Ratu Gyeo Wol adalah ratu yang tidak pernah mendapat kasih sayang Yang Mulia Raja Hyeon. Mereka menikah karena politik. Raja Hyeon menikahi Ratu Gyeo karena mebutuhkan kekuatan militer dari panglima perang Kyung Sam yang tidak lain adalah kakak kandung sang ratu.
Selama menjadi ratu, Gyeo Wol tidak pernah disentuh oleh Hyeon. Hal tersebut tentu saja ia sembunyikan dari sang kakak karena dia tidak ingin membuat kakaknya khawatir.
Gyeo Wol pun memilih diam hingga sebuah peristiwa membuat dirinya bangkit dan melawan.
" Akan ku buat kau bertekuk lutut di hadapanku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 23. Menyusul
Di Kabupaten ding, Hyeon benar-benar tidak beristirahat sama sekali. Dia mencoba merealisasikan apa yang dibuat oleh ratu nya. Ia bahkan tidak melihat Da Eun. Dae Jung melaporkan kalah Da Eun sakit. Tapi sepertinya Hyeon mengacuhkan hal itu.
" Aku kesini bukan untuk mendengarkan rengekannya. Aku sedang berusaha untuk menyelamatkan nyawa para rakyatku."
Hyeon sungguh kesal, dan kali ini dia merasa tidak habis pikir dengan ulah Da Eun. Bukannya membantu, Da Eun malah membuat pikiran Hyeon semakin runyam.
" Dae jung, sampaikan pada Da Eun untuk lebih baik kembali ke istana. Jika dia sakit maka istana adalah tempat yang tepat untuknya."
Hyeon kemudian berlalu dari tempat berdirinya menuju ke bantaran sungai. Sedangkan Dae Jung bergegas menemui Selir Da Eun untuk menyampaikan pesan.
Da Eun yang mendengar setiap perkataan Dae Jung mengenai apa yang dikatakan Hyeon tentu saja sangat kesal. Niat hati ingin menarik simpati Hyeon tapi ternyata tidaklah berhasil.
" Huh, baiklah. Aku akan kembali ke istana."
Samar tapi sangat jelas, Dae Jung tersenyum mendengar ucapan selir yang menurutnya egois itu. Di saat seperti ini sifat asli Da Eun benar-benar terlihat. Wanita itu sungguh tidak memiliki simpati sama sekali terhadap warga yang kesusahan. Boro-boro simpati, untuk sekedar melihat kondisi para warga saja Da Eun enggan.
Hyeon membuang nafasnya kasar saat mendengar bahwa Da Eun akhirnya memilih pulang ke istana. Tapi Hyeon juga lega, paling tidak Da Eun tidak membuat dirinya semakin repot.
" Biarkan saja dia kembali. Antar kan dia dengan baik."
Dae Jung mengangguk. Dia kemudian bersiap untuk mengantarkan Da Eun kembali ke istana. Wanita itu memang lebih baik berada di Istana dari pada hanya merepotkan.
Da Eun semakin kesal saat mengetahui Hyeon membiarkan dia pulang. Ia berharap Hyeon akan melarangnya. Tapi kenyataannya tidak. Da Eun pun meminta Minji untuk membereskan barangnya dan segera kembali ke Istana. Dengan diantar oleh Dae Jung dan beberapa prajurit akhirnya Da Eun meninggalkan kabupatren Ding.
Sung Im yang melihat rombongan Istana melintas ingin segera menyerang. Namun langkahnya terhenti saat diberitahu oleh mata-mata bahwa itu buka Hyeon melainkan selirnya. Sung Im yang sudah diamanati oleh Jin Sang agar menyeang Hyeon akhirnya urung.
" Kita tidak punya urusan dengan wanita itu."
" Tuan Sung Im, apakah wanita itu tidak akan berguna. Jika benar dia adalah selir, pasti dia selir yang disayangi."
" Persetan dengan itu. Raja pasti memeliki banyak selir, hanya kehilangan satu selir tak akan membuat seorang raja kerepotan. malah bisa jadi dibiarkan saja. Berbeda statusnya jika seorang ratu. maka itu akan sangat berharga."
Anak buah Sung Im itu mengangguk paham. Bagaimanapun juga posisi ratu tetaplah berada di atas selir mau seperti apapun selir disayangi.
Sekitar tengah malam rombongan Da Eun sampai di gerbang istana. Du ho yang sedang berkeliling langsung memberi kabar kepada Gyeo Wool yang entah mengapa juga belum tidur.
" Kabar terbaru yang mulia ratu, Selir Da Eun tiba di istana. Tapi dia hanya sendiri. Sepertinya Yang Mulia Raja Hyeon masih di kabupaten Ding dan tidak ikut kembali bersama selir Da Eun."
Gyeo Wool segera berlari keluar. Kasim Ho dan Dasom yang sebenarnya sudah sangat mengantuk seketika mata mereka menjadi segar kembali mendengar berita tersebut.
Gyeo Wool sudah berada di aula harem dan meminta Da Eun untuk menemuinya. Bagaimanapun juga Da Eun harus membuat laporan kepada Gyeo Wool.
" Salam kepada Yang Mulia Ratu Gyeo Wool. Hamba datang untuk melapor."
" Katakan!"
Da Eun kemudian mengatakan semua yang harus ia katakan. Alasan dia kembali lebih dulu juga ia katakan. Tapi tentu saja alasan sebenarnya tidak ia katakan. Kepada Gyeo Wool, Da Eun mengatakan bahwa dirinya sakit jadi harus segera pulang ke istana, padahal ia sungguh tidak bisa berada di sana karena situasinya yang buruk. Banyak korban banjir dan warga banyak yang sakit. Da Eun tidak ingin ikut sakit di sana.
"Jika begitu maka istirahtlah selir utama. Minji, panggil Tabib Kuang untuk memeriksa Selir da Eun. bagaimanapun Selir Da Eun tidak boleh sakit parah."
Minji mengangguk, dan segera berlalu dari hadapan ratu. Sedangkan Gyeo Wool mempersilahkan Da Eun untuk kembali ke kediamannya.
" Mama, apakah beneran selir itu sakit."
" Tentu tidak, aku bukan wanita bodoh yang mudah ditipu wajah memelas nya dia. Dasom kau sendiri yang bilang dia wanita ular bukan."
Dasom hanya mengangguk paham. Gyeo Wool pun segera berjalan menuju kediaman pribadi ratu. Dalam benaknya ia harus menyusul Hyeon. Bagaimana pun masalah banjir ini serius. Ia merasa wajib membantu rajanya.
Dasom kembali dibuat pusing melihat ratunya yang berpakaian seperti laki-laki. Tapi kali ini Gyeo Wool tidak mengajak Dasom ikut serta. Ia malah meminta Dasom memanggil Du Ho.
" Ada apa yang mulia ratu?"
" Ikut aku ke kabupaten Ding sekarang."
Du Ho membelalakkan matanya tentu ia terkejut dengan permintaan sang ratu. Bagaiman bisa ratunya itu berpikiran untuk menyusul raja malam-malam begini. Du Ho sungguh tidak bisa berkata-kata. Terlebih saat Gyeo wool hanya minyt untuk pergi berdua saja menggunakan kuda dan bukan menggunakan kereta kuda.
" yang mulia tidak sedang demam kan?"
" Kau mengejekku pengawal dU Ho."
Cep
Du Ho langsung membungkam mulutnya sendiri dengan tangan. Tampaknya sang ratu serius dengan ucapannya.bahkan iasudah berjalan menuju ke kandang Si Hitam.
" Lalu bagaimana jika para selir mencari anda untuk memberi salam?"
Kali ini Dasom yang mengajukan pertanyaan. Sungguh setiap hari bersama sang ratu membuat gadis itu seperti sedang berdiri ditepi jurang yang dalam. Salah-salah bisa jatuh dan mati.
" Ehmmm, katakan aku sedang sakit. dan tidak bisa ditemui. Mereka tidak boleh tahu aku pergi. Akan terjadi ketimpangan jika mereka tahu akan hal itu."
Dasom mengangguk patuh, pun dengan Kasim Ho. Dua orang itu benar-benar tahu apa yang mereka harus lakukan. Sedangkan Du Ho mau tidak mau mengikuti apa yang diminta oelh ratunya. Nyawanya kini sama-sama diujung pedang. Entah apa yang akan ia dapati nanti saat sang raja tahu apa yang dilakukan ratunya. Ditambah lagi Panglima Kyung sam.
" Wahai dewa langit. Kesalahan apa yang aku lakukan di kehidupan sebelumnya sampai aku harus mengalami hal semacam ini. Dimakan mati bapak, jika tidak dimakan mati ibu. Nasib-nasib."
Du Ho menggerutu dalam hati. Kini Du Ho menaiki kuda dan berjalan dari belakang Gyeo Wool yang menaiki Si Hitam. Gyeo wool melewati pintu rahasia yang ia tahu. Du ho sangat terkejut, ia baru kali ini melihat jalan lain yang mana jalan itu tidak diketahui oleh siapapun. Di sana juga tidak ada prajurit yang menjaga sama sekali.
" Mati-matilah kau Du Ho."
TBC