Beberapa bab dalam tahap REVISI
Rania Anastasya, adalah anak yatim piatu yang diangkat menjadi anak perempuan keluarga konglomerat sejak remaja.
Farhan Ananta Putra, adalah anak laki-laki satu-satunya keluarga angkat Rania. Hubungan mereka cukup dekat semenjak Rania bergabung menjadi keluarga Ananta Putra.
Namun siapa sangka, ternyata saat dewasa, Rania malah dijodohkan dengan Farhan, kakak angkatnya sendiri.
Sejak saat itu, Farhan berubah menjadi laki-laki kejam yang tak lagi dikenal oleh Rania. Bahkan di malam pertama mereka, Rania harus menerima rasa sakit akibat kekejaman Farhan.
Mampukah Rania melepaskan diri dari Farhan?
Baca kisah lengkap nya yuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Maafkan Aku ya
Malam itu Randi pergi ke rumah mama Laura. Ia ingin menjenguk Rania dan melihat kondisi wanita itu. Biar bagaimanapun, karena paket darinya lah kehamilan Rania akhirnya diketahui semua orang.
Padahal maksud hatinya ingin membantu Rania menutupi kehamilannya, namun justru membuat semua orang di rumah itu menjadi tahu akan kondisi Rania sebenarnya.
"Malam Tante, Om," sapa Randi ketika masuk dalam rumah itu.
"Malam nak Randi, tumben sekali malam-malam datang," sapa mama Laura.
"Iya Tante, aku mau bertemu dengan Rania, ingin menjenguknya, apakah boleh?" tanya Randi ramah.
"Tentu saja boleh nak, silahkan masuk saja, Rania ada di ruang tengah," jawab mama Laura menunjukkan keberadaan Rania.
"Baiklah, oh iya ini aku bawakan makanan," ucap Randi lalu menyerahkan paper bag yang ia bawa.
"Duh kamu ini repot-repot banget bawa makanan segala," ucap mama Laura lalu mengambil paper bag itu.
"Nggak repot kok Tante hehehe. Aku mau ketemu Rania dulu ya," pamit Randi kemudian ia berjalan menuju ruang tengah.
Sesampainya di ruang itu, Randi melihat Rania yang duduk dan menonton televisi. Wajahnya sudah tidak pucat seperti kemarin dan malam ini terlihat lebih segar.
"Rania?" panggil Randi perlahan.
Rania menoleh ke arah sumber suara, dan mendapatkan Randi sedang berjalan ke arahnya. Lalu pria itu duduk di sofa persis di sebelahnya.
"Bagaimana kondisimu?" tanya Randi.
"Aku lumayan lebih baik," jawab Rania.
Randi menoleh ke arah wanita itu. "Maafkan aku ya."
"Minta maaf kenapa?" tanya Rania heran.
"Karena aku, kehamilan mu jadi diketahui semua orang," sesal Randi.
"Oh itu, sudah tidak apa-apa Randi. Kamu kan niat membantu aku. Tapi kondisinya saja tadi yang memang sangat tidak tepat. Kalau saja Farhan lagi tidak ada di rumah ini, mungkin paket itu sudah sampai di tanganku."
"Atau lebih mudahnya begini, jika saja dia tidak ada di rumah ini, aku tidak perlu mual dan muntah seperti tadi yang disebabkan karena mencium aroma parfumnya," jawab Rania sudah berbesar hati.
"Tapi tetap saja aku merasa tidak enak hati Nia," ucap Randi serius.
Rania tersenyum. "Sudah tidak apa-apa Randi, justru aku ingin mengucapkan terima kasih kepadamu. Karena kau selalu ada untukku."
"Kalau itu memang tugasku. Kau tak perlu sungkan dan mengucapkan terima kasih."
"Kenapa begitu? Kenapa itu jadi tugasmu?" tanya Rania heran.
"Karena aku telah berjanji kepadamu untuk melindungi mu Rania. Dan aku akan berusaha menepati itu," sahut Randi menatap Rania.
"Ohh, kau sungguh baik Randi. Aku bersyukur kenal dengan dirimu disaat hidupku seperti ini."
Randi pun hanya tersenyum menanggapi penuturan Rania.
"Lalu bagaimana dengan Farhan?" tanya Randi.
Rania mengangkat bahunya. "Entahlah, aku tak tahu. Tapi berkat anak ini, aku berhasil membuatnya menjauh dariku."
"Oh ya, menjauh bagaimana maksudmu?" tanya Randi seolah tak percaya.
Rania mengangguk. "Ya, aku tadi bilang padanya ingin menggugurkan kandunganku, dan dia melarangnya."
"Kemudian aku mengatakan agar dia menjauhiku karena aku tak ingin mengandung anaknya karena takut jika sifat anaknya kelak mirip dengan dirinya," ucap Rania.
"Apakah dia menurutimu?" tanya Randi penasaran.
"Iya, tidak lama setelah aku berkata seperti itu, dia pergi dan sampai saat ini tidak kembali lagi," jawab Rania tenang.
Randi mengerutkan keningnya. Ia terlihat seperti memikirkan sesuatu.
"Farhan menuruti Rania? Rasanya tidak mungkin jika dia menuruti perkataan Rania dan pergi begitu saja," batin Randi merasa heran.
Rania memperhatikan raut wajah Randi yang seperti memikirkan sesuatu itu. "Ada apa? Kau seperti memikirkan sesuatu?"
"Ah tidak. Tidak ada apa-apa. Oh ya berkas perceraian mu bagaimana?" tanya Randi karena teringat akan hal itu.
"Mama Laura bilang berkas itu ada pada Farhan. Hanya menunggu tandatangan nya saja," jawab Rania.
"Tapi apakah benar kami bisa bercerai dalam keadaan aku sedang hamil seperti ini?" tanya Rania ragu.
"Kau ragu?" Randi bertanya balik.
"Entahlah, mungkin aku terlalu banyak berpikir. Seandainya anak ini tidak ada, mungkin masalah ini tidak akan serumit ini," keluh Rania.
"Rania, hei. Sudahlah, jangan bicara begitu. Kasihan anak dalam kandunganmu. Dia tak bersalah, jangan disesali kehadirannya," ucap Randi memberi nasihat.
"Ah ya, kau benar Randi. Tak seharusnya aku terus menyalahkan kehadiran anak ini. Mereka bahkan tidak bisa memilih dari orang tua mana mereka berasal," sahut Rania membenarkan ucapan Randi.
"Tepat sekali, akhirnya kau mengerti juga," tutur Randi tersenyum lalu mengusap-usap Kepala Rania.
Tanpa sadar ada sepasang mata yang memperlihatkan mereka. Mama Laura sedang berada di pintu ruang tengah, dan melihat mereka berdua.
"Rania sepertinya sangat nyaman berada di dekat Randi. Apakah mereka berdua jodoh? Tapi apakah Randi mau menerima Rania yang nantinya menjadi seorang janda beranak satu?" gumam mama Laura memperhatikan Rania.
jodih nya..
😀😀😀❤❤❤❤