pada kalian."
Ketujuh remaja tersebut saling menatap satu sama lain. Mereka sebenarnya tahu jika kejadian yang telah mereka alami harus segera diurus secepatnya. Meskipun memang tidak mudah bagi diri masing-masing.
ΩΩΩΩ
Malamnya tujuh remaja sekaligus Panca sudah berada di sebuah studio khusus buatan Rizky dan ayahnya Panca. Karena mereka berdua tidak ingin lagi melihat anak-anaknya pergi berkumpul di rumah kosong.
"Kejadian yang kita alami kemarin kayaknya jadi kasus deh, soalnya pelakunya udah jelas si Pak Bejo. Gue gak habis pikir deh, kenapa bisa sejahat itu ya, sama keluarganya sendiri." ucap Ratu.
"Memang pelakunya Pak Bejo, tapi kita juga gak bisa apa-apa sekarang. Karena dukun yang membantu Pak Bejo itu udah meninggal, dukun yang menyerang aku di Desa Pepeling." jawab Panca.
Dengan memegang buku agenda, Bisma turut bergabung. "Kalau boleh diperjelas, kejadian silam itu terjadi pada tahun berapa, Mas Panca?"
"Menurut penglihatan aku sih tahun 2000 kayaknya. Sekarang kan tahun 2024, berarti sekitar 24 tahun yang lalu kejadiannya."
"Sebenarnya kejadian itu udah lama banget, tapi kenapa efeknya ke kita sih?" tanya Intan heran.
Suasana malam hari pukul 21.00 membuat mereka semakin serius membahas tentang Desa Sewujiwo itu.
Dengan kaos berseragam bernama Pencari Jejak Misteri, tujuh orang itu sudah menjadwalkan untuk penelusuran kembali ke Desa Sewujiwo.
"Mungkin ada yang belum selesai semuanya, tau sendiri kan kita sekarang bukan orang yang kemana-mana biasa aja. Pasti ada sesuatu di desa itu," sahut Bisma.
Disela-sela semuanya tengah sibuk sendiri, Ratu tiba-tiba melihat sebuah video Panca yang sering menerima tawaran untuk mengikuti kesenian kuda lumping.
"Mas Panca ikut kesenian itu lagi, ya?" tanya Ratu memecahkan keheningan selama beberapa jam.
Dengan tatapan seolah mengerti, Panca berusaha menjelaskan.
"Tapi, gak ikut kesurupan kok." jawabnya lembut.
"Ohh ... Terus tiba-tiba kesurupan kan? Bagus kok mainnya, pernah dapet indang mayit juga ya." Senyuman Ratu sudah diduga oleh Panca jika perempuan itu hampir merajuk.
"Loh? Bang Panca ikut nari itu lagi? Bukannya udah ada kesepakatan sama orang tua juga ya, buat gak ikutan itu lagi?" heran Ninda.
Panca jadi terpojok sekarang. Semua menjadi menatapnya heran. "Iya, aku minta maaf. Karena memang banyak yang nawarin gitu, tapi kesurupan cuma satu kali. Kan dapet tawaran tiga dari orang-orang, yang dua aku gak mau." jelas Panca.
Ratu tetap tidak menyukai seorang Panca yang merelakan tubuhnya dikuasai oleh makhluk tak kasat mata.
Karena tak ingin melihat wajah Panca, Ratu pun mendadak pergi dari studio. Apalagi jam sudah menunjukkan pukul 12 malam.
"Ratu! Tunggu, kamu mau ke mana sendirian?"
Panca berusaha mengejar Ratu hingga berhasil dicegat.
"Ngapain sih lo ngikutin gue? Minggir, gue mau pulang." ketus Ratu.
"Oke, aku akan berhenti dari itu. Tapi, kamu balik ke studio ya? Kita pulang sama temen-temen lainnya. Jangan nekat kayak gini lagi, ya?"
"Enggak!"
"Yakin? Ini ada yang masuk ke tubuh aku soalnya, kayaknya bakal pingsan sih. Energinya lumayan besar," ujar Panca.
Seketika Ratu berbalik badan, mendapat sosok Panca yang sedang memegang dadanya sendiri.
"Kenapa lo?"
"Kamu kembali ke studio aja, aku mau ngomong sama ini dulu. Soalnya ngajak main, malem-malem gini mau masuk." katanya, Ratu mengernyit heran.
"Ada siapa di sini?"
Sembari mendongak menatap Ratu, Panca beranjak berdiri setelah dadanya merasa sedikit sakit.
"Udah, kamu langsung kembali ke studio. Nanti aku nyusul. Ini gak enak banget hawanya."
Dengan terpaksa Ratu mengajak Panca kembali ke studio. Tak lama kemudian saat telah sampai ke studio Pencari Jejak Misteri, Cakra menatap kakaknya.
"Mas Panca itu emang lagi gak enak badan dari semalem, Ra. Bukan karena ada yang masuk, emang lagi puyeng aja kepala dia." kata Cakra membuat Panca seketika beranjak menuju kamar mandi.
Teman-temannya Ratu jadi merasa bingung. "Emang mas Panca sering sakit, Cak?" tanya Bisma.
Cakra menggeleng. "Pas gue tanya sih katanya enggak, tapi katanya cukup bahaya kalau dia muntah darah."
Ratu sontak mendelik.
"Muntah darah?!"
"Iya. Lo semua pada tau gak sih, abang gue itu orangnya gampang gak enakkan sama orang lain. Kalo di rumah tuh, sering diomelin sama tetangga karena dia kadang yaa ... Ngeliat bakal ada apa gitu. Dan ada satu hal yang gue muak sekaligus kasihan sama dia." Ungkap Cakra.
Begitu Panca keluar dari kamar mandi, Cakra pun terdiam. "Jangan diceritakan Cakra, bisa bahaya. Nanti datang lagi,"
Dog!
Suara pintu studio di depan terdengar ditendang oleh sesuatu. Semuanya menoleh dengan perasaan seketika tegang. Panca dan Cakra saling menatap, kemudian Ratu mendekat ke Panca karena takut.
"Suara apa itu, Mas?" tanya Reyza.
"Kiriman. Memang ada yang tidak suka dengan kita. Makanya, aku tutup studio ini dengan pelapis yang kedap udara, jadi tidak terdengar dari luar."
Karena hari sudah sangat larut, Reyza dan Bisma mengajukan pertanyaan kapan pulang.
"Terus kita pulangnya gimana, Mas?" Kali ini Bisma yang bertanya.
"Nanti dulu kalau suasana sudah aman."
Mereka kembali duduk di sofa yang sudah tersedia di sana. Sambil menatap Ratu, Panca tiba-tiba merasa tidak enak dengan keadaan di studio.
"Ada yang nyium bau bunga kantil gak?" tanya Panca.
Semua menggeleng kecuali Ratu. "Aku nyium sih, menyengat banget."
Panca seketika melepas gelangnya lalu dipakaikan pada Ratu. Memang letak studio mereka berada di tengah-tengah tanah kosong. Yang jarang ada orang lewat bahkan perumahan.
"Kalau gak kehadiran kunti ya intinya yang gak keliatan. Kalau Ratu ngerasa ada bau, jangan dihirup ya. Biar ini urusan aku sama Mas Panca. Oh iya, satu lagi, jangan ada yang melamun." Peringatan dari Cakra diangguki para temannya.
Usai beberapa menit akhirnya kiriman itu hilang saat Ratu meminta tolong pada kakek Sudirjo.
"Alhamdulillah, udah pergi. Sekarang udah aman, Ratu mau pulang? Mau sama Reyza atau gimana?" tanya Panca.
"Sama Mas Panca aja, Kak. Gue juga mau anterin Ninda dulu." sahut Reyza.
"Emangnya gak papa, Mas?"
"Gak apa-apa ayo, Ratu."