NovelToon NovelToon
Hidupku Seperti Dongeng

Hidupku Seperti Dongeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Teen School/College / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan
Popularitas:699
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Kisah berawal dari gadis bernama Inara Nuha kelas 10 SMA yang memiliki kutukan tidak bisa berteman dengan siapapun karena dia memiliki jarum tajam di dalam hatinya yang akan menusuk siapapun yang mau berteman dengannya.

Kutukan itu ada kaitannya dengan masa lalu ayahnya. Sehingga, kisah ayahnya juga akan ada di kisah "hidupku seperti dongeng."

Kemudian, dia bertemu dengan seorang mahasiswa yang banyak menyimpan teka-tekinya di dalam kehidupannya. Mahasiswa itu juga memiliki masa lalu kelam yang kisahnya juga seperti dongeng. Kehadirannya banyak memberikan perubahan pada diri Inara Nuha.

Inara Nuha juga bertemu dengan empat gadis yang hidupnya juga seperti dongeng. Mereka akhirnya menjalin persahabatan.

Perjalanan hidup Inara Nuha tidak bisa indah sebab kutukan yang dia bawa. Meski begitu, dia punya tekad dan keteguhan hati supaya hidupnya bisa berakhir bahagia.

Inara Nuha akan berjumpa dengan banyak karakter di kisah ini untuk membantu menumbuhkan karakter bagi Nuha sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 Hidupku Seperti Dongeng

"Ugh! Sakit.."

"Perutku, sakiiitt.."

Nuha memeluk perutnya dan berguling ke kanan ke kiri di atas kasur karena merasa tidak nyaman. Meringkuk kesakitan menahan rasa sakit yang amat perih di dalam perutnya. "Uuh.. sakit.." keluhnya.

Sementara itu, Naru sudah rapi dan wangi dengan seragam SMA-nya. Setelah selesai, dia menghampiri Nuha yang masih tertidur di kasur. Melihat Nuha berguling dan hampir saja terjatuh dia langsung melompat sigap untuk menangkap tubuhnya. "Ops! Bahaya sekali." Ucapnya.

"Sakit.. Perut aku sakit.." keluh Nuha.

"Apa kamu mimpi indah, Nuha?" Tanya Naru.

Nuha mengangguk tapi dia masih terus meringkuk kesakitan. "Perutku sakit, Naru."

"Kenapa?" Naru kembali menaruh tubuh Nuha di atas kasur. "Mana yang sakit?" Tanyanya.

"Di sini, perih banget." Kata Nuha, masih terus menahan perutnya sebelah kiri.

Naru membantu mengecek dengan menekan perut Nuha bagian atas tepat di ulu hati. "Di sinikah?" Tanyanya.

"Au, sakit Naru!"

"Iya, maaf. Kan aku bantu ngecek. Kamu laper tuh, saking lapernya perut kamu kan jadi sakit. Aku akan ke bawah untuk mengambilkan makanan." Lalu, Naru berjalan menuju laci di meja belajarnya. Dia mengambil sesuatu di sana. Juga mengambilkan air putih di dispenser dekat meja belajarnya.

"Minum obat dulu." Pinta Naru. "Supaya nyeri dan rasa sakitnya hilang, kamu harus tidur lagi." Lanjutnya sembari membaringkan tubuh Nuha dan menyelimutinya dengan rapi.

"Apa kamu dokter, Naru?" Tanya Nuha.

"Yup. Jadi kamu harus nurut apa kata dokter, Pasienku tersayang." Balas Naru.

"Ter? Apa?"

"Hehe, enggak kok. Dah, tidurlah dulu aku akan ambilkan makan di bawah." Pungkas Naru.

Setengah jam berlalu, Naru sudah membawakan makanan dan menaruhnya di atas meja belajarnya. Nuha terlihat kembali tidur dengan nyenyak. "Ya ampun. Dia bisa kembali tidur nyenyak sekali."

"Nuha, bangun. Ayo sekolah."

Nuha malah menarik selimut dan beralih membelakangi Naru. Dia kembali tidur.

"Nuha.. lihat aku. Aku udah rapi ini. Ayo sekolah, ato mau aku antar pulang?"

Nuha menjawab dengan posisi tidurnya, "Kamu bohong, Naru. Aku gak mau sekolah. Aku gak mau ngapa-ngapain. Aku gak mau pulang. Titik."

Naru menunduk karena bingung, lalu dia memerintahkan Nuha untuk geser. "Geser."

Nuha segera menggeser tubuh miringnya seperti ulat bulu. "Mau apa?" Tanyanya.

Pemuda itu, membuka selimut di belakang Nuha dan masuk ke dalamnya. "Uwa!" Nuha langsung tersentak kaget.

"Kamu hangat, Nuha." Kata Naru sambil memeluk kekasihnya dari belakang.

"Um.." Nuha hanya terdiam.

Mereka berdua jadi tertidur lagi di pagi hari yang masih dingin ini. Tidak peduli hari ini harus sekolah atau pulang, dunia terasa hanya milik mereka berdua.

Setelah beberapa saat, Nuha terbangun lebih dulu. Rasa sakit di perutnya sudah agak mereda berkat obat yang diberikan Naru. Dia berbalik melihat Naru yang masih tertidur di sampingnya dengan wajah yang tenang. Nuha tersenyum kecil, merasa sangat bersyukur memiliki Pangeran Cinderellanya.

Dengan hati-hati, Nuha keluar dari tempat tidur, menarik selimut menutupi tubuh Naru agar tetap hangat. Ia berjalan ke meja belajar dan melihat makanan yang dibawakan Naru. "Aku harus makan ini, biar perutku gak sakit lagi," pikirnya.

Setelah makan, Nuha melihat-lihat meja belajar Naru yang sangat panjang berbentuk sudut itu. Ada kertas HVS di sisi rak meja. Dia mengambilnya satu lalu mencoba menggambar. Nuha sangat pandai menggambar seperti ayahnya.

Nuha mulai mencoret-coret kertas dengan pensil yang ada di meja, menggambar wajah Naru yang sedang tidur. Setiap garis yang ia tarik, memperlihatkan detail wajah Naru yang damai. Ia sangat menikmati setiap goresan, merasa lebih rileks dan tenang.

Setelah beberapa menit, Nuha menyelesaikan gambar wajah Naru. Ia tersenyum puas melihat hasil karyanya. "Lumayan bagus," pikirnya. Dia kemudian melipat gambar tersebut dan menaruhnya di meja, berharap Naru akan menemukannya nanti.

Nuha kembali ke tempat tidur dan berbaring di samping Naru. Ia merasa lebih baik setelah makan dan menggambar. Naru masih tertidur dengan nyenyak, wajahnya tampak damai. Nuha tak bisa menahan senyum saat mata galaksinya melihat betapa tenangnya kekasihnya tidur. Ia memeluk Naru dengan lembut, menikmati kehangatan yang dirasakannya.

Tak lama kemudian, Naru terbangun. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda. Ketika membuka matanya, ia melihat Nuha yang sedang memeluknya. "Nuha, kamu sudah bangun?" tanyanya dengan suara serak. Mata merahnya begitu teduh memandang.

"Iya, aku udah merasa lebih baik," jawab Nuha sambil tersenyum. "Terima kasih udah menjaga aku."

Naru tersenyum kembali dan mencium kening Kekasihnya. "Aku senang kamu sudah merasa lebih baik. Apa yang ingin kamu lakukan sekarang?"

Nuha berpikir sejenak. "Gimana kalau kita nonton film? Aku mau menghabiskan waktu bersamamu" Lanjutnya dengan wajah tersipu.

"Baiklah. Hanya untuk kamu, my Princess," kata Naru dengan penuh hormat. "Aku akan ambil laptopnya kalo gitu."

Mereka kemudian menyiapkan laptop dan memilih film yang ingin mereka tonton. Film komedi romantis menjadi pilihan mereka. Sambil menonton, mereka berdua tertawa dan menikmati momen kebersamaan. Meskipun hari itu mereka tidak pergi ke sekolah, mereka merasa bahagia karena bisa menghabiskan waktu bersama.

Setelah film selesai, Nuha merasa lebih baik lagi. "Terima kasih, Naru. Kamu benar-benar membuat hariku lebih baik."

"Senang mendengarnya, Nuha. Aku juga senang bisa bersamamu hari ini."

Hari itu, meskipun tidak sempurna, menjadi salah satu hari yang paling berkesan bagi mereka berdua. Di tengah kebersamaan dan tawa, mereka menemukan betapa berharganya hubungan mereka dan seberapa besar mereka saling mendukung.

Saat matahari mulai tinggi, Nuha dan Naru memutuskan untuk tidak membiarkan hari berlalu tanpa mengerjakan sesuatu yang produktif. "Nuha, kita belajar yuk." Ajak Naru.

"Belajar? Hmm.. gak mau."

"Kenapa? Apa kamu gak suka belajar? Jangan bilang kalo kamu malas belajar yaa.." Ucap Naru penuh penekanan dengan mata melotot tajam ke arah Nuha.

"Iya-iya, aku mau belajar." Jawab Nuha. Pikirnya lebih baik nurut daripada jadi debat.

Mereka membuka buku pelajaran dan mulai belajar bersama. Naru dengan sabar menjelaskan materi yang sulit dipahami Nuha, dan Nuha merasa lebih mudah mengerti dengan bantuan Naru. Mereka tertawa dan bercanda di antara sesi belajar, membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.

Di sela-sela belajar, Nuha menunjukkan gambar Naru yang ia buat sebelumnya. "Lihat ini, Naru. Ini gambarmu saat tidur tadi," kata Nuha dengan bangga.

Naru tertegun melihat gambar tersebut. "Wah, ini bagus sekali, Nuha! Kamu benar-benar berbakat. Aku suka." katanya dengan senyum lebar. "Terima kasih sudah menggambarku."

Nuha merasa senang dan terharu. "Aku senang kamu suka. Aku menggambarnya karena aku merasa sangat bersyukur memiliki kamu."

Mereka menghabiskan sisa hari itu dengan bercanda, belajar, dan menikmati kebersamaan. Hari itu menjadi momen berharga yang akan selalu mereka kenang, sebuah pengingat bahwa di tengah kesulitan dan sakit, cinta dan dukungan dari orang terdekat bisa membuat segalanya terasa lebih baik.

1
Tara
we can not 😂predict the future..buat we can always try 🤔🫢
Tara
pemalu kah or nanti disangka sombong lagi🤔
Miu Nurhuda: Gimana kak menurutmu sifat Nuha itu?
total 1 replies
Miu Nurhuda
hope so...
masih panjang kak perjalanannya ✍✍
Tara
smoga happy ending
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!