NovelToon NovelToon
Dendam Berakhir Cinta.

Dendam Berakhir Cinta.

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Angst
Popularitas:2.9M
Nilai: 4.6
Nama Author: selvi serman

Danisha Putri atau yang akrab di sapa Anis, tidak menyangka niatnya ingin menolong persalinan seorang wanita yang menderita keracunan kehamilan justru berujung menjadi sasaran balas dendam dari seorang pria yang merupakan suami dari wanita tersebut, di kala mengetahui istrinya meregang nyawa beberapa saat setelah mendapat tindakan operasi Caesar, yang di kerjakan Anis.


Tidak memiliki bukti yang cukup untuk membawa kasus yang menimpa mendiang istrinya ke jalur hukum, Arsenio Wiratama memilih jalannya sendiri untuk membalas dendam akan kematian istrinya terhadap Anis. menikahi gadis berprofesi sebagai dokter SP. OG tersebut adalah jalan yang diambil Arsenio untuk melampiaskan dendamnya. menurutnya, jika hukum negara tak Mampu menjerat Anis, maka dengan membuat kehidupan Anis layaknya di neraka adalah tujuan utama Arsenio menikahi Anis.


Mampukah Anis menjalani kehidupan rumah tangga bersama dengan Arsenio, yang notabenenya sangat membenci dirinya???.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dokter juga manusia.

Sudah setengah jam setelah Anis meminum obat penurun panas, namun suhu badannya belum juga turun sehingga Ansenio pun berinisiatif untuk mengompresnya.

"Apa anda membutuhkan sesuatu, tuan??." tanya salah seorang ART ketika melihat kedatangan Ansenio di dapur.

"Istri saya sedang demam, tolong siapkan air hangat serta kain kompres lalu antarkan ke kamar saya!!." titah Ansenio.

"Baik tuan." jawab ART tersebut, sebelum kemudian pamit untuk segera menyiapkan sesuatu yang dibutuhkan Ansenio. Sementara Ansenio segera kembali ke kamarnya.

Kini Ansenio telah berada di kamarnya.

Ansenio menatap wajah Anis yang tengah memejamkan matanya. "Bukankah alasan aku menikahinya karena ingin membuatnya menderita, tapi kenapa aku justru tidak tega melihatnya dalam kondisi seperti ini??." lirih Ansenio dalam hati. "Lalu kenapa aku merasa tidak suka jika ada pria lain yang menyentuhnya." lanjut lirih Ansenio, ketika bayangan Armada mengusap air mata di pipi Anis kembali terlintas di benaknya

Suara ketukan pintu dari arah luar membuyarkan lamunan Ansenio, pria itu lantas menoleh ke sumber suara. "Masuk !!." tuturnya.

"Ini air hangat serta kain kompres yang anda minta, tuan." bibi pun menyerahkan sebuah baskom kecil yang berisikan air hangat serta sebuah handuk kecil pada Ansenio.

"Terima kasih, bi." ucap Ansenio seraya menerima baskom kecil dari tangan bi Rati.

Sejenak ART yang bernama bi Rati tersebut memandang ke arah Anis yang kini memejamkan matanya di atas tempat tidur.

"Kasian sekali kamu, Non. Non Anis pasti merasa tertekan menghadapi sikap tuan Ansenio." lirih bibi dalam hati, ia tak tega melihat Anis dalam kondisi seperti saat ini. Sebagai salah satu ART di rumah itu tentunya bi Rati pernah melihat bagaimana sikap majikannya itu terhadap Anis. Kejadian tempo hari ketika Anis terpaksa harus basah kuyup di bawah guyuran hujan akibat perlakuan dari majikannya itu pun masih teringat jelas di ingatan bi Rati.

"Bi...bibi." seruan dari Ansenio akhirnya membuyarkan lamunan bi Rati.

"Iy_iya tuan."

"Tolong buatkan bubur untuknya." pinta Ansenio dan Bi Ratu pun mengiyakannya. Kini bi Rati kembali ke dapur untuk membuatkan bubur untuk Anis.

Berulang kali mengompres dahi Anis akhirnya suhu badan wanita itu pun perlahan mulai berangsur turun.

"Kenapa kau masih saja tidak mendengar peringatan dariku, kau masih saja bertemu dengan pria itu?? Memangnya apa kelebihan pria itu di bandingkan denganku, aku bahkan jauh lebih tampan darinya." gumam Ansenio dengan nada narsistik di hadapan Anis, dan tentunya Anis tak dapat mendengarnya sebab kini ia tengah terlelap di bawah alam bawah sadarnya.

Drt

Drt

Drt.

Tadi Ansenio sengaja mengganti dering ponselnya ke mode getar agar tidak sampai menggangu Anis jika tiba-tiba saja berdering, dan benar saja kini ponselnya bergetar tanda seseorang tengah melakukan panggilan di ponselnya.

"Fajri." gumam Ansenio saat melihat nama kontak pemanggil di ponselnya.

Ansenio sedikit menjauh dari Anis sebelum kemudian menggeser ke atas ikon hijau pada ponselnya untuk menerima panggilan dari Fajri.

"Sudah pukul berapa sekarang, kenapa kau belum datang juga??." baru saja panggilan tersambung dari seberang sana Fajri sudah mencecar Ansenio.

"Sorry, sepertinya aku tidak bisa bergabung bersama kalian hari ini." jawab Ansenio.

"Memangnya kenapa?? Apa yang terjadi??." tidak biasanya Ansenio seperti itu sehingga membuat Fajri yang merasa penasaran lantas bertanya.

"Istriku sedang demam." beritahu Ansenio alasan mengapa ia tak bisa bergabung bersama ketiga sahabatnya itu untuk nongkrong di cafe biasa.

"What istri??? Sejak kapan kau menganggapnya istri??." sindir Fajri, untungnya ketika hendak menghubungi Ansenio, Fajri menjauh dari Hansel dan juga Mike, sehingga kedua sahabat mereka tersebut tidak dapat mendengar obrolan keduanya.

"CK...memang kenyataannya dia istriku kan." Ansenio berdecak kesal, ia tahu betul jika saat ini sahabatnya itu sengaja menyindirnya dengan pertanyaan bodoh itu.

"Iya ...Iya.... Rawatlah istrimu dengan baik kawan, siapa tahu saja dia sakit karena sedang mengandung buah hati kalian." ucap Fajri asal bicara saja, lalu kemudian memutuskan sambungan teleponnya.

Tanpa sepengetahuan Fajri kini Ansenio justru kepikiran dengan ucapannya.

"Hamil??? Apa mungkin dia sampai sakit seperti ini karena sedang hamil?? Tapi apa mungkin, bukankah kami belum genap sebulan menikah." Ansenio terdengar bermonolog setelah sambungan teleponnya terputus.

Tak berselang lama, bi Rati pun kembali ke kamar Ansenio untuk mengantarkan bubur hangat, dan secara bersamaan Anis pun baru saja membuka mata. Melihat Anis sudah terbangun Ansenio lantas meminta bi Rati untuk menyuapi bubur itu untuk Anis, sementara ia sendiri beranjak meninggalkan kamarnya.

"Maaf, sudah merepotkan bibi." ucap Anis merasa sungkan.

"Bibi sama sekali tidak merasa direpotkan Non, lagian hanya membuat semangkuk bubur apa susahnya." kata bi Rati yang tidak ingin Anis merasa sungkan padanya.

"Terima kasih juga karena bibi sudah mengompres saya, kalau tidak di kompres mungkin suhu tubuh saya belum turun, bi." ucap Anis.

"Kalau itu sih bukan bibi yang melakukannya Non, tapi tuan Ansenio yang melakukannya." Anis dibuat tertegun mendengarnya, seakan tak percaya seorang Ansenio Wiratama mau repot repot mengompresnya.

"Tuan Ansenio yang melakukannya ,bi??." kembali tanya Anis memastikan ia tak salah dengar akan penyampaian dari Bi Rati, dan bi Rati pun mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan dari Anis.

"Tuan Ansenio yang telah mengompresku??." lirih Anis dalam hati, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja di sampaikan oleh Bi Rati.

"Non...Non Anis..." lambaian Bi Anis di depan wajahnya menyadarkan Anis dari lamunannya.

"Iy_ iya bi."

"Non Anis melamun???."

"Tidak kok Bi." sahut Anis, lalu kemudian mulai membuka mulutnya saat bi Rati mulai menyuapkan bubur untuknya.

Anis hanya memakan beberapa suap saja, setelahnya Anis pun menggelengkan kepalanya. "Cukup bi, saya sudah kenyang." ucapnya.

"Tapi anda baru memakan buburnya beberapa suap, Nona." kata bi Rati.

Melihat Anis yang benar benar tidak ingin lagi memakan buburnya akhirnya bi Rati pun tak ingin memaksanya.

Bi Rati pamit pada Anis untuk membawa mangkuk bubur ke dapur dan Anis mengiyakannya. Ketika berada di depan pintu kamar bi Anis berpapasan dengan Ansenio yang berniat masuk ke kamarnya.

Pandangan Ansenio tertuju pada mangkuk bubur di tangan bi Rati. "Apa dia tidak mau makan, bi??." dengan wajah datar bahkan nyaris tanpa ekspresi Ansenio bertanya.

"Non Anis hanya memakan buburnya beberapa sendok saja tuan, katanya masih enggak selera makan." jawab bi Rati apa adanya.

Setelahnya, Bi Rati pun pamit melanjutkan langkahnya menuju dapur, sedangkan Ansenio sendiri kembali melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar.

Ceklek.

Mendengar suara pintu kamar dibuka dari arah luar Anis yang tengah duduk bersandar pada bahu tempat tidur sontak saja menoleh ke arah pintu.

"Kenapa tidak mengabiskan buburnya???."

"Maaf tuan, saya tidak berselera."

Mendengar jawaban Anis Sontak saja Ansenio teringat akan ucapan Fajri di telepon tadi.

"Kapan terakhir kau datang bulan??." pertanyaan Ansenio mampu memancing kerutan halus di dahi Anis.

Sayang sayangku jangan lupa dukung karya recehku dengan cara like, koment, vote, give and subscribe ya.....!!!! Biar aku makin semangat berkarya 😘😘😘😘 dan jangan juga untuk memberi ulasan 🥰🥰🥰🥰

1
Katarina Istinganah
kelihatan seru deh
Nurul Islamiati
Luar biasa
Nersi Ika nilasari
Buruk
Nersi Ika nilasari
nama nama dalam hampir mirip seharusnya beda thor biar tambah greget😘
Amoy Ima
mulai posesif
Amoy Ima
tidak sah pernikahan nya thoor,,orang tua kandung Anis masih hidup...
Hearty 💕
tuhan harusnya huruf t nya besar Tuhan
Hearty 💕
Tapi itu dulu yaaaa
Hearty 💕
Anis peka dong.... biar galak juga udah perhatian
Lisa: Sampai saat ini,ini salah satu novel yg biar berkali-kali dibaca ttp sedih dan meneteskan air mata,mngandung bawang merah bngett😭😭
total 1 replies
Roro Kdp
Luar biasa
Hearty 💕
Semoga tanda² kehamilannya diketahui Ansenio (peka)
Berry_berry
Luar biasa
Yuna DR⚜️
sama dila aja pak niksh
Yuna DR⚜️
sandiwara kamu buat ngakak wkwk
Isya Alam
d tunggu ya kelanjutannya
aryuu
bayinya kok ga nangis ya .. pdhal bapaknya teriak
aryuu
si anda disini tuh bosnya?? apa pacar
aryuu
ini bank atau rentenir ya/Slight/
Hearty 💕
Mengakuin😀
Hearty 💕
Secepat itukah 🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!