30 Hari Menjelang Perceraian.
Septy berada didalam kamar dan masih mengenakan pakaian pengantin. Karena baru beberapa jam yang lalu Garren mengucapkan ijab kabul didepan penghulu.
Septy memandangi buku nikah yang saat ini dipegangnya. Ia tersenyum getir, tidak menyangka akan menikah dengan cara seperti ini.
Septy ingin menolak, namun tidak bisa. Karena mertuanya terlalu baik padanya. Dan juga Septy hanya bisa membalas budi mertuanya hanya dengan cara ini.
"Aku tidak tahu kedepannya seperti apa? Yang pasti hanya ini yang bisa aku lakukan untuk membalas budi keluarga ini. Walaupun aku tahu, tidak mungkin untuk Garren mencintai aku." Septy bergumam dalam hati.
Pintu kamar terbuka, Septy spontan menoleh dan segera menyimpan buku nikah tersebut. Ternyata sang suami sekaligus bos nya.
Garren masuk dan langsung berkata, "Besok ikut aku ke kantor pengadilan agama. Kita urus perceraian kita. Tapi ingat! Jangan sampai masalah ini didengar oleh orang tuaku dan keluargaku yang lain!"
Septy tergamam seketika, baru saja ia berpikir akan nasib pernikahan mereka. Sekarang suaminya sudah mengajukan perceraian.
"Baiklah, aku juga tidak menginginkan pernikahan ini," ujar Septy akhirnya. Ia tidak tahu jawaban apa yang akan ia utarakan.
Hanya itu satu-satunya jawaban yang terpikirkan saat ini. Meskipun dadanya terasa sesak.
Septy tidak mencintai suaminya, begitu juga sebaliknya. Namun saat suaminya mengajaknya bercerai, hatinya terasa sakit.
"Ya Allah, jika ini memang takdirku, aku pasrahkan semuanya pada Mu," batin Septy.
"Mas, bolehkah aku punya permintaan?"
"Ya, katakan!"
Sebelum kita resmi bercerai, aku ingin kamu menjadi imam ku. Maaf jika ...."
"Baiklah, aku akan turuti keinginanmu. Tapi ingat, jika di tempat kerja kita rahasiakan pernikahan kita," jawab Garren memotong perkataan Septy.
Septy tersenyum. "Mas tenang saja. Aku juga tidak gembar gembor kan semua ini."
Akhirnya untuk pertama kalinya Septy menjadi makmum untuk suaminya. Karena ini adalah impiannya sejak dulu.
.…..
Tadi pagi Lita mendatangi kediaman Septy dan memintanya untuk menikah dengan Garren putranya.
Awalnya Septy ragu, namun mengingat kebaikan Lita, Septy tidak bisa menolak. Begitu juga dengan Garren. Karena paksaan dari sang mama, ia terpaksa menikahi gadis pilihan mamanya.
Walaupun tidak ada cinta diantara mereka. Itu sebabnya Garren langsung mengajak Septy untuk segera bercerai.
"Tidurlah, besok kita harus ke kantor urusan agama."
Garren mengambil selimut dan bantal lalu berjalan menuju sofa. Ia memilih tidur di sofa dan membiarkan Septy tidur di ranjang.
Lampu kamar segera dimatikan, sehingga suasana remang-remang. Septy berbaring ditempat tidur. Namun matanya sulit terpejam.
Septy bangun dan duduk di ranjang, ia melihat kearah Garren yang sudah mendengkur pelan.
Seperti tidak ada beban pikiran sama sekali. Septy mendekati suaminya, ia menatap wajah tampan itu.
Meskipun suasana remang-remang, namun ketampanan seorang Garren masih terlihat jelas.
"Aku tahu kamu terpaksa, Mas. Tapi tenang saja, aku akan menjaga hatiku agar tidak terlalu jauh mengagumimu," batin Septy.
"Tidurlah, besok kita masih ada urusan." Garren berbicara, namun matanya terpejam.
"Ehh, iya," ujar Septy, ia segera naik ke tempat tidur.
Septy segera menyelimuti tubuhnya dan mencoba memejamkan matanya. Namun tetap saja ia tidak bisa tidur.
Hingga suara adzan subuh bergema dari ponselnya, Septy pun bangkit dan membangunkan suaminya untuk mengajaknya sholat.
Garren pun bangun dan mendapati Septy terlihat pucat, serta lingkar hitam dimatanya menandakan bahwa dirinya tidak tidur.
"Kenapa tidak tidur? Kalau begini siapa yang repot?"
Septy tidak menjawab, ia ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Dan kemudian bergantian dengan Garren.
Jam 7 pagi, Garren dan Septy keluar dari kamar mereka. Saat tiba di meja makan, keluarga suaminya sudah berkumpul disana.
"Bagaimana, Nak?" tanya Lita dengan lembut.
"Baik Ma," jawab Septy.
"Kalian jangan masuk kerja dulu, istirahat di mansion dan jika ingin jalan-jalan silahkan," kata Lita.
"Kebetulan pagi ini kami ingin jalan-jalan," ujar Garren.
Lita tersenyum, namun Carel memperhatikan putranya dengan seksama. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan. Tapi Carel tidak ingin istrinya curiga. Jadi dia memilih diam.
"Kamu harus sabar menghadapi Garren," kata Marissa.
Septy tersenyum semanis mungkin. Tidak mungkin ia memperlihatkan kegetiran hatinya. "Iya Oma, aku akan coba memahaminya."
Setelah selesai makan, Septy bersiap-siap untuk keluar bersama Garren. Keduanya pamit.
Septy yang sejatinya sopan santun pun mencium tangan kedua mertuanya. Dan juga Oma dan Opanya.
"Pamit Ma, Pa, Oma, Opa," kata Septy. Lita dan yang lainnya hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Itulah yang membuat aku suka pada anak itu, sikapnya sopan santun dalam bertutur kata," kata Lita memuji menantunya.
"Ya benar, aku harap Garren memperlakukan nya dengan baik." Marissa menimpali.
Mereka tidak tahu jika Garren merencanakan perceraiannya dengan Septy. Mereka mengira jika hubungan keduanya baik-baik saja.
Garren menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia juga tidak terlalu terburu-buru.
"Aku ingatkan sekali lagi, jangan sampai keluargaku tahu masalah ini. Nanti setelah kita resmi bercerai, baru aku beritahu mereka."
"Iya, aku mengerti." Septy menoleh kearah lain dan memandang sisi jalan.
Airmata nya jatuh tanpa diminta. Entahlah, ia sedih saja karena nasibnya tidak seberuntung orang lain.
Baru saja menikah kemarin, hari ini sudah mengurus perceraian. Beruntung tidak banyak yang tahu tentang pernikahan mereka.
Hanya keluarga inti saja yang mengetahuinya. Mereka sengaja tidak mengundang orang lain. Karena itu permintaan Garren sendiri.
Dengan alasan, pernikahan mereka belum saatnya di publikasikan. Dan nanti ada saatnya mereka akan mengumumkan pernikahan mereka. Itulah alasan Garren.
Garren memarkirkan mobilnya saat tiba didepan kantor urusan agama. Keduanya keluar dari mobil dan langsung menemui pengurus di sana.
"Maaf Tuan, bukan kah Anda dan istri Anda baru menikah kemarin? Beritahu kami apa alasan Anda ingin bercerai?"
"Tidak ada alasan, hanya saja kami merasa tidak cocok. Dan tidak saling mencintai." Garren menjawab dengan lembut.
Petugas kantor urusan agama pun berdiskusi dengan yang lain. Karena alasan perceraiannya merasa kurang memuaskan mereka.
"Begini saja Tuan, karena Anda dan istri Anda baru saja menikah. Jadi proses perceraiannya baru bisa diurus 30 hari dari sekarang."
Garren menghela nafas, 30 hari menurutnya terlalu lama. Tapi demi menghormati keputusan dari pihak KUA, Garren pun setuju.
Dan akan datang lagi dalam 30 hari kedepan. Jadi Garren pun berencana untuk tinggal di rumahnya sendiri.
Rumah yang sudah lama ia beli, namun belum pernah ia tempati.
Garren dan Septy pun permisi. Saat didalam mobil, Garren mengajak Septy ke mall. Dan itu ia lakukan untuk menghindari kecurigaan orang tuanya.
Septy menurut saja, lagi pula ia tidak merasa dirugikan. Mobil Garren pun melaju menuju mall.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Yang penasaran dengan kisah Garren dan Septy mampir yuk!
Ceritanya diawali seperti ini, karena yang sebelumnya kalian sudah pasti tahu. jika penasaran lanjut baca, jika tidak suka skip saja.
Oya, jika suka jangan lupa like komen dan favoritkan, karena aku update tidak menentu. Gift dan vote boleh juga seikhlas kalian.
Maaf ya, jika cerita kali ini sedikit berbeda dari keluarga Henderson yang sebelumnya. Tapi tetap diselingi kisah romantis.
Selamat membaca ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Astuti tutik2022
Sengaja nunggu tamat..begitu ada notif novel baru othor langsung cek, eeh ternyta yg ini masih lanjut. penasaran jdi bca aja langsung
2024-10-31
2
Murni Dewita
👣
2024-10-19
1
nyaks 💜
mampir
2024-10-07
1