Blurb :
Ling, seorang Raja Legendaris yang bisa membuat semua orang bergetar saat mendengar namanya. Tak hanya orang biasa, bahkan orang besar pun menghormatinya. Dia adalah pemimpin di Organisasi Tempur, organisasi terkuat di Kota Bayangan. Dengan kehebatannya, dia dapat melakukan apa saja. Seni beladiri? Oke! Ilmu penyembuhan? Oke! Ilmu bisnis? Oke!
Namun, eksperimen yang dia lakukan menyebabkan dirinya mati. Saat bangun, ternyata ia bereinkarnasi menjadi pria bodoh dan tidak berguna yang selalu dihina. Bahkan menjadi tertawaan adalah hal yang biasa.
Popularitas yang selama ini ia junjung tinggi, hancur begitu saja. Mampukah ia membangun kembali nama besarnya? Atau mungkin ia akan mendapat nama yang lebih besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daratullaila 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kalian Semua Gagal dalam Tes Ini
Wuzhou segera menarik tangan Lu Yan. Ia tidak ingin berhadapan dengan Ling saat ini. Mengingat kemenangan Ling kemarin dan melihat ia membaca buku dengan begitu serius sekarang, membuat Wuzhou semakin ingin mengalahkan Ling.
"Jangan cari masalah dengannya. Orang dari Kota Bayangan itu menyukainya. Jika kita mengganggunya sama saja mengganggu orang dari Kota Bayangan," ucap Wuzhou menjelaskan.
Lu Yan menghela napas kasar. "Apa gunanya mengalah? Dia hanya bisa berlindung dibawah orang besar. Lihat saja saat di rumah nanti, aku akan melaporkannya pada Ayah," ucap Lu Yan kesal.
Wuzhou menggelengkan kepalanya. "Lebih baik baca buku. Lima menit lagi akan tes. Cepat. Aku tidak mau kalah lagi darinya," ucap Wuzhou menyerahkan buku pada Lu Yan. Akhirnya mereka membaca bersama di luar kelas.
*
"Bukankah tunanganmu semakin berani?" tanya Liam yang masih kesal.
Ling menghela napas malas. Kilatan tajam muncul dari matanya. "Biarkan saja dia asal tidak melewati batas," jawab Ling dingin.
"Huh dia akan menyesal. Mengapa kau tak langsung memutuskan pertunangan dengannya? Aku lihat kau malah kasihan dengannya," cibir Liam semakin kesal.
Su Qiang tiba-tiba bangkit dari kursinya. "Tuan Muda Zhuo, Tuan Muda Chen, terimakasih atas tempat duduknya. Aku akan kembali," ucap Su Qiang sambil membungkukkan badan. Ia segera kembali ke mejanya. Ia sadar Lu Yan masih menargetkannya. Ia tak ingin orang lain terlibat.
Liam heran melihat kepergian Su Qiang. "Jangan sungkan. Kita adalah teman," ucap Liam pada Su Qiang.
Teman? batin Su Qiang.
Su Qiang menundukkan kepalanya. Wajahnya memerah saat ini. Ia tidak ingin ada orang yang mengetahui betapa tidak tahu dirinya dia bisa tersipu pada Tuan Muda Zhuo. Ia pun melanjutkan membaca bukunya.
"Ling, menurutmu kacamata Su Qiang memang tertinggal atau karena kejadian tadi pagi?" tanya Liam.
Ling menjawab malas, "Jika kau memang kasihan kau belikan saja dia kacamata. Kau kan Tuan Muda kaya."
"Baiklah. Nanti kau temani aku membeli kacamata untuknya," ucap Liam. Ia lanjut membaca.
Lima menit berlalu. Saat bel berbunyi, semua siswa sudah duduk rapi di tempatnya. Hukuman kemarin benar-benar membuat mereka jera.
Dua orang wanita memasuki kelas. Salah satu diantara mereka membawa laptop, itu adalah Yu Bin. Yang satu lagi membawa kertas dan pena, itu adalah Zhuo Xia.
"Baiklah saya akan menjelaskan tentang tes hari ini," ucap Yu Bin. Ia berdiri di depan kelas. Matanya menatap tajam ke arah semua murid di depannya.
"Tes hari ini tentang ekonomi. Setiap tes memiliki level easy, medium, dan hard. Setiap level masing-masing memiliki 5 pertanyaan. Setiap satu pertanyaan yang dijawab dengan benar, akan ada suara pemberitahuan yang berbeda pula. Skor 1 berbunyi *Nice, skor 2 berbunyi Good, skor 3 berbunyi Great, skor 4 berbunyi Super, dan skor 5 berbunyi Excellent*," jelas Yu Bin. Ia berhenti sejenak sambil memperhatikan para siswa.
"Level easy akan lolos dengan total skor 20. Level medium akan lolos dengan total skor 15. Level hard akan lolos dengan total skor 10. Apakah sudah jelas?" tanya Yu Bin setelah selesai memberi penjelasan.
Semua murid tak menjawab. Sekarang mereka masih mencerna semua penjelasan Yu Bin. Sebenarnya penjelasan itu sangat jelas, tapi terlalu panjang.
Setelah beberapa waktu, mereka malah sibuk berbisik satu sama lain tentang penjelasan Yu Bin. Menurut mereka tes ini sangat ketat. Tak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Keadaan sekarang sedikit ricuh. Mereka mengabaikan dua wanita yang ada di depan.
Ada yang saling protes, tapi hanya berani di belakang. Ada yang mencuri kesempatan untuk membaca buku. Ada yang sama sekali tak peduli dan hanya bermain ponsel. Setiap siswa berada dalam dunianya sendiri.
Yu Bin yang melihat keadaan ini sedikit menahan emosinya. Ia adalah orang yang selalu mendapat penghormatan. Ia tak pernah diabaikan seperti ini. "Ehm," Yu Bin berdeham untuk menegur mereka. Namun mereka tetap mengabaikannya.
"Jika ada yang ingin ditanyakan, silahkan bertanya," ucap Yu Bin mencoba menenangkan keadaan. Namun, bukannya tenang, suara di ruangan semakin berisik. Mereka saling tunjuk untuk siapa yang bertanya.
"Wuzhou, lebih baik kau saja yang bertanya," usul pria berkacamata.
"Ya, Wuzhou. Kamu yang bertanya," ucap Lu Yan meyakinkan Wuzhou.
"Baiklah," jawab Wuzhou. Ia mengumpulkan keberanian.
Brak!
Namun sebelum Wuzhou sempat mengangkat tangan untuk bertanya, Zhuo Xia menggebrak meja.
Zhuo Xia sedikit tak sabar melihat hal ini. Bisa-bisanya mereka mengabaikan pengajar mereka. Wajahnya terlihat santai, tapi tatapan matanya seperti ingin membunuh. Ia bangkit dari duduknya dan berdiri di samping Yu Bin.
"Kalian semua gagal dalam tes ini!" ucapnya dingin. Ia meninggalkan kelas.
*
Ling dan Liam sedang berada di kantin arena pelatihan. Mereka menikmati nasi goreng yang menjadi menu favorit di sini.
"Apa kau tidak sedih gagal dalam tes?" tanya Liam sambil memakan nasi goreng.
"Tidak," jawab Ling singkat.
Setelah Zhuo Xia meninggalkan kelas, Yu Bin juga segera membereskan barang-barangnya. Sebelum keluar kelas, ia memberikan tatapan mematikan pada para siswa. Mereka benar-benar telah menyinggung orang dari Kota Bayangan.
Saat itu, keadaan kelas semakin ricuh. Setiap orang saling menyalahkan satu sama lain. Padahal itu adalah kesalahan bersama. Mereka tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan.
"Apakah kepala keluarga besar akan diam saja melihat hal ini? Mungkin, malah kepala keluarga besar yang akan meminta maaf. Apalagi Nona Yu adalah orang penting di kota ini. Belum lagi Nona Zhuo dan Tuan Yuan yang dari Kota Bayangan. Aku pikir masalah ini tak akan sederhana," gumam Liam.
Ling tak menanggapinya. Ia lebih memilih membaca buku setelah selesai makan. Walaupun tidak jadi tes, ia tak menyesal telah membaca banyak buku. Pikirannya sudah tercerahkan dan dia sudah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menurutnya sulit untuk dijabarkan.
"Apakah Kakekmu sudah mengembalikan kartumu?" tanya Liam.
"Sudah," jawab Ling singkat.
"Kalau begitu, makanan ini kau yang traktir," ucap Liam ingin mengerjai Ling.
"Baiklah," Ling menyetujui dengan cepat. Matanya masih fokus membaca buku.
Liam sedikit kesal. Ling sama sekali tidak bisa diajak santai. Padahal sebelum masuk dia sudah membaca buku, tapi sekarang membaca lagi. Lama-lama Liam hanya diabaikan olehnya.
Saat Liam sedang mengamati keadaan kantin, ia melihat Su Qiang seperti kebingungan mencari tempat duduk.
"Su Qiang!" teriak Liam.
Su Qiang menoleh ke arahnya. Ia terlihat menyipitkan mata untuk melihat jelas siapa yang memanggil. Namun nihil, pandangannya tetap kabur.
"Ayo kemari!" ajak Liam masih berteriak.
Su Qiang yang memang kebingungan mencari tempat duduk akhirnya mendatangi Liam. Ia berjalan perlahan sambil membawa bekal di tangannya. Saat ia tersenyum, senyum itu terlihat manis.
sibuk mengurusi orang lain, mengabaikan orang yang mencintai nya yg melakukan apapun untuk dirinya, saya rasa MC termasuk dalam katagori ap normal
Ya,, orang iri memang susah untuk membuka mata dan hati.