Sequel Belenggu Cinta Pria Bayaran.
Dikhianati sang kekasih dan melihat dengan mata kepalanya sendiri wanita yang dia cintai tengah bercinta dengan pria yang tak lain sahabatnya sendiri membuat Mikhail Abercio merasa gagal menjadi laki-laki. Sakit, dendam dan kekacauan dalam batinnya membuat pribadi Mikhail Abercio berubah 180 derajat bahkan sang Mama sudah angkat tangan.
Hingga, semua berubah ketika takdir mempertemukannya dengan gadis belia yang merupakan mahasiswi magang di kantornya. Valenzia Arthaneda, gadis cantik yang baru merasakan sakitnya menjadi dewasa tak punya pilihan lain ketika Mikhail menuntutnya ganti rugi hanya karena hal sepele.
"1 Miliar atau tidur denganku? Kau punya waktu dua hari untuk berpikir." -Mikhail Abercio
----
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 05 - Tidak Mau Diganggu, Kecuali Dia.
Malam tak tahu arah, siang berwibawa. Ya, begitulah kalimat yang paling pas untuk mendefinisikan Mikhail Abercio. Sempat membuat sang mama gila tadi malam, kini dia sudah begitu rapi dan menjalankan perannya.
Semua karyawan menundukkan kepala sebagai tanda hormat kala pria itu memasuki loby perusahaan. Kacamata hitam yang bertengger di hidung bangirnya menambah kadar ketampanan pria itu hingga membuat jiwa wanita-wanita di sana bergejolak seketika.
Dasar manusia bodoh, sampai kapan mereka akan terus memujiku.
Mikhail berseru dalam hati dan mulai merasa terusik dengan bisik-bisik karyawannya. Dia paling benci wanita yang kerap cari perhatian dan terlalu berlebihan dalam segala hal.
Muak dengan pujian, selama ini mereka tergila-gila pada sosok Mikhail bahkan sejak Ibra mengumumkan dirinya sebagai penerus MN Group ketika umurnya menginjak 17 tahun.
Di iringi Bryan, asisten pribadi yang membantunya di dunia pekerjaan. Keduanya terlihat mencolok setiap harinya, walau sifat pemarah Mikhail cukup disegani akan tetapi ketampanannya tidak bisa luntur karena alasan itu.
"Oh s-hit!! Bryan ... apa begitu terlihat?" tanya Mikhail ketika dia tiba di ruangannya, menyembunyikan lingkar mata yang menghitam akibat kurang tidur tadi malam ternyata cukup menyebalkan.
"Sedikit, tapi tidak mengurangi kadar ketampanan Anda."
Bryan menecebikkan bibirnya, sedikit heran dengan tingkah Mikhail yang berusaha tetap terlihat tampan padahal dia tidak suka pujian wanita-wanita yang di sekelilingnya.
"Ck, bukan itu maksudku!! Sekalipun mataku pakai perban aku memang tetap tampan," tukasnya kemudian, padahal Bryan sudah menjawab sebaik mungkin dan berharap hati Mikhail akan tersentuh.
"Benar juga," sahut Bryan mengalah, memang kenyataannya demikian. Bosnya tampan, dan dia akui itu.
"Keluarlah, hari ini aku tidak ingin diganggu ... pastikan tidak ada yang masuk, paham?"
"Termasuk Jenny?"
Mikhail mengangguk, hari ini dia tidak ingin hiburan ataupun belaian manja wanita itu. Wanita bodoh yang rela menjadi pemuas tanpa status jelas darinya.
Cukup mudah, permintaan Mikhail hari ini sepertinya ringan-ringan saja. Bryan berlalu keluar, namun baru saja hendak membuka pintu panggilan dari pria itu menghentikkan langkahnya.
"Ada lagi?"
"Panggilkan anak magang yang kemarin," titahnya kemudian, dan Bryan menghela napas pelan kala bosnya mulai memperlihatkan tanda-tanda tak beres.
"Anda ingin ganti wanita?" tanya Bryan kemudian, jika biasanya wanita yang meminta kali ini cukup berbeda.
"Ck, ganti apanya? Dia merusak mobilku, harus gantilah."
Mikhail bicara dengan nada yang sedikit berbeda, dia kesal dan perkataan Bryan membuatnya tertampar seakan pria paling kotor.
"Bukannya Anda minta dua hari?" tanya Bryan kemudian, padahal dengan jelas Mikhail mengatakan hal itu padanya di perjalanan pulang dan meminta Bryan mencatatnya sebagai agenda penting.
"Suka-suka aku, yang bos di sini siapa?"
"Anda, Pak." Bryan menyerah, tampaknya Mikhail benar-benar ingin mencoba hal baru.
"Cepat sana ... aku tidak suka penolakan." Pria itu mulai sok sibuk dengan menatap monitor di depannya.
Bryan menunduk dan berlalu kemudian, meski bosnya sedikit labil pagi ini tapi tidak apa. Bukan hal sulit untuk memanggil anak magang, pikirnya.
-
.
.
.
Sudah 20 menit Valenzia berada di ruangannya, duduk di hadapannya dan Mikhail tanpa mengatakan apapun. Dia terlihat sibuk sekali dengan dokumen-dokumen yang tidak bisa Valenzia pahami.
Valenzia sudah bertanya sejak awal, namun Mikhail memang hanya memintanya untuk diam dan menunggu. Kekuasaan pemimpin memang kerap semena-mena, jujur saja kali ini Valenzia benar-benar mengurut dada.
"Pak."
"Hm? Sebentar, Zia ... tetap diam disana apa susahnya."
Valenzia mengerutkan dahi, telinganya bermasalah atau bagaimana. Caranya bicara berbeda, dan panggilannya sudah tidak lagi mengeja seperti kemarin.
"Sampai kapan? Tugas saya banyak loh, Pak." Memang banyak, ada banyak hal yang harus dia selesaikan baik itu dari kantor maupun dari luar.
"Sampai aku selesai," jawabnya tanpa menatap lawan bicara, sungguh Valenzia dibuat bingung dengan hal semacam ini.
Ini belum dua hari, dan Mikhail sudah memintanya kembali. Padahal, kemarin jelas-jelas pria itu sendiri yang mengatakan jangan datang jika Valenzia belum menentukan pilihan.
Hari ini dunianya lumayan kacau, pergi dari kost pagi-pagi buta menuju kost Erika sudah membuatnya sedikit lelah. Dan kini Mikhail melakukan hal yang membuatnya bertanya-tanya.
Brak
"Selesai! Kita bisa bicara." Mikhail menggebrak meja dan berhasil membuat Valenzia terperanjat kaget.
"Santai kan bisa, dia gangguan mental apa gimana sebenarnya?" Valenzia mengelus dada, tingkah Mikhail benar-benar tidak bisa ditebak.
"Sebelumnya aku ingin bertanya, kamu tidak punya baju selain itu?"
"Ini baju yang berbeda, hanya sama warnanya."
Perhatian sekali sampai bajupun dia komentari, baru kali ini ada pria yang protes tentang apa yang dia gunakan. Pria itu hanya mengangguk pelan mendengar pernyataan Valenzia.
"Tadi malam aku teringat ucapanmu, sepertinya keputusanmu bisa ditebak."
Valenzia terdiam, hendak menjawab apa karena dua-duanya bukan pilihan. Uang atau dirinya, keduamya tidak bisa dia berikan begitu saja pada Mikhail.
"Aku tidak akan menidurimu secara gratis ... 500 juta akan aku kirim ke rekeningmu jika mau."
"Woah!! Eh." Valenzia menepuk bibirnya kemudian.
Mikhail menarik sudut bibir, mata Valenzia berbinar ketika mendengar nominal yang dia janjikan. Seperti yang dia duga, wanita memang sama saja.
"500 juta?"
"Hm, kurang?" tanya Mikhail bersandar di kursi sembari menatap teliti wanita di hadapannya.
Cantik, menarik dan ada hal yang sangat-sangat Mikhail inginkan dari Valenzia. Dia terlihat polos, sederhana tapi sedikit bodoh, Mikhail tengah menerka.
Valenzia belum menjawab lagi, sejak kemarin dia memikirkan cara agar bisa dapat uang dengan cepat. Hutang kepada bosnya lumayan begitupun dengan beberapa temannya.
Biaya hidup adik-adiknya, tuntutan sang Ibu yang selalu meminta uang setiap minggu dengan alasan pengobatan ayahnya, belum lagi uang kuliah dan masih banyak hal yang harus dia selesaikan dengan uang.
500 juta adalah jumlah fantatis baginya, 50 juta saja sudah cukup untuknya sekarang. Lalu dengan uang 500 juta mungkin dia bisa melakukan banyak hal, pikirnya.
"Satu ... dua ... ti ...." Mikhail mulai menghitung dan dia tidak sabar menanti keputusan Valenzia. Mahal sekali dia menghargai wanita di depannya kini, yang Mikhail cari kali ini memang hanya kesenangan.
"Saya bukan wanita bayaran, Pak."
Jawaban Valenzia pada akhirnya dan membuat Mikhail menatapnya kecewa, pria itu mengepalkan tangan dan baru kali ini ada wanita yang menolaknya. Padahal, harga yang Mikhail tawarkan sebegitu besarnya.
"Permisi!! 1 Miliar ... akan saya cari, besok pagi kan?" Valenzia beranjak dan berlalu dengan langkah panjang, spontan Mikhail berdiri dan mengejar langkah wanita itu.
"Zia tunggu!!" Sejurus kemudian Mikhail menarik pergelangan tangannya hingga Zia meringis lantaran tubuhnya membentur dada Mikhail.
"Aaww, lepaskan!!"
"Kamu berani menolakku?!" tanya Mikhail dengan mata tajamnya, baru ditolak begini dan dia kembali merasa gagal menjadi laki-laki.
"Anda sadar yang saat ini Anda lakukan termasuk pelecehan? Bapak bisa saya penjarain loh."
"Pelecehan? Baiklah ... kita lihat apa kau mampu membuktikan kata-kata dari mulutmu ini," tuturnya penuh penekanan sembari menyentuh bibir ranum Valenzia dengan jemarinya.
Tbc