Kisah tentang tiga anak indigo yang berjuang demi hidup mereka di dalam kiamat zombie yang tiba tiba melanda dunia. Mereka mengandalkan kemampuan indigo mereka dan para hantu yang melindungi mereka selama mereka bertahan di tempat mereka, sebuah rumah angker di tengah kota.
Tapi pada akhirnya mereka harus meninggalkan rumah angker mereka bersama para hantu yang ikut bersama mereka. Mereka berpetualang di dunia baru yang sudah berubah total dan menghadapi berbagai musuh, mulai dari arwah arwah penasaran gentayangan, zombie zombie yang siap menyantap mereka dan terakhir para penyintas jahat yang mereka temui.
Genre : horror, komedi, drama, survival, fiksi, misteri, petualangan.
Mohon tinggalkan jejak jika berkenan dan kalau suka mohon beri like, terima kasih sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
Setelah selesai membantu di dalam bangsal, waktu sudah sore menjelang malam, Reno dan Dewi yang menggendong Felis berjalan kembali ke tendanya, setelah masuk ke dalam tenda,
“Tadi itu apa sih Ren ?” tanya Dewi.
“Inget ga orang yang tadi bawa koper itu, yang di selimuti bayangan hitam, dia menyerahkan kopernya ke Indah, waktu kita buka kopernya ada bayangan melesat keluar dari dalam, trus ternyata isi koper itu adalah vaksin,” jawab Reno.
“Hah...vaksin yang di bilang mas Budi tadi ?” tanya Dewi.
“Iya, berarti cerita yang di denger mas Budi itu bener, kita bertiga bawa koper itu ke dokter Dion dan setelah di liat oleh dokter, katanya cairan yang ada di dalam tabung itu vaksin dan dokter mau ketemu sama yang punya koper, eh ga tau nya bayangan hitam tadi udah ada di depan pintu,” jawab Reno.
“Gitu ya, kita perlu lapor ke mba Ajeng ga nih ?” tanya Dewi.
“Soal apa ? bayangan hitam ?” tanya Reno.
“Gimana sih lo, ya soal vaksin lah, orang itu berarti kaki tangannya si Yohan itu kan,” jawab Dewi.
“Oh kalau itu sih rasanya ga usah, tadi kayaknya dokter udah ngomong ama tentara dan mereka mengawal dokter juga pria yang ngasih koper keluar dari bangsal buat ke lab dan kayaknya orang itu bukan kaki tangannya Yohan deh, dia menyerahkan koper itu dengan wajah ketakutan kepada Indah dan kayak menitipkan koper itu supaya aman gitu, gue rasa dia malah mau menjauhkan vaksin itu dari Yohan,” balas Reno.
“Tapi kalau si Yohan itu ngikutin mereka gimana ?” tanya Dewi.
“Kayaknya dia ga tau deh, soalnya dia tadi rasanya ga ada di dalam bangsal, gue cuman liat Toni yang sibuk ngurus penyintas lain, trus cuman lihat Helmi dan Indah yang lagi ngobrol sama cowo yang lo bilang cogan itu,” jawab Reno.
“Emang sih, tadi pas kita masuk, gue juga ga liat orang itu, malah si Toni itu yang negor gue, bikin sebel aja,” ujar Dewi.
“Udeh sih, lo sensi amat ama dia,” balas Reno.
“Felis boleh bobo ?” tanya Felis.
“Satu jam lagi ya, sekarang baru maghrib,” jawab Dewi.
“Iya deh,” balas Felis.
“Dua jam lagi lampu di matiin, gue ambil makanan dulu ya buat kita bertiga,” ujar Reno berdiri.
Reno berjalan menuju tirai, tapi ketika dia membuka tirai, “blugh,” Reno langsung jatuh terduduk dan merangkak mundur, Dewi dan Felis melompat ke belakang Reno, mereka melihat bayangan hitam yang sebelumnya menghilang muncul di depan tenda mereka. Bayangan itu tidak masuk, namun dia berdiri tepat di depan tenda seakan akan menghalangi Reno untuk keluar,
“To...long....be...bas...kan....a...ku,”
Suara bayangan itu terdengar lagi, Dewi yang mendekap Felis melihat Reno di depannya yang juga sangat ketakutan,
“Co..coba lo tanya dia, gimana cara nolongnya,” ujar Dewi.
“Kenapa ga lo aja sih,” balas Reno.
“Gue takut, lo aja,” balas Dewi.
“Lo gimana sih,” ujar Reno.
Dengan jantung yang berdegup kencang, Reno merangkak ke depan di ikuti oleh Dewi dan Felis di belakangnya, dia langsung menatap bayangan hitam yang nampak seperti asap berdiri di depannya,
“Gimana cara kita menolong kamu ?” tanya Reno dengan suara gemetar.
“Be...bas...kan...tu...buh...ku,” jawab bayangan hitam.
“Tubuh kamu ? memang di mana tubuh mu ?” tanya Reno lagi.
“Pe...ti,” jawab bayangan hitam.
“Hah..peti ? peti apa ?” tanya Dewi bingung dan pikirannya melayang jauh kemana mana.
“Pe...ti...be...si,” jawab bayangan hitam.
“Peti besi ya ?” tanya Reno sambil berpikir.
“Peti mati besi gitu ? atau kamu di kurung di dalam peti gitu ? tolong bilang yang jelas, supaya kita ngerti,” ujar Dewi.
“Bentar Wi, (menoleh ke bayangan hitam) maksud kamu koper ?” tanya Reno.
Bayangan hitam itu tidak menjawab tapi dia bergerak dan terlihat mengangguk, kemudian Reno langsung berdiri,
“Gue tau, maksudnya koper yang di kasih ke Indah tadi,” ujar Reno kepada Dewi di belakangnya.
“Oh (terlihat sedikit kecewa) gue kirain apa,” ujar Dewi.
“Lah emang lo mau nya peti apaan ?” tanya Reno bingung.
“Kali aja peti harta karun penuh koin emas hehe,” jawab Dewi.
“Asli kebanyakan nonton anime lo, lo kira ini era bajak laut apa,” ujar Reno.
“Berisik, trus gimana cara kita ambil koper itu ?” tanya Dewi.
“Coba kita ke lab sekarang,” ajak Reno.
“Ok ayo, (menoleh melihat Felis) yuk Fel,” Dewi membungkuk dan menggendong Felis.
“Tapi Felis ngantuk kak,” ujar Felis.
“Sebentar aja, abis itu Felis bobo,” ujar Dewi.
“Ya udah, janji ya kak,” balas Felis.
Ketiganya segera keluar lagi dari tenda mereka dan bayangan hitam yang awalnya tidak bergerak mengikuti mereka dari belakang. Ketiganya langsung menuju ke pos rumah sakit di depan dan masuk ke lab, tapi begitu sampai di lab, ternyata lab dalam keadaan kosong dan kopernya tergeletak di meja. Reno dan Dewi yang menggendong Felis berjalan mendekati koper di meja, Reno membuka tutupnya, seluruh tabung lab yang ada di dalam sudah di angkat keluar menyisakan busa dan koran yang sebelumnya di gunakan sebagai penyangga.
“Udah kosong, mungkin vaksin nya di bawa sama dokter Dion,” ujar Reno.
“Mungkin, kayaknya ga ada apa apa lagi di dalam koper,” ujar Dewi.
“Ada...di bawah ada yang berkilau,” balas Felis menunjuk ke dalam koper.
Reno dan Dewi melihat apa yang di tunjuk oleh Felis, Reno menyingkirkan korannya dan busa busa yang menutupi dasar koper. Ketika di angkat, ketiganya terkejut karena melihat sebuah keris yang nampak kuno sedang di balut sebuah kain merah bertuliskan aksara jawa kuno dan di rantai di bagian gagang dan sarungnya sehingga tidak bisa di cabut dari sarungnya.
“Be..bas...kan...a...ku,” ujar bayangan hitam di belakang mereka.
“Jadi tubuh mu keris ini ?” tanya Reno.
“Be...nar....be...bas...kan...a..ku,” jawab bayangan hitam.
“Gimana caranya ?” tanya Reno sambil melihat kembali keris yang tergeletak di dalam koper.
“Mungkin ini ya,”
Dewi menjulurkan tangannya, “klik,” tangannya membuka kancing yang mengikat rantai sampai terbuka. Tiba tiba asap merah keluar dari dalam keris, Reno dan Dewi langsung mundur merapat ke dinding karena ketakutan. Mereka melihat asap merah itu bergabung dengan bayangan hitam yang juga berwujud seperti asap kemudian cahaya terang berwarna merah langsung menerangi seluruh ruangan. Reno, Dewi dan Felis sampai harus menutup mata menggunakan lengan mereka karena silaunya, tiba tiba “klotak,” terdengar suara sesuatu jatuh ke lantai.
Reno membuka matanya dengan perlahan dan menurunkan lengannya, dia melihat sarung keris jatuh ke bawah bersama kain yang membalutnya, tapi matanya langsung membulat karena dia melihat sesosok tubuh yang memakai jubah hitam lengkap dengan kerudungnya, tangannya memegang keris dan wajahnya yang tertutup kerudung adalah tengkorak.
“Bebas.....akhirnya....aku bebas....sekarang aku sudah bebaaaaaaas,” ujarnya dengan suara berat mengerikan namun dia terlihat senang. Sementara itu, Reno, Dewi dan Felis melihatnya dengan sangat ketakutan,
“Re...Ren, kita bebasin apa ini ?” tanya Dewi terbata sambil berpelukan dengan Felis dan Reno.
“Ga..tau...gue ga tau,” jawab Reno ketakutan dan memeluk Dewi juga Felis di sebelahnya.