Bekerja sebagai pelayan di Mansion seorang Mafia???
Grace memutuskan menjadi warga tetap di LA dan bekerja sebagai seorang Maid di sebuah Mansion mewah milik seorang mafia kejam bernama Vincent Douglas. Bukan hanya kejam, pria itu juga haus Seks wow!
Namun siapa sangka kalau Grace pernah bekerja 1 hari untuk berpura-pura menjadi seorang wanita kaya yang bernama Jacqueline serta dibayar dalam jumlah yang cukup dengan syarat berkencan satu malam bersama seorang pria, namun justru itu malah menjeratnya dengan sang Majikannya sendiri, tuanya sendiri yang merupakan seorang Vincent Douglas.
Apakah Grace bisa menyembunyikan wajahnya dari sang tuan saat bekerja? Dia bahkan tidak boleh resign sesuai kontrak kerja.
Mari kita sama-sama berimajinasi ketika warga Indonesia pindah ke luar negeri (〃゚3゚〃)
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMLMM — BAB 14
VINCENT DOUGLAS ADALAH MAFIA
Mendengar suara familiar, Grace seketika menoleh ke kiri dan melihat seorang pria duduk di sofa singel dengan kemeja putih kancing satu terbuka.
Vincent duduk dengan bersilang kaki, tangan kanannya ia jadikan tompangan pipi kanannya. Melihat maid nya sadar kembali, pria itu duduk dengan kepala tegak.
“Vi-vi-vin... Ma-maksudku, Tuan Vincent?” gumam Grace tak bisa bicara dengan benar. Wanita itu terkejut hampir mati dibuatnya, sudahlah dia melihat kejadian semalam yang membuatnya hilang akal.
Dan sekarang, pria itu malam entah membawanya kemana?
Grace melihat kesekitar nya. ” Ini bukan kamar maid.” Tebak Grace dengan wajah kebingungan.
“Nope. This is my room.” Vincent beranjak dari duduknya, berjalan ringan menghampiri sisi ranjang Grace sambil memasukkan kedua tangannya di saku celana.
Mata birunya mengamati keseluruhan tubuh Grace sehingga wanita itu menyadarinya hingga ia melihat dirinya sendiri dan Grep! Kedua tangan Grace menutupi dadanya.
-‘Dimana pakaianku semalam?’ batinnya benar-benar terkejut mendapati dirinya yang hanya mengenakan pakaian dalam saja.
Lalu siapa yang melucuti nya saat ia tak sadarkan diri?
“Kau melihat sesuatu semalam?” tiba-tiba suara dingin bak tusukan sate itu masuk ke gendang telinga Grace sehingga ia teringat kembali akan kejadian semalam— Vincent mengambil organ seorang pria dan menyuruh anak buahnya untuk menjual organ tersebut.
“Emm, ak-aku tidak, aku tidak sengaja... Aku— ”
Belum sempat selesai bicara, Vincent duduk di sisi ranjang, mendekatkan wajahnya ke wajah Grace sehingga wanita itu langsung memundurkan tubuhnya.
“Seharusnya kau tidak berkeliaran dan melihatnya.” Ujar Vin yang kini tangan kirinya terulur ke depan, menyelip ke leher Grace yang tertutup oleh rambut hitam kecokelatan nya.
Dengan perasaan takut, tubuh Grace meremang dan masih mencoba menghindari pria berbahaya di depannya itu.
Tak ingin melihat kedalam mata biru Vin yang menggoda. Grace memilih berpaling ke kiri seraya memejamkan matanya dan terus mencoba mundur, namun Vincent malah terus maju hingga wajahnya sangat dekat dengan sisi wajah Grace.
“Close your mouth, jika kau tidak ingin terjebak lebih dalam.” Ujar Vincent berbisik serak pada Grace.
Mendengar peringatan tersebut, Grace langsung berani menatap mata Vin dengan jarak dekat. Hidung mancung mereka hampir bersentuhan dan tangan kiri Vincent masih berada di leher Grace lalu bergerak ke pipi wanita itu dan mengusap bibir tanpa lipstik milik Grace setelah itu ia beranjak dari sana seraya menarik selimut yang menutupi tubuh Grace.
Karena tarikan Vin, selimut tersebut terjatuh ke lantai dan tubuh molek Grace yang hanya tertutup bra dan CD pun terlihat jelas. Pria itu berjalan pergi setelah menarik selimut tadi tanpa dosa dan membuat Grace terpaku dengan perasaannya.
Grace termenung hingga jari tangannya mulai bergerak mengusap bibirnya yang sempat diusap lembut oleh tangan Vin.
Jantungan berdegup sangat kencang hingga pipinya yang putih berubah menjadi merah.
Vincent yang melangkah keluar kamar menuju ke meja makan dan duduk di sana untuk menikmati hidangan yang sudah disiapkan begitu banyak di meja panjang tersebut.
Para maid juga berdiri di sana seraya menundukkan kepalanya, begitu juga dengan Maida.
Vin hanya memasukkan satu sendok ke dalam mulutnya di setiap hidangan di sana. Seolah-olah dia hanya mencicipinya saja setelah itu dia pergi dari sana tanpa melontarkan komentar nya.
Namun sebelum pergi. “Maida. Datanglah ke kamar ku, dan jangan lupa bawakan pakaian wanita.” Pinta Vincent membuat Maida bertanya-tanya.
Apa ada maid yang bermalam dengan tuannya? “Kenapa aku tidak mengetahuinya?” gumam Maida.
Tak ingin membuang waktu, Maida segera menyuruh salah satu maid untuk mengambilkan pakaian wanita lalu dia sendiri yang pergi ke kamar Vin sesuai perintah.
Setelah membawa pakaian, Maida melangkah masuk ke dalam kamar dan menemukan Grace tengah kebingungan seraya membalut tubuhnya dengan selimut.
“Astaga! Kau ada di sini rupanya.” Kaget Maida segera masuk menghampiri Grace.
“Oh, Bibi Maida, kau datang juga. Aku sangat kebingungan harus keluar memakai apa? Pakaian ku hilang dan— ”
“Lupakan itu dan apa yang kau lakukan di sini?” tanya Maida.
“Aku, aku tidak tahu. Semalam aku pingsan dan saat aku terbangun, aku sudah di sini.” Jelas Grace membuat Maida sedikit mengangkat satu alisnya tak percaya.
“Apa aku bisa mempercayai mu?”
“Aku tidak berbohong. Dan Bibi tahu... Ada sesuatu yang tuan Vincent lakukan.” Jelas Grace mulai gemetar dan takut jika harus mengatakannya.
“Apa?”
Sambil menoleh ke kanan dan kiri, wanita itu masih ragu harus menjelaskannya. Apakah Maida akan percaya? Atau wanita tua itu memang sudah tahu?
Grace berjalan mendekati Maida seraya berbisik ke telinganya. “Tuan Vincent penjual organ manusia.”
Maida sama sekali tidak menunjukkan keterkejutannya karena dia sebenarnya sudah tahu pekerjaan ilegal tuannya. Tak setiap harinya Vincent menjual organ, dia hanya menjual organ para musuhnya saja.
“Kau ingin tahu jawabannya?” tanya Maida. Grace mengangguk karena dia juga penasaran apa sebenarnya pekerjaan Vincent sehingga dia punya Mansion besar harta melimpah dan mobil mewah.
“Karena aku berpikir kau wanita yang berbeda, maka dengarkan ini. Tuan Vincent adalah seorang pengusaha perdagangan global yang suka turun temurun. Dia juga memiliki pekerjaan malamnya yang dibilang ilegal—”
“Hentikan Bibi Maida!”
Grace tak ingin mendengarnya lagi karena dia sudah menebaknya dan Maida sendiri kembali diam dengan sorot tegas.
“Mafia?”
Bukannya menjawabnya, Maida malah memberikan pakaian yang sudah dibawa dari tadi ke tangan Grace.
“Cepat ganti dengan pakaian ini lalu segera memakai pakaian maid. Kau selalu saja menyusahkan ku.” Ujar Maida setelah itu pergi dari kamar tersebut.
Grace masih melongo tak percaya jika dia bekerja di Mansion seorang mafia.
“Bagaimana mungkin aku tidak mengetahuinya?” gumamnya merasa kecewa dan bodoh.
.
.
.
“Jadi ini tempatnya?” tanya seorang pria berambut cepak dengan tatto di lehernya.
pria itu berjalan sejajar dengan seorang pria yang diduga adalah asistennya atau tangan kanannya seperti Jack ke Vincent.
“Iya Tuan. Bukan hanya di Los Angeles saja, tapi Casino ini sudah bercabang.” Jelas pria bernama Aaron pada bosnya.
“Hm.. Cukup menarik!” balas pria berambut cepak dengan mata cokelat terangnya itu.
“Tuan. Jika tuan Vincent melihat mu, maka dia akan mencari mu.” Ucap Aaron mengingatkan pria di sebelahnya yang masih mengamati orang-orang di Casino tersebut.
“Dia tidak akan pernah tahu. Jikapun tahu maka semuanya akan tertutupi!” balas pria tersebut menyeringai kecil lalu mengajak asistennya untuk pergi dari sana setelah puas melihat-lihat tempat bisnis Vincent Douglas.
...***...
Vincent yang baru saja sampai di perusahaannya, pria itu baru saja menyelesaikan meeting bersama dan kini dia akan pergi mengurus pekerjaan lainnya lagi.
Sebenarnya Vincent tidak begitu minat dalam mengurus perusahaan, namun perusahaan sudah turun temurun dari kakeknya, lalu ayah lalu dirinya.
Jadi Vincent hanya akan pergi ke kantor setiap sebulan 2-3 kali saja, sisanya dia serahkan kepada seorang pria bernama Ben— pria yang juga menjadi anak buah terpercaya sama seperti Jack.
Remember!