NovelToon NovelToon
ARUNA

ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: bund FF

Tidak ada yang bisa memilih untuk dilahirkan dari rahim yang bagaimana.
Tugas utama seorang anak adalah berbakti pada orang tuanya.
Sekalipun orang tua itu seakan tak pernah mau menerima kita sebagai anaknya.

Dan itulah yang Aruna alami.
Karena seingatnya, ibunya tak pernah memanjakannya. Melihatnya seperti seorang musuh bahkan sejak kecil.

Hidup lelah karena selalu pindah kontrakan dan berakhir di satu keadaan yang membuatnya semakin merasa bahwa memang tak seharusnya dia dilahirkan.

Tapi semesta selalu punya cara untuk mempertemukan keluarga meski sudah lama terpisah.

Haruskah Aruna selalu mengalah dan mengorbankan perasaannya?
Atau satu kali ini saja dalam hidupnya dia akan berjuang demi rasa cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bund FF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

dihukum

Bau sampah sudah tercium saat mendekati ruang BP. Ruangan yang tak cukup luas itu sudah diisi oleh tiga orang siswi, yakni Mina yang duduk sambil menangis bersama dua temannya yang setia menunggui meski dengan menutup hidung.

"Ayo masuk, Run" kata Bu guru.

Aruna hanya mengangguk dan mendudukkan diri di dekat pintu.

"Kamu bisa jelaskan kenapa Mina sampai seperti itu?" tanya Bu Guru tanpa emosi.

"Dia jahat sekali, Bu" kata Mina dalam isakannya.

"Kak Tyo... Lihat deh yang anak gila ini lakukan padaku" rengek Mina begitu tahu ada Tyo di ambang pintu.

Tapi saat ingin mendekat dan memeluk Tyo, tentu Mina sadar dengan keadaannya. Lagipula Bu guru nampak menyuruhnya diam dan tenang meski hanya dengan isyarat tangan.

"Bagaimana Aruna?" tanya guru BP.

"Saya cuma membela diri Bu" kata Aruna mengawali pembelaan nya.

"Membela diri dari apa, Run? Bahkan gue nggak tega untuk sekedar mukul nyamuk. Gue cuma memperingatkan Lo doang kan tadi, tapi Lo malah bikin gue malu dan sakit seperti ini" kata Mina semakin menangis, padahal tadi Mina juga sudah akan memukul Aruna.

"Sebentar Bu" ucap Aruna sambil mengeluarkan ponsel keramatnya.

Lantas mengutak-atik layarnya dan terlihat sebuah kelegaan di wajah Aruna setelah menemukan apa yang dia cari.

"Ini sudah ada yang mengupload kejadian tadi dengan sangat lengkap. Ibu bisa lihat sendiri" kata Aruna sambil menyerahkan ponselnya pada Bu guru.

Tanpa banyak kata, Bu guru melihat video yang terputar. Video yang diupload di grub sekolah tanpa guru dan wali murid yang tergabung di dalamnya. Grup yang didirikan oleh pengurus OSIS.

Tyo sendiri jadi ikut melihat video tersebut dari ponselnya sendiri.

Bu guru bahkan menahan tawanya saat melihat bagaimana Aruna menggendong Mina seperti santa clause yang membawa kado natal.

Dan setelah melihat video itu sampai habis, Bu guru menghela nafas terlebih dahulu sebelum kembali berujar. Dan bau sampah membuatnya reflek menutupi hidung.

"Sebenarnya jika kamu tidak menyulut emosi Aruna, pasti kejadian ini tidak akan terjadi, Mina" ujar Bu Guru karena sejak tadi Mina melaporkan jika dia diserang oleh Aruna.

"Tapi dia yang bikin saya jadi seperti ini, Bu" geram Mina yang tak mau disalahkan.

"Dan ini juga, biang masalahnya sedang ada disini juga tanpa ibu panggil" ujar Bu guru sambil memperlihatkan Tyo yang masih saja berdiri di ambang pintu.

"Kejadian sebenarnya itu seperti apa sih? Bisa tolong cerita sama ibu? Kenapa sama mobil kamu Tyo? Kok Mina bisa semarah itu sama Aruna?" tanya Bu Guru, penasaran saja dengan duduk persoalannya.

Berhubung Bu guru memandangi Tyo saat bertanya, baiklah Tyo sebagai pihak netral akan menjelaskan.

"Jadi begini Bu, hari Minggu kemarin mobil yang Aruna kendarai tidak sengaja menyerempet mobil saya......." kata Tyo mengawali ceritanya.

Bu guru mendengarkan dengan baik tanpa ada satupun orang yang berani menyela.

"Oh, jadi kamu juga punya mobil Aruna?" tanya Bu guru karena Tyo tidak bercerita bahwa Aruna membawa truk kontainer.

"Nggak punya, Bu. Saya bawa mobilnya ko Acing" jawab Aruna yang mengerti jika Bu guru pasti kenal si pemilik toko bangunan itu. Ko Acing cukup berpengaruh di kota ini.

"Mobil pribadi?" tanya Bu guru.

"Kontainer Bu" jawab Aruna singkat.

"Hah? Kamu mengendarai truk kontainer?" tanya Bu guru lagi, terkejut saja mendengarnya.

"Iya Bu" jawab Aruna.

Bahkan kedua teman Mina nampak terkejut dengan jawaban Aruna.

"Kok bisa?" tanya Bu guru.

"Saya kerja di tempatnya ko Acing, Bu" kata Aruna mengulang perkataan.

Bu guru sedikit terdiam, sebenarnya Acing punya beberapa sektor usaha, dan yang paling sering digelutinya adalah toko bangunan.

"Kamu kerja di toko bangunan?" tanya Bu guru menegaskan.

Aruna hanya mengangguk. Dan benar saja, pandangan Bu guru berubah menjadi kasihan pada Aruna.

"Mina, kenapa kamu masih mempermasalahkan jika Tyo tidak meminta ganti rugi pada Aruna?" tanya Bu guru setelah berhasil menguasai perasaannya.

"Saya cuma mau bantu kak Tyo doang kok Bu" cicit Mina terdengar seperti suara burung yang tidak jelas.

"Aku kan sudah bilang sama kamu kalau nggak usah minta ganti rugi, Mina. Papaku sudah mengurus mobil itu, bahkan sudah aku pakai lagi sekarang dengan kondisi seperti semula" kata Tyo sedikit kecewa karena Mina membuatnya malu.

Berganti Aruna yang memberikan senyum mengejek kepada Mina saat gadis itu melihat ke arahnya. Lega sekali rasanya Aruna bisa melakukan hal itu. Kapan lagi bisa mengejek orang lain.

Bu guru sedikit pusing jadinya. Meski ini bukanlah kasus pertama bagi Bu guru menangani kekacauan yang dilakukan oleh anak muridnya yang sedang dilanda cemburu seperti Mina.

Sebagai guru BP, banyak pengalaman yang lucu tapi juga membuat pusing dari anak didiknya

Dan kasus yang menimpa Aruna ini unik. Karena Mina yang datang ingin membully, tidak tahu jika yang akan dibully tidak selemah yang dia pikirkan.

"Tapi kamu juga salah, Aruna. Tidak seharusnya kamu membuang Mina seperti sampah begitu" kata Bu guru yang kasihan melihat Mina yang bau sampah.

"Saya cuma membela diri, Bu. Kalau saya tidak melakukan itu, pasti Mina yang melakukan itu kepadaku. Dan bisa dipastikan kalau nanti ke depannya, dia akan terus mengganggu kalau saya tidak berani melawan" kata Aruna.

Bu guru mengangguk, memang benar apa yang Aruna katakan. Menjadi lemah akan terus ditindas.

"Kalau ibu mau menghukum saya, hukum saja tidak apa-apa Bu. Tapi tolong jangan ganggu jam di luar sekolah saya karena ada tanggung jawab pekerjaan yang harus saya selesaikan" kata Aruna tegas, Bu guru jadi terkesima dengan ucapan Aruna.

Bu guru masih berpikir, bagaimana menindaklanjuti masalah ini.

"Baiklah. Kalian lari lapangan sebanyak tiga kali, ya. Ibu harap tidak akan ada lagi masalah seperti ini. Tidak boleh ada kasus bullying di sekolah kita. Kalau masih terjadi lagi, maka ibu tidak akan segan untuk meminta pihak berwajib untuk menangani masalah kalian jika sudah masuk ke ranah kriminal" ancam Bu guru.

"Baik Bu" jawab Aruna dan Mina.

Bagi Aruna hukuman itu sangatlah ringan. Jangankan berlari begitu, disuruh mengangkat Mina untuk benar-benar di buang ke tong sampah pasti akan Aruna lakukan.

"Kerjakan hukuman kalian sekarang, ibu akan menghubungi kelas kalian untuk meminta ijin pada guru kelas" kata Bu guru yang sudah tak ingin memperpanjang masalah itu lagi.

"Tapi Bu, badan saya kan sakit. Tadi Aruna melempar saya cukup keras Lo Bu" rengek Mina yang tak mau berlari.

"Tapi kan Lo mendarat diatas tumpukan sampah yang empuk, Mina. Itu tidak akan terasa sakit" kata Aruna malas.

"Kamu benar, Aruna. Tidak ada alasan untuk lari dari hukuman kami, Mina" kata Bu guru.

"Saya tidak ikut lari kan, Bu?" tanya Tyo, malas saja jika diam-diam malah dapat hukuman.

"Tidak. Kamu boleh kembali ke kelas" jawab Bu guru. Tyo mengangguk dan berpamitan karena memang sudah terdengar bel berbunyi.

"Kalian berdua juga kembali ke kelas, ya. Atau mau mendampingi Mina yang mau latihan jadi tentara?" tanya Bu guru yang tak melihat pergerakan dari kedua teman Mina.

"Ah, iya Bu. Kami permisi" kata dua teman Mina lantas pergi.

"Silahkan kalian berdua langsung lari di lapangan" kata Bu guru.

Bukan ingin menghukum, tapi dengan berlari begitu diharapkan mereka akan jera dan tidak lagi berbuat onar.

Aruna melangkah ke lapangan dengan Mina di belakangnya, sementara Bu guru menuju ke kelas mereka untuk menginformasikan ke guru kelas jika anak muridnya sedang dihukum.

Matahari sudah cukup tinggi, sinarnya membuat kulit terasa terbakar. Dan Aruna harus berlari di lapangan full sinar matahari bersama Mina.

Saat Aruna sudah berlari sebanyak dua putaran, Mina bahkan belum menyelesaikan satu putarannya.

Bahkan saat Aruna sudah selesai dengan tiga putarannya, Mina mengekor untuk pergi dari lapangan. Lari dari hukuman.

"Kamu mau kemana, Mina?" suara Bu guru mengagetkan gadis itu. Bu guru mengamati dari pinggir lapangan.

"Ke kelas, Bu. Hehe" jawab Mina sambil menggaruk tengkuknya yang basah berkeringat.

"Kamu masih kurang satu putaran. Kamu pikir ibu tidak tahu, ya" kata Bu guru.

Kembali Aruna mengejek Mina dalam isyarat. Hati Aruna sangat lega, ternyata begitu rasanya setelah bisa mengejek. Rasanya itu tidak bisa diutarakan dengan perkataan.

"Saya boleh kembali ke kelas, Bu?" tanya Aruna.

"Iya, silahkan" jawab Bu guru sementara Mina masih harus menyelesaikan satu putarannya lagi.

1
Azizah Hazli
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!